Kisah cinta bertepuk sebelah tangan meninggalkan sejarah besar di Desa Pupus, tepatnya di daerah Kecamatan Lembeyan, Magetan, Jawa Timur. Pada Jum'at,06/01/2023 team KKN Tematik Universitas PGRI Madiun, kelompok 19 melaksanakan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Pupus. Dalam hal ini, diadakannya wawancara bersama tokoh-tokoh masyarakat di daerah sekitar dengan tujuan mensinergikan program kerja antara kelompok 19 dengan kegiatan desa serta adaptasi terhadap lingkungan masyarakat baru.
Terdapat cerita menarik yang disampaikan oleh ibu lurah, Bu Sri yang mana beliau menceritakan mengenai asal-usul dari Desa Pupus tersebut. "Di sini itu terdapat peninggalan berupa potongan-potongan arca, yang diyakini masyarakat merupakan peninggalan sejarah dari kisah Legenda Sang Ratu Kalangbangi. Dimana, kisahnya hampir mirip dengan kisah Roro Jonggrang candi Perambanan, tapi cerita ini beda karena arca yang ditemukan ini merupakan bagian-bagian atau potongan tubuh dari sosok tokoh legenda Bernama Joko Selung" ujar beliau selama wawancara.
Di sekitar 1059 masehi datanglah seorang putri dari kerajaan Kahuripan yang benama Dewi Sukowati beserta emban kinasih yang bernama Emban Sayekti dan anaknya yang bernama Dewi Lambangsari. Dewi Sukowati ini sebenarnya berasal dari kalangan keluarga kerajaan kahuripan, dan Dewi Sukowati merupakan Istri selir dari Mapanji Grasakan.Â
Karena keberadaan Dewi Sukowati di istana kahuripan tidak menimbulkan kesenangan pada istri sah dari Mapanji Grasakan maka Dewi Sukowati keluar dari istana dan mencari tempat pemukiman baru di wilayah kerajaan kahuripan paling barat. Hingga sampailah di wilayah Kalangbangi disitulah Dewi sukowati memulai kehidupan baru yang diikuti Emban Sayekti dan Dewi Lambangsari.Â
Walaupun tinggal didaerah pedalaman, raut kecantikan Dewi Sukowati tetap nampak cantik sehingga hari ke hari kabar kecantikan Dewi sukowati terdengar ke seluruh penjuru daerah Kalangbangi. Banyak orang yang tidak mengetahui asal muasal Dewi Sukowati, masyarakat mengangap penjelmaan putri dari kayangan maka masyarakat mengenal dewi Sukowati adalah Putri kayangan yang muncul dari Kalangbangi atau identik disebut Putri Kalangbangi.
Kecantikankan Dewi Sukowati (Putri Kalangbangi) selalu jadi perbincangan masyarakat, akhirnya tedengar sampai ke telinga Joko Selung yaitu putra dari Penggede atau Demang Ndrigo yaitu ki Kromo Sudiro.Â
Joko selung memang terkenal tampan dan sakti karena beliau berguru ilmu pada Ki Harjo Kusumo yang berasal dari ngepehwaru. Joko selung juga seorang yang taat kepada gurunya, berbekal kenyakinan dan rasa penasaran Joko selung berusaha menemui Putri Kalangbangi. Setelah sampai di Kalangbangi tempat kediaman Putri Kalangbangi alangkah terkejut hati joko selung menemui putri kalangbangi ternyata memang benar yang ditemui seorang putri yang cantik laksana jelmaan dewi kayangan.
Tertegun hati Joko Selung melihat Putri Kalangbangi dan disitu pula Joko Selung mengutarakan isi hatinya untuk memperistri putri Kalangbangi, namun kiranya sang pujaan belum bisa memberikan keputusan kala itu. Akhirnya joko selung pulang dengan rasa kecewa, dan sesampainya dirumah joko selung dinasehati Ki Kromo Sudiro untuk mengurungkan niatnya karena masih banyak wanita yang cantik. Joko Selung telah jatuh hati kepada Putri Kalangbangi, maka nasehat ayahnya tidak dihiraukan.Â
Akhirnya Joko Selung minta nasehat gurunya Harjo Kusumo, ia disarankan jangan pantang menyerah untuk memperistri putri Kalangbangi dan diminta untuk datang kembali menemui sang pujaan hati. Adanya nasehat dari gurunya, Joko Selung menemui lagi Putri Kalangbangi namunsang putri masih belum bisa memberi jawaban sedangkan joko selung terus mendesak agar Putri Kalangbangi memberi jawaban kepastian dan akhirnya putri kalangbangi meminta waktu dalam jangka sepekan hari. Akhirnya Joko Selung pulang dengan harapan besar dalam sepekan hari pinanganya bisa diterima Putri Kalangbangi tapi disisi putri Kalangbangi merasa susah hati atas pinangan joko selung dikarenakan sebelumnya Putri kalangbangi (Dewi Sukowati) adalah selir dari raja Kerajaan Kahuripan yang telah lama dirahasiakannya dan karena tidak mau mengingkari janji perkawinannya dengan sang raja. Putri Kalangbangi gundah gulana dengan desakan Joko Selung.
