Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat lain melampaui batas politik atau negara ataupun batas administrasi atau batas bagian dalam suatu daerah atau negara.Â
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa migrasi berasal dari kata (mig-ra-si) yang berarti perpindahan penduduk dari satu tempat (negara dan sebagainya) ke tempat (negara dan sebagainya) lain untuk menetap. Perpindahan yang termasuk dalam proses migrasi adalah perpindahan yang setidak-tidaknya dianggap semi permanen dan melintasi batas-batas geografis tertentu.
Migrasi dapat meningkatkan jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu daerah lebih banyak daripada jumlah penduduk yang meninggalkan daerah tersebut. sebaliknya, migrasi dapat mengurangi jumlah penduduk jika jumlah penduduk yang masuk ke suatu wilayah lebih sedikit daripada jumlah penduduk yag meninggalkan wilayah tersebut.Â
Migrasi memiliki dampak positif dan dampak negatifnya juga, daerah membuat daerah asal tidak dapat berkembang maju itu negatifnya, sedangkan positif nya dengan penduduk bermigrasi keluar daerah dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan keluarga menjadi sejahtera.
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau, kebudayaan sangat mempengaruhi sejarah dan kebudayaan orang indonesia, seperti budaya merantau yang terjadi di beberapa daerah tertentu. Sebagian besar migrasi Indonesia adalah perpindahan dari Indonesia ke luar negeri, namun banyak juga yang bermigrasi di dalam negeri.Â
Seperti dari desa ke kota, daerah satu ke daerah lain, pulau ke pulau yang ada di Indonesia. Migrasi ini bisa terjadi karena adanya alasan ekonomi atau sosial.
Merantau diartikan sebagai berpindahnya individu dari satu daerah asal ke daerah lain atau daearah tujuan. Merantau bagi masyarakat minangkabau memiliki makna yang tergambar dalam peribahasa yang dikaji menggunakan teori etnolinguistik.Â
Sebagian besar masyarakat melayu yang berketurunan minangkabau melakukan budaya merantau. Bagi masyarakat melayu, merantau adalah suatu kegiatan yang biasa dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik.Â
Sama halnya dengan masyarakat Desa Jatibatur Kecamatan Gemolong. Masyarakat Desa Jatibatur terutama anak muda setelah lulus sekolah lebih memilih untuk pergi ke kota-kota besar. Budaya merantau ini juga menjadi kebiasaan turun menurun bagi masyarakat Desa Jatibatur.
Seseorang yang merantau tentu saja memiliki faktor pendorong. Salah satu faktor yang menjadi faktor pendorong atau alasan masyarakat Desa Jatibatur merantau adalah faktor ekonomi. Desa Jatibatur adalah desa yang tidak memiliki potensi alam yang subur.Â
Kepala desa Bapak Sutardi mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat Desa Jatibatur setelah lulus SMP atau SMA pergi merantau dan sebagaian tujuannya ke Jakarta untuk menjadi pedagang. Selain faktor pendorong, terdapat pula faktor penarik.Â
Faktor penarik dalam merantau ini berasal dari daerah tujuan seseorang merantau. Ketertarikan para perantauan dengan gaji yang lebih besar dibanding daerah asal atau peluang usaha di tempat tujuan lebih menguntungkan.
Kebiasaan merantau masyarakat Desa Jatibatur yang sudah menjadi budaya ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari budaya merantau ini adalah semakin maju perekonomian warga Desa Jatibatur, yang dibuktikan dengan keikutsertaan masyarakat perantauan dalam mengembangkan desa wisata dengan menjadi investor.
 Dibuatnya desa wisata ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga yang masih tinggal di desa melalui kegiatan wisata.Â
Selain memiliki dampak positif, budaya merantau warga Desa Jatibatur juga memiliki dampak negatif yaitu terbatasnya usia produktif atau orang yang sudah memasuki usia kerja, maksudnya adalah penduduk yang berusia produktif atau remaja banyak yang merantau sehingga di desa hanya tertinggal penduduk yang sudah tidak dalam usia produktif atau belum mencapai usia produktif seperti manula dan anak-anak.
Oleh: Layun Zizana Agathis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H