- Apa nama film dan judul yang telah ditonton?Â
- Siapa saja tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?Â
- Kapan kejadian tersebut?Â
- Dimana kejadian saat upin ipin sakit hati karena ucapan fizi?Â
- Mengapa upin dan ipin merasa sedih?Â
- Bagaimana hal yang seharusnya dilakukan fizi kepada upin dan ipin?
     Pertanyaan tersebut kemudian dibahas dengan cara anak-anak menebak jawaban yang benar, kemudian pemberian materi seperti contoh tayangan yang tidak diperbolehkan ditonton, alasan mengapa tayangan tersebut tidak boleh ditonton, hal-hal apa saja yang tidak boleh di tonton anak, contoh tayangan yang boleh di tonton dan posttest melalui cuplikan film Adit Sopo Jarwo.Â
     Setelah menganalisis tahap selanjutnya adalah evaluasi, di mana anak-anak harus mampu menilai apakah konten yang ditonton bermanfaat atau tidak baik bagi dirinya. Untuk melakukan evaluasi ini, anak-anak bisa membandingkan pesan dalam media dengan nilai, norma, standar, atau aturan yang berlaku. Anak-anak dapat menggunakan pembelajaran dari sekolah dan keluarga untuk membandingkan konten dengan nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk bagi diri mereka. Dari hasil sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi, hasil posttest menunjukan bahwa anak-anak mengalami peningkatan dalam menganalisis suatu tayangan di media sosial dengan cara 5W+1H,  sehingga meningkatkan ketepatan anak-anak dalam menemukan pesan yang ingin disampaikan media.Â
Kami harap dengan adanya Sosialisasi Literasi Media Digital dapat mencegah anak menonton tayangan berbahaya ataupun tidak bermanfaat. Seperti jargon pada sosialisasi kali ini yaitu "Anak Hebat: Pintar Menonton Tayangan Bermanfaat!""
Referensi: Hanika dkk.(2020). SOSIALISASI LITERASI MEDIA DIGITAL DI JAKARTA (Studi Eksperimen Penggunaan YouTube terhadap Siswa Sekolah Dasar di Jakarta). Jurnal Komunikasi dan Kajian Media. Vol.4, No.2 . 153-172.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H