3. Eyang Singo Wati
4. Eyang Kyai Saji
5. Eyang Wewegombel
6. Eyang Sri Cindewiles
Bagian Pertama:
Eyang Kertowongso melakukan pembukaan lahan disekitar punden digunakan untuk semua pengikutnya, tempat itu dinamai dengan Beran/Bera'an, digunakan untuk tempat tinggal (Kampung)
Bagian Kedua :
Eyang Kertowongso melakukan pembukaan lahan lagi, ditambah dengan membuat sawah yang semakin luas semakin panjang ke arah selatan. di daerah tersebut Eyang Kertowongso menemukan hutan yang terdapat berbagai macam pisang (gedhang). tetapi Eyang Kertowongso menyesal karena tidak kuat melanjutkan untuk mengelola tempat baru tersebut dikarenakan tidak kuat untuk membayar upeti kepada pemerintahan setempat. Kemudian datanglah seseorang dari kerajaan Mataram Solo bernama Kyai Jabung dan Nyai Jabung yang mempunyai anak bernama Sukarti. Eyang Kertowongso berkata kepada Kyai Jabung "sudah bayar pajak tanah ini, kemudian kelola, disebelah selatan ada hutan dengan pohon pisang besar-besar (disebut Curung)" dan karena Kyai Jabung sekeluarga mempunyai sebutan Boro maka tempat itu dinamai Boro. Kemudian Eyang Kertowongso bilang kepada Kyai Jabung kalau dia ingin membuka lahan kembali tetapi ditempat yang agak jauh dari tanah yang sekarang diserahkan kepada Kyai Jabung tetapi masih berjejeran (dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah sanding atau semanding) sehingga TANAH yang baru dibuka oleh Eyang Kertowongso itu dinamakan dengan Dusun Semanding. Seiring berjalannya waktu Eyang Kertowongso juga membuat area persawahan untuk ladang pangan warga atau pengikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H