Mohon tunggu...
Renata Rosario
Renata Rosario Mohon Tunggu... -

Kludia (kepanjangan dari Keys of Ludian) adalah fiksi web serial di mana setiap posting konten selalu sambung-menyambung membentuk narasi dalam satu universe (satu cerita). Universe dalam Kludia membawakan tema Speculative Fiction di masa depan (setting tahun 2035) di mana peradaban manusia dengan segala teknologi maju yang mereka miliki, justru mengalami tekanan hidup yang membuat moralitas tak lagi menjadi pandangan hidup ideal. Di sinilah, pembaca akan diusung ke dalam situasi "dog eat dog" dan "grey morality" trope. Mekanisme multi PoVs menantang batasan fiksi di mana konsep protagonis (lakon) tidak lagi menjadi komoditas utama plot movement. Semua karakter, tidak terkecuali siapapun, bisa "lenyap" dari papan permainan apabila mereka lengah. Alamat website: www.kludia.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Preface: Juliet (#5)

16 Mei 2014   17:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata si Asisten terbelalak mendengar istilah tadi, “How-”

“And they let you free after discovering that you were registered as an intern at Alter, right?” Potong Juliet.

“How on earth you gained that information? Have you been there?”

“First of all, It's true that Madura provides one among the best quality of Marijuana, and second to note, I've never been there.”

“But-”

“Let's say it was the result from some sort of complicated predicament.”

“Ah, fair enough.” Si Asisten tersenyum, bahkan sempat tertawa sekilas, menyadari bagaimana Juliet memutar balik arah pembicaraan.

“By the way, do you bring some portable video game? Any good game I could borrow to spend the time with?”

“Aha! You do like to play video games!”

“I wouldn't call it a hobby, it's just I'm running out of e-books with content as good as its cover could impress.”

“I see.” si Asisten merogoh tas pribadi lalu menyerahkan sebuah tablet elektronik kepada Juliet. “There you go.”

“Might as well put some strain on your device. Once I play, I play it hard, beating the best score if I have to.”

Si asisten merespon hanya dengan sebuah senyuman.

Surabaya, Jawa Timur, 24 April 2035 Intensitas raungan jet engine mulai berkurang setelah kapal telah mendarat di landasan bandara.

“From here onward we will part our way, you are going to la Grande Fleur to attend an arrangement with Dr. Burness on behalf of myself.”

“Affirmative. Where will you go then?”

“It's none of your business. Just carry on with your task and everything else has been considered.”

“Alright, take care Miss Philead.” Seorang orang pria berpostur tinggi, besar, berjas hitam menjemput Juliet dari pintu kabin pesawat. Sedangkan satu orang lain dengan seragam serupa berdiri di samping mobil sedan hitam. “We are going to take you to Mr. Samudra, please go this way.” Pria asing tersebut mengantar Juliet masuk ke dalam mobil. Tanpa rasa curiga atau khawatir Juliet duduk di kursi belakang. “Are we good to go now, Miss Philead?” Tanya si Supir. “Yes, we should go.”

Bunyi notifikasi terdengar dari dalam tas. Juliet membuka tas, merogoh perangkat DiV yang menjadi sumber suara lalu mengenakannya di kepala.

Decryption process has been completed. Do you want to view the decrypted content?

“DALI, let me view it.” Sepenggal rekaman video menunjukkan seorang pria paruh baya sedang mengangkat sebilah instrumen elektronik berbentuk seperti harmonika di tangan kanan, sedangkan tangan kiri melambaikan tangan kepada orang lain yang berada di luar jangkauan rekaman. Tidak berapa lama kemudian orang tersebut datang dengan sebuah meja portable, meletakkan kue Blackforest dengan hiasan sepasang lilin yang membentuk angka '30' di atasnya. Pria paruh baya itu mulai mendekatkan instrumen ke mulut, meniupnya. lantunan nada 'happy birthday' terdengar dengan lembut. “Happy Birthday, Juliet.” Kata pria paruh baya tersebut. Orang lain yang tadi membantu memasang birthday cake mulai melambaikan tangan ke layar. “And welcome to thirty.” Juliet tersenyum, tertawa pendek. Si supir sempat melambatkan laju kendaraan lalu menoleh ke belakang. “It's okay, never mind it.” Kata Juliet pada si Supir. Dua orang dalam rekaman tersebut adalah Professor Philead; ayah Juliet, dan Darren. Sekuat apapun wanita dengan label 'berdarah dingin' dari penilaian Janus tersebut berusaha untuk menahan emosi, akhirnya dia mengusap air mata yang meleleh di pipinya. Bab sebelumnya |   Bab berikutnya Catatan kaki:  text-text dialog dalam Bahasa Inggris diterjemahkan secara interaktif di www.kludia.com (sumber originalnya). Di sini fitur tersebut tidak dapat diaplikasikan, mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun