Lumajang - Desa Kebonagung merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa Kebonagung terdiri dari lima dusun, yakni Dusun Krajan I, Dusun Krajan II, Dusun Sitinggil, Dusun Kebonarang, dan Dusun Kebonagung Kidul. Desa Kebonagung memiliki luas sebesar 2,7 km2 yang dikepalai oleh Bapak Suhanto selaku Kepala Desa Kebonagung.
Desa Kebonagung merupakan desa penempatan bagi kelompok KKN 462 yang terdiri dari 10 orang mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Jember dalam melaksanakan Program KKN Tematik UNEJ Membangun Desa (UMD) Periode II Tahun Akademik 2021/2022.
Pada Program KKN UNEJ Membangun Desa (UMD) ini, mahasiswa KKN kelompok 462 dari Universitas Jember didukung oleh masyarakat sekitar termasuk perangkat desa, bidan desa, BABINSA, serta BHABINKAMTIBMAS dalam menjalankan keempat tema program kerja dari KKN Tematik UMD.
Dalam menggali informasi kondisi usaha di Desa Kebonagung sebagai landasan penyusunan program kerja, mahasiswa KKN telah melakukan survey langsung ke beberapa kegiatan usaha milik masyarakat desa, diantaranya usaha kerupuk puli, usaha dagang tahu, usaha bakso, dan usaha roti.
Usaha Kerupuk Puli Bu Eni
Usaha kerupuk pada awal dirintis seringkali mengalami kegagalan penjualan, namun kian membaik hingga saat ini dengan kapasitas produksi sebesar 1 kuintal per hari yang dijual ke Pasar Lumajang. Harga bahan baku khususnya tepung yang fluktuatif menyebabkan omset penjualan kerupuk puli tidak menentu.
“Penghasilan saat ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi penghasilan perhari tidak menentu, karena saya terkena dampak kenaikan harga tepung, sudah sekitar 6 bulan harga tepung tidak menentu. Banyak usaha kerupuk lain yang juga terkena dampak kenaikan harga bahan baku dan memutuskan menutup usaha kerupuknya,” ujar Bu Eni selaku pemilik UMKM kerupuk puli.
Meskipun tidak stabil, penghasilan dari penjualan kerupuk puli cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Usaha Dagang Tahu Jati Makmur
Usaha Dagang Tahu Jati Makmur telah dirintis mulai tahun 2002 dengan jumlah produksi perhari sekitar 2,5 hingga 3 kuintal tergantung pesanan.
Produksi dilakukan dengan bantuan mesin giling, namun untuk proses lainnya dilakukan secara manual. Selain tahu sebagai produk utama, dihasilkan pula ampas tahu sebagai produk samping yang dijual kembali untuk diolah lebih lanjut.
Kendala yang sama dialami oleh Pak Jumar selaku pelaku usaha, yakni kenaikan bahan baku kedelai yang berimbas kepada omset penjualan yang tidak stabil.