MAHASISWA KKN TEMATIK UNRAM UBAH EMBER BEKAS JADI TONG KOMPOSTER DI DESA DAREK
Setiap individu dapat dipastikan memproduksi sampah setiap hari. Purwasasmita dan Mulyadi (1989) dalam Sahwan, F. L, dkk (2004) menyebutkan produksi sampah setiap orang adalah sebanyak 1-2 liter per hari, dan 70-80% sampah kota merupakan bahan organik. Outerbridge, ed., 1991) dalam Lilis (2005), menyebutkan 80% dari sampah padat di Indonesia merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.
Sampah organik merupakan limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup atau alam  seperti  manusia,  hewan  dan  tumbuhan yang  mudah mengalami pelapukan atau pembusukan seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah organik dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004, dalam Lilis 2005).
Desa Darek, ibu kota  kecamatan Praya Barat Daya ini memiliki permasalahan utama yaitu masalah sampah yang tidak pernah terselesaikan dari tahun ke tahun, mulai dari sampah non Organik maupun sampah Organik sisa limbah rumah tangga yang bahkan dapat menimbulkan bau tidak sedap dan tentunya dapat mencemari lingkungan sekitar.
melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN TEMATIK UNRAM berinisiatif untuk membuat tong komposter sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan memanfaatkan barang bekas seperti ember bekas cat. Tong komposter sendiri merupakan alat pengolahan sampah organik rumah tangga melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong bekas atau ember bekas cat. Salah  satu alternatif pembuatan  komposter  sederhana  skala rumah tangga dapat dibuat dengan memanfaatkan barang bekas di sekitar rumah. Bentuknya seperti dandang dimana terdapat ada saringan, penutup, serta ada penambahan selang pada bagian bawah tong .
Kegiatan pelatihan pembuatan Tong Komposter ini dilakukan di dusun Jowet Panji dengan di dampingi oleh Kepala dusun dan melibatkan warga masyarakat serta pemuda dusun, melalui kegiatan ini Pak Siam selaku Kadus Dusun Jowet Panji mengapresiasi kegiatan ini serta berharap masyarakat menjadi teredukasi dan dapat membuat tong komposter sendiri untuk di gunakan di setiap rumah tangga, serta dapat mengurangi volume sampah organik yang terbuang percuma.
Bahan yang diperlukan untuk membuat komposter :
1. Penyangga plastik, untuk menyangga lempengan plastik
2. Ember bekas cat berukuran 25 liter dengan tutupnya
3. Lempengan plastik, untuk saringan
4. Kran plastik atau slang plastik kecil
Langkah pembuatan komposter :
1. Masukkan  penyangga  saringan  dalam  ember,  kemudian saringan.
2. Lubangi ember pada bagian bawah, sekitar 1-2 cm dari dasar ember, untuk memasang kran atau slang plastik sebagai lubang pengeluaran cairan lindi yang dihasilkan dari proses pengomposan.
3. Lubangi lempengan plastik menggunakan solder atau paku yang dipanaskan (akan berfungsi sebagai saringan).
4. Pasang kran atau selang pada lubang tersebut.
5. Komposter siap diisi sampah dapur.
Â
Berikut cara pembuatan kompos menggunakan komposter :
1. Penambahan  sampah  dapat  dilakukan  sampai  komposter penuh.
2. Tutup rapat komposter.
3. Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil kedalam komposter.
4. Pisahkan sampah organik dan non organik.
5. Potong kecil sampah organik menjadi sekitar 1-2 cm.
6. Semprot   sampah   organik   dengan   bioaktivator   (bisa menggunakan EM4) sampai rata.
7. Lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah dan tutup rapat kembali komposter.
8. Diamkan selama + 14 hari agar terjadi proses pengomposan.
Dari proses tersebut akan diperoleh dua produk yang bermanfaat, yaitu pupuk organik cair susulan (POCS) dan pupuk padat (kompos). Pupuk cair dikeluarkan melalui kran bagian bawah komposter dan dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman dengan menyiramkan pada tanah di sekitar tanaman, bukan pada  batang tanaman,  sedangkan  pupuk padat  (kompos)  yang  diperoleh  perlu dikeringkan dahulu sebelum digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H