Mohon tunggu...
KKNT UNESA NGANJUK 54
KKNT UNESA NGANJUK 54 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa KKN Tematik Unesa Tahun 2023 yang ditugaskan di Kampung Adat Desa Bajulan Kabupaten Nganjuk

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Tawur Agung Kesanga dan Kirab Ogoh-Ogoh bersama Mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54

11 Juni 2023   01:11 Diperbarui: 11 Juni 2023   01:15 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembakaran Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Nganjuk -- Nyepi merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercaya sebagai hari penyucian dewa-dewa di pusat samudra. Hari Raya Nyepi telah diperingati sebagai tahun baru umat Hindu berdasarkan penanggalan Saka sejak tahun 78 Masehi.

Tujuan dari hari raya Nyepi adalah mencari keharmonisan serta kedamaian dalam setiap diri manusia. Melalui Nyepi, manusia diminta untuk mawas diri dan merenung tentang apa saja hal-hal yang sudah mereka lakukan selama satu tahun untuk nantinya diperbaiki di kemudian hari.

Rangkaian Nyepi dimulai dari Melasti, kemudian Tawur Agung Kesanga, dilanjutkan Pengerupukan, dan diakhiri oleh Nyepi. Tawur Agung Kesanga dilaksanakan dengan melakukan upacara di catus pata (perempatan) desa yang dianggap sebagai titik temu antar ruang dan waktu yang dimana di Desa Bajulan dilakukan pada Simpang Tujuh Monumen Jendral Sudirman. Upacara lalu dilanjutkan dengan melakukan pecaruan.

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Setelah itu, dilanjutkan pawai ogoh-ogoh mengelilingi desa dengan rute Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis menuju Monumen Jendral Sudirman. Hal itu bertujuan menyerap energi negatif dan meleburnya, dengan disimbolkan melalui pembakaran ogoh-ogoh yang telah diarak.

Dikutip dari laman Kementerian Agama Bali, Tawur Agung Kesanga berdasarkan Lontar Sang Hyang Aji Swamandala, merupakan upacara Butha Yadnya yang bertujuan untuk kesejahteraan alam dan lingkungan

Tawur Agung Kesanga bertujuan membersihkan Bhuana Agung dan Bhuana Alit sesuai konsep Tri Hita Karana untuk mengusir keburukan dari lingkungan sekitar.

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Makna pelaksanaan Tawur Agung adalah membayar atau mengembalikan sari-sari alam yang diambil manusia selama memenuhi kebutuhan hidup. Pengembalian dilakukan dengan upacara yang ditujukan kepada para Butha, dengan tujuan para Butha tidak mengganggu manusia.

Setelah dilaksanakan Tawur Agung Kesanga dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh yang berwujud Bhuta Kala (simbol kejahatan). Ogoh-ogoh akan diarak keliling desa, kemudian dibakar.

Pembakaran Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Pembakaran Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Pembakaran ogoh-ogoh ini sebagai makna untuk membakar segala kejahatan di muka bumi. Sehingga, akan tercapai kehidupan yang harmonis yang sejalan dengan ajaran Tri Hita Karana.

Pada tahap persiapan untuk kirab ogoh-ogoh, Mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54 turut andil dalam kerja bakti (16/03/23) di lokasi yang nantinya akan digunakan sebagai tempat persembahyangan serta pembakaran di sekitar Simpang Tujuh Monumen Jendral Sudirman.

Kerja Bakti di sekiar Simpang Tujuh Monumen Jendral Sudirman (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Kerja Bakti di sekiar Simpang Tujuh Monumen Jendral Sudirman (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bambu untuk kaki panggung serta finishing panggung ogoh-ogoh dan pembuatan banten yang akan digunakan untuk kegiatan persembahyangan (18/03/23).

Menghias Kaki Panggung Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Menghias Kaki Panggung Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Pada saat prosesi Tawur Agung Kesanga dan Kirab Ogoh-Ogoh, mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54 turut membantu dalam menggotong ogoh-ogoh serta membuat barikade manusia untuk menutup jalan agar tidak ada orang yang berlalu-lalang saat dilakukannya persembahyangan, sehingga persembahyangan dapat berjalan dengan lancar.

Menggotong Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Menggotong Ogoh-Ogoh (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Membuat Barikade (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Membuat Barikade (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Pelaksanaan kirab ogoh-ogoh tahun 2023 ini merupakan yang terbesar di Nganjuk pasca pandemi COVID-19. Dengan ikut sertanya mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54, diharapkan ritual keagamaan asli Indonesia ini dapat terus dilestarikan oleh umat Hindu Indonesia terutama di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis kabupaten Nganjuk dengan tetap menjunjung tinggi norma beragama serta bermasyarakat.

Mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54 Foto Bersama Pak Adi Disporabudpar, Pemangku Pura (Pak Dampri), Prada dan Pengurus Pura (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)
Mahasiswa KKN-T UNESA Nganjuk 54 Foto Bersama Pak Adi Disporabudpar, Pemangku Pura (Pak Dampri), Prada dan Pengurus Pura (Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54)

Sumber : (Detik Bali)

(FA/RU)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun