YCG didirikan pada tahun 2006 oleh sekelompok guru dan aktivis pendidikan yang prihatin dengan berkurangnya wawasan keragaman di sekolah-sekolah Indonesia. YCG percaya bahwa pendidikan keragaman penting untuk membangun masyarakat yang adil dan damai.
Dalam 17 tahun perjalanan ini, YCG telah mengukir jejak kebaikan di setiap sudut negeri, membawa cahaya pendidikan kepada lebih dari 20.000 guru dari berbagai lapisan masyarakat dan daerah di Indonesia. Bukan hanya mengembangkan pengetahuan, tetapi juga  membuka pintu hati dan pikiran, membentuk karakter, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan.
Salah satu pilar utama YCG adalah peningkatan kapasitas guru. Ribuan guru-guru yang berdedikasi telah menjalani berbagai pelatihan, lokakarya, dan program pengembangan. Mereka bukan hanya pendidik, tetapi juga agen perubahan yang membawa semangat dan inspirasi ke dalam kelas-kelas.
Pengembangan kajian dan riset, menjadi kekuatan lain YCG. Melalui inisiatif ini, Yayasan Cahaya Guru telah memberikan kontribusi  pada pemahaman tentang pendidikan toleransi, keragaman, dan kebangsaan. Hasil-hasil riset ini bukan hanya mengarah pada perubahan dalam sistem pendidikan, tetapi juga memperkaya dialog publik tentang masa depan pendidikan di Indonesia.
Sementara itu, advokasi kebijakan adalah bentuk keterlibatan YCG dalam membentuk arah pendidikan di Indonesia. Melalui suara yang diartikulasikan dengan bijak, Yayasan Cahaya Guru telah menjadi mitra pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Yayasan Cahaya Guru juga secara konsisten mempromosikan keragaman melalui berbagai kegiatan dan media. Guru-guru kami, pilar utama dalam perubahan ini, telah merangkul keragaman budaya, agama, dan etnis dalam lingkungan pembelajaran. Berkunjung ke rumah ibadah, mengikuti pelatihan toleransi, dan merayakan keberagaman, mereka tidak hanya menjadi guru, tetapi juga duta toleransi di sekolah dan lingkungan masyarakat masing-masing.
Seiring kita merayakan ulang tahun yang ke-17 ini, mari bersama-sama merefleksikan pencapaian yang telah diukir dan merenung tentang tantangan yang mungkin masih dihadapi. Perjalanan belum selesai, tetapi kita dapat melihat bahwa cahaya pendidikan yang dinyalakan oleh Yayasan Cahaya Guru telah menjadi fakta nyata, memancar ke setiap generasi, membawa harapan, pengetahuan, dan pemahaman.
Terima kasih kepada semua guru, relawan, mitra, dan pendukung Yayasan Cahaya Guru yang telah menjadikan mimpi ini kenyataan. Mari terus bersatu, terus belajar, dan terus menerangi masa depan pendidikan Indonesia. Selamat ulang tahun yang ke-17, Cahaya Guru! Semoga perjalanan pencerahan ini terus bersinar.
Refleksi dan Harapan
Dari perjalanan ini, kami berupaya supaya YCG Â terus memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan keragaman di Indonesia. Karena tantangan keragaman juga semakin tinggi. Terutama menjelang pemilu seperti sekarang ini.Â
Misalnya, beberapa waktu lalu di Ciamis, sejumlah masyarakat menolak dan mengitimidasi guru dan seskolah yang melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibadah di kampung krukunan. Anak-anak dianggap memiliki akidah yang belum labil. Sayang sekali, niat baik para guru justru mendapatkan penolakan.Â
Namun, pepatah mengatakan:Â
lebih baik menyalakan pelita daripada menghujat kegelapan
Itulah yang terus kami pegang teguh, untuk terus mencoba membantu para guru. Memberikan gandengan untuk saling menguatkan dalam melangkah mengajarkan solidaritas di tengah keragaman bangsa yang majemuk.Â
Berjuang pada isu ini memanglah berat. Namun bukankah selalu ada jalan keluar untuk orang yang terus berusaha?Â
Harapan untuk Yayasan Cahaya GuruÂ
Sebagai "orang dalam", saya berharap tidak muluk-muluk. Semenjak terjun di dunia pendidikan toleransi dan keragaman ini, mungkin sekitar 2015. Saya menyadari bahwa, tidak banyak lembaga seperti Yayasan Cahaya Guru. Kenapa?Â
Pertama, karena isu toleransi dan keragaman merupakan isu yang sensitif. Penolakan juga sudah sering kami terima. Salah satunya karena alasan kepercayaan dan agama.Â
Kedua, pendidikan toleransi dianggap tidak penting. Beberapa guru dan sekolah menyatakan "kenapa harus belajar toleransi? sekolah kami tidak ada masalah intoleransi kok." Kondisi seperti ini bisa menjadi bom waktu, karena menganggap sedang baik-baik saja atau mengabaikan persoalan keragaman. Jadi, menurut saya, belajar toleransi seperti melatih kebugaran tubuh, jadi harus rutin olah ragam, makan sehat, dll. Jangan sampai kita sakit terlebih dahulu, lalu baru memulai hidup sehat.Â
Meskipun begitu, saya beraharap ke depan Yayasan Cahaya Guru akan lebih berdampak. Bisa semakin banyak menemani para guru menjadi rujukan keragaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Terus meningkatkan kapasitas guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Konsisten mengembangkan penelitian dan kajian tentang pendidikan keragaman, dan terus memperkuat advokasi kebijakan untuk pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Dengan kerja keras dan komitmen dari semua pihak, kita dapat mewujudkan cita-cita pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa.Â
Selamat ulan tahun Yayasan Cahaya Guru yang ke-17.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H