Eksperimen yang dilakukan oleh Rutherford menunjukan bahwa terdapat muatan positif pada daerah kecil atom. Rutherford menyampaikan hipotesis bahwa semua massa atom beserta muatan positifnya masuk ke dalam ruang kecil pada pusat atom yang disebut nukleus.Â
Hipotesis yang disampaikan oleh Rutherford terbuki benar pada tahun 1920 setelah para ilmuwan dapat mengidentifikasikan muatan positif dalam inti merupakan proton. Berdasarkan identifikasi tersebut proton didefinisikan sebagai partikel bermuatan positif yang terdapat pada inti atom.Â
Ruang kosong yang tersisa pada atom ditempati oleh electron yang hampir tidak memiliki massa. Rutherford juga mengatakan bahwa elektron bergerak dengan kecepatan cahaya di sekitar nukleus, jalur yang melingkar ini disebut orbit. Pada percobaan yang diilakukan oleh Rutherford, ia memborbadir kertas emas tipis yang memiliki partikel partikel dengan aliran energy yang tinggi. Yang digunakan dalam mengarahkan aliran partikel adalah sebuah sumber radioaktif.Â
Rutherford melakukan eksperimen dengan tujuan menyelidiki kesalahan yang terjadi pada lintasan partikel setelah terjadi interaksi dengan kertas emas tipis.Â
Hasil dari eksperimen Rutherford ini bertentangan dengan teori model atom yang dikemukakan oleh J.J Thompson. Namun sayangnya model atom Rutherford ini masih tidak bisa menjelaskan stabilitas atom. Kelemahan dari teori ini juga masih belum menjelaskan secara rinci terkait susunan elektron pada orbit.Â
Dimana menurut Rutherford, elektron  bergerak dengan cepat dalam orbit namun masih berada di sekitar inti atom. Sedangkan Maxwelll menjelaskan bahwa partikel bermuatan yang bergerak cepat akan memancarkan radiasi elektromagnetik sehingga radiasi ini bisa menyebabkan orbit mengecil secara perlahan dan nantinya akan runtuh.
Kontribusi terbesar Bohr adalah model atom dimana teori atom Bohr menyatakan atom sebagai inti kecil yang memiliki muatan positif dan dikelilingi oleh elektron pada orbit. Bohr merupakan orang pertama yang bisa menemukan elektron yang bergerak pada orbit terpisah di sekitar nukleus dan jumlah elektron yang berada di orbit luar menentukan sifat sifat suatu unsur.Â
Pada beberapa esai yang ditulis pada tahun 1933 dan 19662, teori Bohr menjelaskan bahwa elektron bisa dilihat dengan dua cara, baik sebagai partikel atau dilihat sebagai gelombang.Â
Namun kedua kondisi itu tidak bisa dilihat secara bersamaan. Konsep inilah yang menjadi landasan teori kuantum awal, yang dimana pada teori ini menjelaskan bahwa selain dari bagaimana cara seseorang memandang elektron, semua pemahaman mengenai sifat sifat elektron ini harus tetap berdasarkan pada pengukuran empiris.Â
Pada teori Bohr ini dikatakan alat ukur yang digunakan pada eksperimen sangat mempengaruhi hasil dari eksperimen yang dilakukan.Â
Namun terdapat beberapa hal yang masih belum dapat dijelaskan oleh Bohr. Bohr dapat memprediksi dan menghitung energy spectrum garis hydrogen yang disebut sistem satu elektron, namun teori ini tidak dapat memaparkan mengenai spectrum  garis atom yang mengandung lebih dari satu elektron juga keberadaan dari beberapa garis spectrum. Teori ini juga tidak bisa menjelaskan mengenai prinsip ketidakpastian.Â