Pada akhirnya Putri Kalangbangi minta nasehat Emban Sayekti. Oleh Emban Sayekti Putri Kalangbangi ditanya apa masih mencintai sang raja sebagai suami, sang putri menjawab masih mencintai dan tak ingin bersuami lagi. Dari situ san putri dan Emban Sayekti mencari cara untuk menolak pinangan Joko Selung secara halus dengan sebuah syarat ia akan menerima pinangan Joko Selung jika Joko Selung bisa mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong dalam semalam ke Kalangbangi. Apabila dalam semalam tidak bisa berarti pinangan Joko Selung gagal, waktu sepekan telah berlalu.
Joko Selung tidak sabar dalam menunggu kepastian hingga ia meminta restu romonya yaitu Ki Romo Sudiro untuk meminang Putri Kalangbangi. Sebenarnya Ki kromo Sudiro sudah tahu apa yang akan terjadi, Ki Romo Sudiro menasehati joko selung untuk mengurungkan niatnya. Tetapi Joko Selung sudah bulat tekatnya untuk memperistri Putri Kalangbangi dan tanpa restu orang tua Joko Selung berangkat disertai gurunya ki Harjo kusumo.Â
Sesampainya di kediaman sang putri, Joko Selung mendapat penjelasan dan kepastian dari Putri Kalangbangi yaitu Putri kalangbangi mau dijadikan istri Joko Selung tetapi dengan syarat joko selung harus mampu mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong sebagai saluran air ke dukuh Kalangbangi dalam waktu semalam apabila gagal Joko Selung tidak berhak memperistri Putri Kalangbangi.Â
Dari situ Joko Selung juga sedikit merasa keberatan dengan persyaratan yang diajukan. Ia berusaha menawarkan syarat selain itu demi menunjukan bukti cintanya yang agung kepada sang putri. Namun, Putri Kalangbangi kokoh pada pendiriannya agar dibuatkan lorong saluran air. Atas dasar saran dari gurunya akhirnya Joko Selung menerima persyaratan itu sebagai cintanya.
Pada waktu malam yang telah disepakati, Joko Selung mulai membuat lorong saluran air dengan kesaktianya menggunakan pusaka "cis" yaitu pusaka yang berbentuk seperti tongkat untuk membuat lubang pada tanah. Perasaan Putri Kalangbangi mulai was-was atas kesaktian Joko Selung. Sang putri selalu memperhatikan usaha Joko Selung dalam membuat lorong saluran air meskipun dari jauh. Mengeta hui hal tersebut, pembuatan lorong sudah semakin jauh dan hampir selesai, hati Putri Kalangbangi semakin risau padahal waktu baru tengah malam.Â
Dengan sebuah batu yang tinggi untuk jinjit Putri Kalangbangi melihat hasil kerja Joko Selung dengan jelas, nampak lorong yang dibuat semakin jauh. Membuat gundah perasaan Putri Kalangbangi karena kalau Lorong itu selesai dalam satu malam, berati putri kalangbangi harus bersedia menjadi istri Joko Selung. Dan tentu saja itu bukan hal yang diinginkan olehnya, maka ia mencari cara agar pekerjaan Joko Selung gagal dengan musyawarah bersama Emban Sayekti membuahkan rencana untuk menggagalkan usaha Joko Selung.
