Kepala desa Bapak Sutardi mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat Desa Jatibatur setelah lulus SMP atau SMA pergi merantau dan sebagaian tujuannya ke Jakarta untuk menjadi pedagang. Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor penarik.Â
Faktor penarik dalam merantau ini berasal dari daerah tujuan seseorang merantau. Ketertarikan para perantauan dengan gaji yang lebih besar dibanding daerah asal atau peluang usaha di tempat tujuan lebih menguntungkan.
Kebiasaan merantau masyarakat Desa Jatibatur yang sudah menjadi budaya ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari budaya merantau ini adalah semakin maju perekonomian warga Desa Jatibatur, yang dibuktikan dengan keikutsertaan masyarakat perantauan dalam mengembangkan desa wisata dengan menjadi investor.
 Dibuatnya desa wisata ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga yang masih tinggal di desa melalui kegiatan wisata.Â
Selain memiliki dampak positif, budaya merantau warga Desa Jatibatur juga memiliki dampak negatif yaitu terbatasnya usia produktif atau orang yang sudah memasuki usia kerja, maksudnya adalah penduduk yang berusia produktif atau remaja banyak yang merantau sehingga di desa hanya tertinggal penduduk yang sudah tidak dalam usia produktif atau belum mencapai usia produktif seperti manula dan anak-anak.
Oleh: Layun Zizana Agathis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H