Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jember (UNEJ) dari Kelompok 299 melakukan kunjungan berharga ke tempat pembudidayaan maggot milik seorang peternak bernama Hambali di Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. Kunjungan ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan mengenai teknik budidaya maggot secara menyeluruh. Budidaya maggot atau larva lalat hitam (Black Soldier Fly) sebagai solusi inovatif dalam pengelolaan limbah organik atau produksi pakan ternak yang ramah lingkungan. Dalam sesi pelatihan intensif, peternak maggot tersebut membagikan ilmu penting mulai dari pemilihan telur berkualitas, perawatan larva maggot, hingga penerapan maggot sebagai pakan ternak yang efisien dan ramah lingkungan.
Sebagai bagian dari pelatihan, mahasiswa KKN mempelajari cara mendirikan kandang maggot yang optimal. Kandang ini dirancang dengan cermat untuk menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan maggot, menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah diakses. Dengan pendekatan ini, masyarakat desa dapat dengan mudah menerapkan teknik tersebut di rumah mereka masing-masing.
Proses budidaya maggot dimulai dengan pemilihan telur yang berkualitas. Telur-telur tersebut kemudian ditempatkan di dalam kandang yang telah disiapkan. Setelah menetas, larva maggot diberi pakan berupa limbah organik seperti sisa sayuran dan buah-buahan. Metode ini tidak hanya berfungsi mengurangi limbah organik di desa tetapi juga menghasilkan maggot yang berkualitas tinggi sebagai pakan ternak.
Setelah beberapa hari, mahasiswa KKN menerima kunjungan dari Mas Hambali, pembudidaya maggot dari Lumajang, untuk menilai hasil budidaya mereka. Mas Hambali memberikan masukan dan saran konstruktif untuk lebih meningkatkan kualitas budidaya maggot yang telah dilakukan.
Kunjungan ini diharapkan mampu mendorong masyarakat Desa Ranulogong untuk mengembangkan usaha peternakan mereka dengan memanfaatkan pakan ternak yang lebih murah dan ramah lingkungan. Budidaya maaggot memiliki potensi untuk meningkatkan sektor ekonomi warga Desa Ranulogong. Dengan biaya produksi yang relatif rendah dan kebutuhan modal yang tidak terlalu besar, budidaya maggot dapat mejadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat desa. Selain itu, kegiatan ini juga berperan dalam mengurangi limbah organik, menjadikan lingkungan desa lebih bersih dan sehat. Kelompok 299 berharap, melalui inisiatif ini, masyarakat Desa Ranulogong dapat terus mengembangkan budidaya maggot dan menjadi teladan bagi desa-desa lain dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H