2. Tahap anal (1-3 tahun)
Anak mengalami sensasi menyenangkan saat memainkan wilayah anal mereka sendiri, seperti ketika buang air atau menyentuh feses. Orangtua sangat penting dalam memberikan bimbingan untuk mengendalikan kesenangan ini, termasuk dalam toilet training.
3. Tahap falik (3-6 tahun)
Anak mengalami minat pada organ vital mereka dan menghadapi Oedipus Complex (anak laki-laki ketertarikan pada ibu) atau Electra Complex (anak perempuan ketertarikan pada ayah), dan meniru gaya orangtua. Adanya kesadaran tentang norma sosial.
4. Tahap latensi (6 - masa pubertas)
Pemahaman anak tentang aturan sosial berkembang, sementara ketertarikan seksual mereka diarahkan pada pengembangan kemampuan sosial dan intelektual. Dorongan seksualnya berusaha disublimasikan menjadi kegiatan sosial yang dapat diterima.
5. Tahap genital (setelah masa pubertas)
Ketertarikan seksualnya akhirnya muncul kembali. Anak-anak mulai belajar tentang identitas diriperan seksualdan hubungan sosial yang lebih intim. Dengan bimbingan yang tepat pada tahap-tahap sebelumnya, mereka dapat tumbuh menjadi pribadi dewasa yang bijaksana dalam menghadapi dorongan seksual.
Harapannya, ibu dapat mendukung perkembangan anak sesuai dengan teori Sigmund Freud dengan memperhatikan kebutuhan dan keunikan mereka. Ingatlah bahwa setiap anak memiliki potensi tak terbatas, meskipun dengan kebutuhan yang beragam. Dengan cinta, dukungan, dan pengertian, orang tua dapat membantu anak mencapai kemandirian dan kebahagiaan yang maksimal. Jika anak mengalami kecacatan atau kekurangan dalam perkembangan (ABK), baik fisik, kognitif, atau emosional, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa anak tetap memiliki potensi dan kebutuhan yang unik. Serta untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog.