Mohon tunggu...
klanting jingkrak
klanting jingkrak Mohon Tunggu... -

terkadang manusia terjebak dalm pertanyaan kenapa namun melupakan apa untuk merubah keadaan....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

berpisah part VI ( ending )

25 Desember 2010   17:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:24 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

hari ini aska pulang kerumah dan meninggalkan ara. Seisi rumah ara tampak sibuk menyiapkan oleh-oleh untuk keluarga aska. Ara sedari tadi memasak makanan kesukaan orang tua aska.

Ara ingin membawakan makanan ini untuk orang tua aska. Aska masih berada di kamar mandi untuk mandi. Tubuh ara sangat kotor pasca memasak. Keadaan dapur seperti kapal pecah yang terhantam badai.

Aska berjalan menuju ruang tamu. Ia memeriksa barang bawaan yang ia bawa. Ia letakkan sepatunya di depan pintu rumah. Ia memakai kaos kaki putih, jaket , dan celana jeans panjang. Ara datang membawa makanan yang ia masak sendiri. “ ini aku masakkin untuk mamah di rumah “, semburat senyum menyembul di wajah ara.

Aska menatap lekat kekasihnya. Ia tak bisa berkata apa-apa. Sebaris doa ia ucapkan untuk hubungan ini. Ara tersipu melihat aska menatapnya begitu dalam. Suasana seperti ini sangat sulit untuk terulang kembali sejak ara menetapkan untuk pindah bekuliah.

******

Siang ini merupakan sesuasana yang sangat haru bagi mereka berdua. Aska bersikap agak santai meski air matanya mengalir dalam sikap santainya. Ara temenung menatap lekat kekasihnya.

Suasana makan siang yang sangat jarang terjadi. Hening menyelimuti meja makan tersebut. Tak ada keceriaan seperti beberapa hari kemarin. Mereka sama-sama paham betul akan getir yang di rasakan.“ kok, pada belum makan ?”, sapa mamah ara.

Mereka berdua hanya bisa berdiam dan mulai menyendok nasi yang tersedia. Terasa sulit untuk memakan makanan yang di hidangkan. Ara pun tak jauh berbeda dengan aska meski semangatnya sangat menggebu saat memasak tadi. Sapaan dan gurauan yang keluarpun hanya sebatas basa-basi agar mamah ara tak merasa berbeda.

Seusai makan, aska menyiapkan dirinya dan mengecek seluruh barang bawaannya kembali. Seusai itu, ia bergegas menuju pintu rumah. Ia kenakan sepatu yang telah ia siapkan.

Ara membantu membawa barang-barang yang aska bawa. Ia letakkan di samping motor yang telah di panaskan sebelumnya. Ia tersenyum meski getir rasanya. Seusai memakai sepatu, aska berpamitan. Motor dinyalakan dan secara perlahan tubuh kekasihnya menghilang dan ara terdiam.

" Selamat jalan "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun