Mohon tunggu...
KKN DR 23
KKN DR 23 Mohon Tunggu... Lainnya - @kkndr23uinsu

KULIAH KERJA NYATA-DARI RUMAH KElOMPOK 23 UINSU 2020 📌 Dpl: Yenni Samri Juliati Nst || 👤 27 Members 🏢 State Islamic University of North Sumatra (UINSU) https://linktr.ee/KKNDR23UINSU2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksi Masyarakat Menghadapi Covid-19

4 Agustus 2020   21:30 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:32 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perbincangan masyarakat Indonesia mengenai virus corona sudah bukan lagi menjadi hal asing. Berkenaan dengan itu, virus ini diketahui pertama kali muncul di Wuhan, China pada November 2019 silam dan berkembang pesat di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Virus ini diketahui berasal dari hewan (kelelawar) dan dapat ditularkan kepada manusia. 

Namun di Indonesia belum ditemukan penularan yang spesifik langsung dari hewan tersebut, melainkan melalui kontak fisik ataupun benda dari beberapa pelancong dunia. Pernyataan munculnya virus ini pertama kali di Indonesia dikonfirmasi oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 2 Maret 2020. 

Hingga kini, virus ini masih menyimpan keresahan bagi sekalangan penduduk Indonesia, sebab diketahui virus tersebut merupakan virus berbahaya yang dapat merenggut nyawa manusia. Mewabahnya virus ini pun memiliki dampak besar bagi manusia bahkan dunia, sehingga menimbulkan berbagai peraturan dari Pemerintah yang konon harus dituruti.

Awal mula virus ini masuk di Indonesia, masyarakat masih terbilang memiliki respons yang sangat kecil, sebab saat itu masyarakat masih terdoktrin dengan pernyataan "Indonesia kebal" terhadap corona, bahkan tidak sedikit yang mengolok-olok keberadaan virus ini pada platform sosial media (Instagram, Twitter, Facebook, dsb). 

Saat itu merupakan keadaan dimana orang-orang acuh tak acuh bahkan menganggap kejadian tesebut hanyalah mitos belaka. Namun ketika virus ini diketahui berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia dan berstatus "pandemi", masyarakat mulai bertindak cepat dalam menangani dan mencegah perkembangannya. Keadaan ini merupakan bencana bagi masyarakat Indonesia saat itu.

Mewabahnya virus ini menyisakan kesedihan bagi masyarakat Indonesia, sebab segala aktifitas yang biasa dilakukan di luar rumah sudah dibatasi oleh Pemerintah. Namun di sisi lain, hal ini memiliki makna positif bagi mereka yang menyadarinya. Biasanya, orang-orang bekerja dari pagi hingga petang dan hanya memiliki sedikit waktu dengan keluarga, begitupun dengan anak-anak perantauan. 

Selain itu, kejadian ini pun menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan kebersihan bagi setiap orang, dimana masyarakat dihimbau agar selalu mencuci tangan setiap selesai beraktifitas. Dalam hal ini, sebagian orang menghadapinya dengan rasa syukur dan keikhlasan.

Atas kejadian ini, Pemerintah menegaskan kepada masyarakat untuk mentaati ketetapan yang disepakati guna mencegah penyebaran covid-19, yaitu stay at home dan melakukan pembelajaran serta pekerjaan dari rumah. Sontak saja, hal ini menjadi beban tersendiri bagi orang-orang yang mengharuskan dirinya bekerja di luar rumah demi menyogohkan sesuap nasi. 

Namun, peraturan tetaplah peraturan. Sajauh ini, masyarakat telah mentaati peraturan yang ditetapkan pemerintah, namun tidak sedikit pula orang-orang yang mengabaikannya dengan dalih "kematian berada di tangan Tuhan, bukan?". Ya, memang benar demikian, namun di bumi ini terdapat pula hak-hak yang harus dipenuhi atas sesamanya, maka lakukan.

Seiring berjalannya waktu, ternyata virus corona semakin berdampak pada terancamnya perekonomian dunia, termasuk bumi pertiwi sendiri. Meskipun begitu, ternyata Indonesia diisi oleh dominan masyarakat yang mumpuni atas kepedulian sosial. Banyak gerakan yang diluncurkan oleh para aktivis Indonesia guna memerdekakan hak kesehatan dan memberantas virus mematikan tersebut. 

Salah satunya dengan cara donasi (galang dana) yang dicantumkan pada situs Kitabisa.com, yang mana terbuka kepada masyarakat dan ditujukan untuk Indonesia, dengan pimpinan para pemuka tinggi seperti Rachel Vennya, yang mana atas partisipan "sukarela" nya mampu menghasilkan jumlah yang cukup besar (Rp. 8.000.000.000,-), yang kemudian digunakan sebagai anggaran bagi tenaga medis garda terdepan berupa ratusan ribu APD. 