Emban sayekti membangunkan gadis-gadis desa agar menumbuk padi dan membunyikan lesung sehingga menimbulkan keriuha, sehingga ayam jantan berkokok agar nampak malam berganti dengan pag. Sedangkan kaum laki-laki disuruh membakar kayu-kayu kering, agar nampak malam yang gelap menjadi terang. Sedangkan Putri Kalangbangi membeberkan cinde (selendang) dengan kesaktianya dipuja menjadi sorot matahari yang mulai terbit suasanapun berubah seakan waktu menjadi pagi.Â
Sedangkan Joko Selung terus membuat lorong saluran air bahkan sudah  membuat lubang jebulan kaping telu (yang sekarang lubangnya sudah tertutup tanah). Joko Selung tetap meneruskan lagi membuat lorong tapi lama kelamaan ia mendengar suara ayam berkokok, padahal pembuatan lorong saluran air hampir selesai. Joko selung tak percaya hari mulai pagi, akhirnya ia menyudahi pembuatan lorong dan keluar untuk melihat keadaan. Betapa terkejut hati Joko Selung mengetahui bahwasanya hari sudah menjelang pagi, ia pun mengetahui bahwa itu hanya akal-akalan Putri Kalangbangi untuk menolaknya.
Maka dengan segenap rasa sakit hati yang diterimanya, karena merasa telah ditipu Putri Kalangbangi, Joko Selung menemui sang putri untuk membantah ucapan sang putri yang menyatakan bahwa ia gagal. Karena ia sadar ternyata Puteri Kalangbangi telah menipunya.Â
Puteri Kalangbangi meminta Joko Selung bersikap sebagai seorang satria bahwasanya joko selung telah gagal mewujidkan permintaanya dan jelas-jelas joko selung tidak berhak untuk meminangnya. Dengan sangat murka joko selung menerima keputusan san pujaan hati, Joko Selung mengutuk anak turun serta gadis-gadis yang membantu Puteri Kalangbangi kelak akan laku dilamar (pinang) orang kalau sudah keluar jambul ubannya.Â
Begitu kecewanya Joko Selung atas perlakuan sang putri yang ia impikan selama ini, saking kecewanya joko selung akirnya memotong alat kelaminnya sendiri dan dibuang ditengah sawah seketika berubah menjadi sebuah batu oleh Joko Selung kelak daerah itu kalau ramai ditempati orang batu itu diberi nama batu Supelen.
Dengan tetap melanjutkan perjalanannya ia memotong godeknya dan dibuang lagi di tengah sawah, seketika potongan godeknya menjadi sebuah batu terus batu tadi sama Joko Selung diberi nama batu godek. Selanjutnya Joko Selung berjalan kebarat dan duduk di sebuah batu sambil lengak lenguk (linglung)karena hatinya hancur telah ditolak pinangannya. Maka batu tadi diberi nama batu selenguk. Lalu Joko Selung menendang sebuah batu karena saking kecewanya batu itu bengkah (terbelah) jadi dua dan batu itu diberi nama batu sebengkah. Jalan joko selung mulai tidak menentu dan gelap mata akhirnya timbul untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan menangung malu ia  membedah perutnya dan dikeluarkan semua isi perutnya (Waduk). Lalu dibuangnya seketika berubah nenjadi batu besar dan batu itu diberi nama batu sewaduk, semua isi perut Joko Selung sudah dikeluarkan namun ternyata Joko Selung belum kunjung mati. Sambil tertatih tatih Joko Selung meneruskan jalannya sesampainya di tepi sebuah sungai joko selung memotong anus (bol) berharap cepat menghantar kematiannya dan dibuang kedalam sungai yang airnya dalam (kedung). Lalu kedung itu diberi nama kedung bol.
Tapi kali ini Joko Selung belum bisa mati ia pun menyeberangi sungai menuju kaki Gunung Bancak karena jalan naik Joko Selung semakin kehabisan tenaga dan darah semakin banyak yang keluar. Antara sadar dan tidak Joko Selung merasa ajalnya sudah dekat, dan ia jalan terus semakin naik dan akhirnya merasa ajalnya semakin dekat. Warga disekitar tempat itu tidak tega melihat keadaan Joko Selung akhirnya warga memanggil-mangigil nama Joko Selung (Bahasa jawa Metik) untuk memastikan dirinya masih hidup.Namun, ternyata Joko Selung telah menghadap sang pencipta seketika jasad joko selung lenyap entah kemana (Moksa). Oleh Warga tempat metik (Memanggil nama orang dalam keadaan Sekarat) disebut metik dan lama kelamaan orang menyebut tempat tersebut menjadi Patik. Saat itu menjadilah nama-nama dukuhan kecil di daerah/Desa Pupus Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan. Cerita ini turun-temurun menjadi sebuah legenda cinta tak sampai yang sangat populer di daerah Pupus yaitu Legenda Cinta Sang Putri Klangbangi dan Joko Selung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H