*****
setelah puas berjalan-jalan dengan menggunakan mobil mereka beristirahat di sebuah kedai kopi pinggir jalan. Ara memandangi jalan dengan tatap kosong. Aska memperhatikan ara dengan tenang. Ia berdoa dalam hati agar tuhan mengabulkan kata-kata yang tadi ia lontarkan di hadapan orang tua ara.
Aska menarik nafas panjang. Tangannya ia letakkan di atas kepala ara. Aska membelai lembut rambut ara. Ia belai dengan sepenuh hati. Hatinya serasa ingin pecah ketika harus berpisah dengan ara.
Ia sadar bahwa hari ini adalah hari terakhir ia bersama ara. Esok hari ia harus kembali pulang kerumah.“ aku sadar, aku tidaklah bisa membahagiakan kamu secara utuh karna aku tidak bisa selalu ada dalam bentuk nyata di hadapanmu. Aku berjanji kepadamu, akan ku selesaikan secara cepat kuliahku dan kita menikah.”
Ara masih tetap terdiam.Matanya memandang ke atas langit. Ia menerawang jauh ke atas. Ara membisu. Pelayan kedai datang membawakan pesanan yang di pesan oleh mereka. Aska menyeruput teh hangat yang ia pesan. Ia lepaskan jaket yang ia kenakan. Tubuhnya ia sandarkan di kursi. Suasana hening tanpa pembicaraan kembali menyelimuti mereka.
“ kamu tahu aska, sudahkah kamu memang benar-benar serius dengan kata-katamu tadi?”, ara membuka pembicaraan.
“ ia aku sangat serius.”
“ sudahkah engkau siap menerima segala kekurangan yang ada di dalam tubuh yang di aliri ruh kehidupan ini?”
“ maksudmu?”
“ tidak apa-apa”, dengan wajah tersenyum ara menjawab pertanyaan aska.
******
hari ini aska pulang kerumah dan meninggalkan ara. Seisi rumah ara tampak sibuk menyiapkan oleh-oleh untuk keluarga aska. Ara sedari tadi memasak makanan kesukaan orang tua aska.
Ara ingin membawakan makanan ini untuk orang tua aska. Aska masih berada di kamar mandi untuk mandi. Tubuh ara sangat kotor pasca memasak. Keadaan dapur seperti kapal pecah yang terhantam badai.
Aska berjalan menuju ruang tamu. Ia memeriksa barang bawaan yang ia bawa. Ia letakkan sepatunya di depan pintu rumah. Ia memakai kaos kaki putih, jaket , dan celana jeans panjang. Ara datang membawa makanan yang ia masak sendiri. “ ini aku masakkin untuk mamah di rumah “, semburat senyum menyembul di wajah ara.
Aska menatap lekat kekasihnya. Ia tak bisa berkata apa-apa. Sebaris doa ia ucapkan untuk hubungan ini. Ara tersipu melihat aska menatapnya begitu dalam. Suasana seperti ini sangat sulit untuk terulang kembali sejak ara menetapkan untuk pindah bekuliah.
******
Siang ini merupakan sesuasana yang sangat haru bagi mereka berdua. Aska bersikap agak santai meski air matanya mengalir dalam sikap santainya. Ara temenung menatap lekat kekasihnya.
Suasana makan siang yang sangat jarang terjadi. Hening menyelimuti meja makan tersebut. Tak ada keceriaan seperti beberapa hari kemarin. Mereka sama-sama paham betul akan getir yang di rasakan.“ kok, pada belum makan ?”, sapa mamah ara.
Mereka berdua hanya bisa berdiam dan mulai menyendok nasi yang tersedia. Terasa sulit untuk memakan makanan yang di hidangkan. Ara pun tak jauh berbeda dengan aska meski semangatnya sangat menggebu saat memasak tadi. Sapaan dan gurauan yang keluarpun hanya sebatas basa-basi agar mamah ara tak merasa berbeda.
Seusai makan, aska menyiapkan dirinya dan mengecek seluruh barang bawaannya kembali. Seusai itu, ia bergegas menuju pintu rumah. Ia kenakan sepatu yang telah ia siapkan.
Ara membantu membawa barang-barang yang aska bawa. Ia letakkan di samping motor yang telah di panaskan sebelumnya. Ia tersenyum meski getir rasanya. Seusai memakai sepatu, aska berpamitan. Motor dinyalakan dan secara perlahan tubuh kekasihnya menghilang dan ara terdiam.
" Selamat jalan "
Kita sama-sama tahu akan beda kita
Dan kamu selalu mengalah.
Hanya untuk membuatku merasa senang.
Engkau yang hadirkan nyaman Kini beranjak pergi,
menghilang tertelan waktu
Entah kenapa aku begitu egois akan sikapku
Sadarkah engkau,
aku mencintaimu lebih dalam dari pada verbalku
aku merindukanmu jauh lebih dalam dari pada manjaku padamu
***** the end *****
Widianto Satria Nugraha / klanting jingkrak, 03/12/2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H