Pada akhirnya Putri Kalangbangi minta nasehat Emban Sayekti. Oleh Emban Sayekti Putri Kalangbangi ditanya apa masih mencintai sang raja sebagai suami, sang putri menjawab masih mencintai dan tak ingin bersuami lagi. Dari situ san putri dan Emban Sayekti mencari cara untuk menolak pinangan Joko Selung secara halus dengan sebuah syarat ia akan menerima pinangan Joko Selung jika Joko Selung bisa mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong dalam semalam ke Kalangbangi. Apabila dalam semalam tidak bisa berarti pinangan Joko Selung gagal, waktu sepekan telah berlalu.
Joko Selung tidak sabar dalam menunggu kepastian hingga ia meminta restu romonya yaitu Ki Romo Sudiro untuk meminang Putri Kalangbangi. Sebenarnya Ki kromo Sudiro sudah tahu apa yang akan terjadi, Ki Romo Sudiro menasehati joko selung untuk mengurungkan niatnya. Tetapi Joko Selung sudah bulat tekatnya untuk memperistri Putri Kalangbangi dan tanpa restu orang tua Joko Selung berangkat disertai gurunya ki Harjo kusumo.Â
Sesampainya di kediaman sang putri, Joko Selung mendapat penjelasan dan kepastian dari Putri Kalangbangi yaitu Putri kalangbangi mau dijadikan istri Joko Selung tetapi dengan syarat joko selung harus mampu mendatangkan air dari dukuh Tapen melalui lorong sebagai saluran air ke dukuh Kalangbangi dalam waktu semalam apabila gagal Joko Selung tidak berhak memperistri Putri Kalangbangi.Â
Dari situ Joko Selung juga sedikit merasa keberatan dengan persyaratan yang diajukan. Ia berusaha menawarkan syarat selain itu demi menunjukan bukti cintanya yang agung kepada sang putri. Namun, Putri Kalangbangi kokoh pada pendiriannya agar dibuatkan lorong saluran air. Atas dasar saran dari gurunya akhirnya Joko Selung menerima persyaratan itu sebagai cintanya.
Pada waktu malam yang telah disepakati, Joko Selung mulai membuat lorong saluran air dengan kesaktianya menggunakan pusaka "cis" yaitu pusaka yang berbentuk seperti tongkat untuk membuat lubang pada tanah. Perasaan Putri Kalangbangi mulai was-was atas kesaktian Joko Selung. Sang putri selalu memperhatikan usaha Joko Selung dalam membuat lorong saluran air meskipun dari jauh. Mengeta hui hal tersebut, pembuatan lorong sudah semakin jauh dan hampir selesai, hati Putri Kalangbangi semakin risau padahal waktu baru tengah malam.Â
Dengan sebuah batu yang tinggi untuk jinjit Putri Kalangbangi melihat hasil kerja Joko Selung dengan jelas, nampak lorong yang dibuat semakin jauh. Membuat gundah perasaan Putri Kalangbangi karena kalau Lorong itu selesai dalam satu malam, berati putri kalangbangi harus bersedia menjadi istri Joko Selung. Dan tentu saja itu bukan hal yang diinginkan olehnya, maka ia mencari cara agar pekerjaan Joko Selung gagal dengan musyawarah bersama Emban Sayekti membuahkan rencana untuk menggagalkan usaha Joko Selung.
Emban sayekti membangunkan gadis-gadis desa agar menumbuk padi dan membunyikan lesung sehingga menimbulkan keriuha, sehingga ayam jantan berkokok agar nampak malam berganti dengan pag. Sedangkan kaum laki-laki disuruh membakar kayu-kayu kering, agar nampak malam yang gelap menjadi terang. Sedangkan Putri Kalangbangi membeberkan cinde (selendang) dengan kesaktianya dipuja menjadi sorot matahari yang mulai terbit suasanapun berubah seakan waktu menjadi pagi.Â
Sedangkan Joko Selung terus membuat lorong saluran air bahkan sudah  membuat lubang jebulan kaping telu (yang sekarang lubangnya sudah tertutup tanah). Joko Selung tetap meneruskan lagi membuat lorong tapi lama kelamaan ia mendengar suara ayam berkokok, padahal pembuatan lorong saluran air hampir selesai. Joko selung tak percaya hari mulai pagi, akhirnya ia menyudahi pembuatan lorong dan keluar untuk melihat keadaan. Betapa terkejut hati Joko Selung mengetahui bahwasanya hari sudah menjelang pagi, ia pun mengetahui bahwa itu hanya akal-akalan Putri Kalangbangi untuk menolaknya.
Maka dengan segenap rasa sakit hati yang diterimanya, karena merasa telah ditipu Putri Kalangbangi, Joko Selung menemui sang putri untuk membantah ucapan sang putri yang menyatakan bahwa ia gagal. Karena ia sadar ternyata Puteri Kalangbangi telah menipunya.Â
Puteri Kalangbangi meminta Joko Selung bersikap sebagai seorang satria bahwasanya joko selung telah gagal mewujidkan permintaanya dan jelas-jelas joko selung tidak berhak untuk meminangnya. Dengan sangat murka joko selung menerima keputusan san pujaan hati, Joko Selung mengutuk anak turun serta gadis-gadis yang membantu Puteri Kalangbangi kelak akan laku dilamar (pinang) orang kalau sudah keluar jambul ubannya.Â