Mohon tunggu...
KKNT Dukuhtengah
KKNT Dukuhtengah Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

KKN-T Inovasi IPB University 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN-TI IPB Adakan Sosialisasi Pengendalian Penyakit Antraknosa Cabai dengan Prinsip PHT

21 Juli 2023   02:37 Diperbarui: 21 Juli 2023   02:47 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cabai merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat desa Dukuhtengah. Cabai memiliki manfaat yang cukup besar baik dari segi ekonomi bagi para petani dan sering digunakan untuk bahan masakan. 

Selain kubis, komoditas cabai dipilih sebagai tanaman budidaya karena memiliki risiko rendah terkena serangan hama babi hutan dan kera. Hal ini dikarenakan letak Desa Dukuhtengah berada berdampingan dengan wilayah hutan.  

Namun, dalam budidaya cabai, sering kali petani Desa Dukuhtengah mengalami kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit. Dua penyakit yang cukup merugikan dalam budidaya cabai adalah penyakit patek (antraknosa) dan Keriting kuning.

Penyakit antraknosa dan keriting kuning disebabkan oleh dua jenis patogen berbeda. Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp. yang dapat menyebabkan busuk pada buah cabai. 

Antraknosa dapat disebarkan oleh tanaman inang, alat pertanian, air, dan tanah. Keriting kuning disebabkan oleh  Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) yang berasal dari kelompok geminivirus. 

Penyakit keriting kuning mengakibatkan tanaman cabai menjadi rusak dengan gejala serangan berupa perubahan warna menjadi kuning dan keriting pada daun, tanaman menjadi kerdil, hingga tidak dapat memproduksi buah. 

Berbeda dengan antraknosa, penyakit keriting kuning tidak terbawa benih, tidak ditularkan melalui kontak alat pertanian, tanah, maupun aliran air. Keriting kuning hanya ditularkan melalui vektor (serangga penular) secara persiste. Vektor dari penyakit PYLCV adalah kutu kebul (Bemisia tabaci). 

Dampak dari serangan penyakit antraknosa dan keriting kuning pada tanaman cabai sangat signifikan. Serangan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas dan produktivitas cabai bahkan menyebabkan gagal panen. 

Permasalahan penyakit antraknosa dan keriting kuning cabai semakin diperparah dengan adanya penggunaan bibit cabai siap tanam yang dibeli melalui sumber yang sama dan penggunaan benih sendiri (benih yang dihasilkan dari panen sebelumnya yang telah dikeringkan) tanpa diberi perlakuan khusus untuk mengendalikan penyakit terbawa benih. 

Kebiasaan tersebut menyebabkan kejadian penyakit antraknosa dan keriting kuning tersebar merata hampir pada seluruh lahan pertanaman cabai di Desa Dukuhtengah. 

Beberapa petani telah memperoleh informasi terkait pentingnya melakukan persemaian secara mandiri untuk mengurangi resiko paparan penyakit antraknosa dan keriting kuning cabai. Akan tetapi, hasil yang diperoleh tetap tidak mampu mengurangi kejadian penyakit tersebut secara signifikan. 

"Wabah penyakit kuning cabai ini masuk mulai tahun 2021. Penyakit ini menyebabkan kerugian bagi para petani. Sudah coba pembibitan sendiri tetapi tetap kena penyakit" ujar Murdi, salah satu ketua Poktan Mawar Desa Dukuhtengah.

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) penyebab penyakit pada cabai akan sulit dikendalikan apabila tidak dilakukan upaya pengendalian yang bersifat serentak dan meluas (tidak perorangan). 

Pemahaman terkait penyakit tanaman oleh petani cabai terutama antraknosa dan keriting kuning masih belum menyeluruh sehingga penanganan, pemeliharaan tanaman, dan pengendalian masih belum tepat sasaran. 

Kegiatan sosialisasi dan edukasi pertanian terkait budidaya dan pengendalian penyakit cabai terutama antraknosa dan keriting kuning perlu dilakukan. Hal ini bertujuan menyamakan persepsi, pola pikir, dan pengetahuan petani agar dapat dilakukan pengendalian penyakit secara serentak, tepat sasaran, dan menyeluruh. 

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Inovasi IPB University, Desa Dukuhtengah, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, melihat kejadian ini sebagai suatu kesempatan untuk melaksanakan program kerja yang berfokus pertanian, terutama pengendalian OPT. 

Bekerjasama dengan Klinik Tanaman Kecamatan Bojong dan bimbingan Dosen Proteksi Tanaman IPB University, mahasiswa KKN-TI IPB University yang berjumlah 7 orang mengadakan rangkaian sosialisasi terkait budidaya cabai dengan menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) guna mencegah penyakit antraknosa dan keriting kuning pada cabai di Desa Dukuhtengah.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Sosialisasi yang berfokus pada bidang pertanian terdiri atas tiga kegiatan yaitu sosialisasi dan demonstrasi persemaian benih sehat guna mencegah penyakit antraknosa pada cabai, pembuatan pestisida nabati, dan sosialisasi perlakuan awal tanam guna mencegah vektor penyakit keriting kuning cabai. 

Acara ini turut dihadiri oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), petani cabai RT 01-11 Desa Dukuhtengah, dan perwakilan BPP Kecamatan Bojong. 

Rangkaian kegiatan dilaksanakan pada tanggal 11, 13, dan 16 Juli 2023. Mahasiswa memberikan (1) edukasi mengenai penyakit antraknosa dan keriting kuning cabai, (2) aplikasi perlakuan benih menggunakan PGPR dan Trichoderma sp., (3) melakukan persemaian benih cabai yang baik dan benar untuk mengurangi stress tanaman, (4) perlakuan penyungkupan menggunakan plastik atau kain kasa guna mencegah paparan vektor PYLCV, (5) edukasi pengolahan tanah dan pemupukan berimbang, (6) pembuatan alat monitoring Yellow Sticky Trap, (7) edukasi pemanfaatan mulsa dan jarak tanam cabai yang baik guna mengurangi kelembaban di area pertanaman, (8) pengenalan pestisida, dan (9) pembuatan pestisida nabati berbahan dasar bawang putih dan daun pepaya.

Bapak Waris, Kepala Desa Dukuhtengah mengapresiasi program kerja berfokus pada bidang pertanian yang digagas oleh Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University, "Sebelumnya tidak ada kegiatan seperti ini, petani jadi lebih paham mengenai penyakit cabai dan cara penanganannya dengan mencoba langsung. Kegiatan dengan praktik secara langsung yang dibutuhkan oleh petani, bukan hanya pemaparan materi saja".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun