Genangan Air disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari tingginya intensitas curah hujan, tersumbatnya drainase, pembuangan sampah yang sembarangan, dan kurangnya daerah resapan. Genangan Air membutuhkan beberapa waktu untuk surut dan meresap ke tanah. Genangan air akan kerap terjadi pada musim hujan, dimana musim hujan terletak pada bulan Oktober hingga bulan Maret.
Pada kelurahan Sidomoro tidak terdapat banyak titik genangan air, hanya ada beberapa saja titik yang mana air menggenang. Salah satu titik utama air tersebut menggenang itu terletak di daerah RW 6. Informasi tersebut kami dapatkan dari kader sampah kelurahan Sidomoro. Titik yang mana air tersebut menggenang dapat menyebabkan genangan air. Sebelum kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro melaksanakan pembuatan biopori, dilaksanakan terlebih dahulu pengecekan lokasi. kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro berkoordinasi mengenai pelaksanaan program kerja biopori dengan Pak Mujaidin, selaku Ketua RW 6 Kelurahan Sidomoro Pada tanggal 15 Januari 2024.
“Disini jarang banjir sepertinya, ya mungkin ketika hujan sangat deras saja, hanya mungkin saja terdapat beberapa titik air yang menggenang saja, itu juga itu sedikit untuk tempatnya, salah satunya mungkin terletak di RT 2” Ucap Pak Mujaidin, Ketua RW 6 Kelurahan Sidomoro. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Ketua RW 6, RT 2 memiliki salah satu titik genangan air, yang mana membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan hujan deras untuk membuatnya surut di titik tersebut. Sejauh ini RW 6 belum mempunyai biopori.
Kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro melakukan koordinasi dengan Pak Supriyanto, selaku Ketua RT 2. Pak supriyanto mengatakan “ada beberapa titik yang airnya menggenang, yaitu lapangan di belakang dekat rumah ini dan jalanan di depan tanah yang berada di rumah belakang.” Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Ketua RT 2, terdapat beberapa , hal tersebut dikarenakan kurangnya resapan air ke tanah.
“Titik air menggenang pada lokasi RT 2 sebenarnya tidak meluap pada waktu biasanya, namun akan meluap saat hujan deras dan lama, biasanya akan meluap hingga mata kaki.” Ucap Pak Supriyanto selaku Ketua RT 2, RW 6 Kelurahan Sidomoro. Pada Hari Jumat, tanggal 20 Januari, kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro membeli peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk membuat biopori. Kami membeli paralon dengan panjang 4 meter dan lebar 4 inci, serta membeli 8 tutup paralon. Paralon dengan panjang 4 meter, kami gergaji menjadi 8 buah, sehingga setiap paralon berukuran panjang 50 CM.
Paralon yang sudah digergaji tersebut selanjutnya akan dilubangi. Alat yang kami gunakan untuk melubangi paralon tersebut adalah solder. Kami melubangi paralon secara horizontal dan vertikal, dengan setiap paralon memiliki 30-40 lubang. Kami melubangi tutup paralon dengan jumlah sekitar 7-9 lubang. Selanjutnya kami menutup paralon dengan tutup paralon di salah satu sisi paralon tersebut.
Pada hari Minggu, tanggal 21 Januari, kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro dengan melibatkan Pak Supriyanto, selaku Ketua RT 2 di RW 6 Kelurahan Sidomoro, melaksanakan kegiatan pemasangan Biopori beberapa titik di RT 2. Pada pukul 08.00 WIB. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah memastikan tempat pemasangan biopori di titik-titik tersebut. Kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro menentukan dengan total 7 tempat pemasangan biopori. Terdapat 2 Lokasi untuk pemasangan Biopori yang mana terdapat 4 titik di lokasi jalanan depan rumah warga dan 3 titik di lokasi lapangan tanah dibelakang rumah warga.
Pemasangan dilakukan dengan cara mulai menggali tanah dengan kedalaman sekitar 55 CM. Proses pemasangan dilakukan dengan bor tanah biopori. Selain penggalian dilakukan dengan menggunakan bor secara manual, kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro juga menggunakan beberapa peralatan lainnya, seperti linggis, sekop, cangkul, dan Palu.
Prosedur yang kami lakukan untuk melaksanakan pemasangan biopori adalah sebagai berikut:
Pertama, membuka lubang tanah dengan menggunakan linggis.
Kedua, melakukan pengikisan tanah dan mengangkat batu-batu yang terdapat dalam lubang tersebut, pengikisan berlangsung hingga dalam tanah tersebut tidak terdapat batu atau tanah yang mengeras.
Ketiga, ketika tanah tersebut sudah tidak keras, kami menggunakan bor untuk melubangi dan mengangkat tanah-tanah di dalamnya.
Keempat, ketika lubangnya sudah cukup dalam, kami memasukkan pipa paralon yang sudah dilubangi dalam lubang tersebut.
Kelima, kami menutup dan menaruh batu-batu kecil di sekitar pipa paralon tersebut.
Keenam adalah menuangkan beberapa liter air ke dalam pipa paralon tersebut, untuk mencoba apakah air tersebut sudah meresap di tanah sekitarnya atau belum. Bilamana sudah meresap, maka pemasangan pipa paralon untuk menjadi biopori sudah berhasil, bilamana belum, maka pipa tersebut perlu diangkat kembali, lalu diobservasi penyebab air tersebut tidak meresap, sehingga dapat ditentukan apa perlu dilakukan, selanjutnya adalah mengatasi masalah tersebut hingga air dapat menyerap secara utuh ke dalam tanah.
Kelompok BBK-3 Kelurahan Sidomoro menyelesaikan 7 titik Biopori dalam kurun waktu kurun waktu 3 jam, yaitu hingga pukul 11.00 WIB. Pemasangan biopori ini diharapkan dapat mencegah titik air yang menggenang, Selain untuk mencegah air yang menggenang semakin bertambah, Biopori diharapkan dapat meningkatkan kualitas air tanah dengan meningkatkan resapan air hujan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanah dan ekologi sekitar tanah tersebut.
Artikel ini ditulis dan disusun oleh mahasiswa BBK-3 Universitas Airlangga Kelurahan Sidomoro yang terdiri dari Nayra Hanun, Luvy Dwi Anisah Apriliada, Adila Dzakiyya Rahmi, Aryasatya Bani Hermawan Putra, Daffa’ Zara Fausta, Nada Hasna Labibah Thufailah, May Dina Dewi Masyitah, Narendra Pratama Budi Prastiyo Nafis. Penulisan artikel ini dibawah bimbingan Bapak Abdul Khairul Rizki Purba, dr., M.Sc., Sp.FK, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Lapangan BBK-3 Kelurahan Sidomoro Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H