Di samping itu, ternyata selebgram wanita itu dibantu pula oleh lembaga terpercaya, yaitu PMI yang dikepalai oleh Jusuf Kalla. Selain Rachel Vennya, nama aktivis besar pun malambung tinggi, seperti Maia Estianty, Baim Wong, Awkarin, Dr. Tirta, dll. Aksi besar yang dilakukan oleh para aktivis dan donatur tersebut menandakan bahwa besarnya kepedulian manusia terhadap sesama.

Namun di samping itu semua, kita sebagai masyarakat tetap harus berkecimpung dalam aksi peduli covid-19 dengan cara rajin mencuci tangan, stay at home, memakai masker ketika bepergian dengan tujuan penting/genting, menertibkan social distancing, menghindari kontak langsung (bersalaman), membatasi penggunaan transportasi umum, menjaga tubuh agar tetap sehat dengan berolahraga, dsb. 

Adapun gerakan yang di mulai dari diri sendiri itu telah di atur serta ditetapkan oleh pemerintah dan tenaga medis. Maka dari itu, alangkah baiknya jika seluruh masyarakat menurunkan ego dan melaksanakan himbauan tersebut demi keselamatan bersama.

Dalam situasi terkini, peran dan watak setiap manusia dalam menghadapi pandemi ini pun berbeda-beda, ada yang serius dalam menanggapi, sepele, hingga tidak peduli. Beberapa kasus pelanggaran yang ditetapkan oleh protokol pemerintah pernah terjadi kepada influencer dan masyarakat. Indira kalistha, seorang youtuber yang mengatakan secara terang-terangan bahwa ia tidak sering menggunakan masker ketika beraktifitas di luar rumah pun mendapat sorotan tajam dari masyarakat. 

Perkataannya itu di lontarkan pada channel youtube milik Gritte Agatha, yang spontan dianggap sebagai tindakan negatif. Kecaman masyarakat tersebut membukakan suara bagi aspirasi pemerintah dalam menjujung tinggi rasa kepedulian terhadap diri dan orang lain, sehingga menyebabkan pemerintah ikut andil dalam pelanggaran yang berkaitan dengan protokol kesehatan tersebut.

13 Juli 2020 silam, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan statement bahwa akan diadakannya sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan beserta sosialisasi edukasi, sebab Presiden RI kerap kali menyoroti masih rendahnya kedisiplinan masyarakat terhadap hal tersebut. Adapun statement tersebut sebaiknya dipatuhi oleh seluruh masyarakat agar pencegahan dan penularan covid-19 dapat terputus dan membawa dunia kembali sehat.

Pemberlakuan lockdown yang berkepanjangan menyebabkan terancamnya perekonomian masyarakat. Akhirnya Pemerintah menetapkan "New Normal" pada tanggal 8 Juni 2020 silam, khususnya DKI Jakarta. Transisi menuju new normal ini dilakukan atas dasar mensejahterakan kembali bisnis dan perekonomian bangsa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan guna memutus rantai penularan covid-19. 

Berita gembira ini menjadi pacuan bagi mereka yang sejak lama hendak memerdekakan perekonomiannya. Namun ada beberapa hal yang sangat disayangkan, sebab banyak orang yang masih gagal dalam memahami dan menghadapi maksud dari era ini. Banyak pula anggapan "saya masih muda dan sehat, maka tidak perlu khawatir" yang terkontaminasi pada pemikiran sebagian anak millenial, sehingga tindakannya kerap kali melanggar protokol kesehatan.

Tindakan lain yang sering terjadi di fase ini adalah semakin liarnya pemikiran masyarakat dalam menentang covid-19, seperti "tingkat kematian semakin menurun, maka tidak perlu khawatir, kan?" atau "saya sudah melakukan rapid  test dan hasilnya negatif, maka saya aman". Dimulai dari pemikiran seperti itu, kemudian mampu membawa manusia pada tindakan yang semena-mena dan melanggar aturan. 

Sering kali ditemukan orang-orang berkumpul pada suatu kerumunan tanpa mengenakan masker, apalagi Pemerintah telah menyetujui atas dibukanya kembali tempat-tempat hiburan, tempat makan, mall, dsb. Di samping itu, pro dan kontra pada masa ini tetap dapat ditemui. Bagi mereka yang memiliki kecemasan tinggi, tentu hal ini menjadi sangat kontra baginya, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa kemajuan perekonomian bangsa dan negara tetap harus diperjuangkan.

Sebenarnya, keberhasilan New Normal dapat dicapai dengan kedisiplinan masyarakat atas mentaati protokol kesehatan. Namun banyak orang salah mengartikan maksud dari new normal itu sendiri, sehingga wajar saja jika penyebaran covid-19 masih berlanjut dan belum tuntas sampai saat ini. Positifnya, masyarakat yang baik akan semakin baik di fase ini, sebab inilah kesempatan bagi mereka dalam mengembalikan masa produktifnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun