Tidak mengurangi rasa hormat saya, izinkan saya mencoret dinding kronologi ini untuk menceritakan sepenggal kisah dimana aku lahir dan dibesarkan.Â
Tentu setiap orang pasti punya kisah pengalaman sepanjang ia menikmati hidupnya, berangkat  kehidupan nyata bahwa kita harus sadari begitu banyak perihal yang sudah kita lewati dalam mencari dan menemukan suatu hal yg baru,  semua tdk berarti tanpa alasan, kita ada dan membuat kisah dirangkum dalam satu judul yg bernama kenangan.Â
Bukan cerita fiksi atau karangan dibuat-buat. Ini tentang aku dan kaper tempat aku menarik nafas pertama kali dialam semesta. Lahir dari keluarga yg sederhana aku merasa bersyukur penuh dgn karunia dan anugrah yang Tuhan berikan.Â
Bicara tentang kaper saya tidak cukup banyak mengetahui(sejarah) sekian dari banyak hal telah aku lukis dan gambarkan tentang kaper yang indah, kampung yg membentang dari selatan ke utara, berada tepat dibwah kaki bukit nan kokoh tinggi. Jalan mulus dan berjejer rumah menghadap jalan.Â
Sekiranya orang2 tentu tau kalo kaper adalah kawasan dmna sebagai pintu keluar masuk Labuan bajo ibu kota dari kab. Mabar. Sangat strategis bukan? Patut dan layak dibanggkan akan keberadaanya buat aku semakin cinta dan betah mendiaminya.Â
KAPAR DIhuni ribuan jiwa, masyrakatnya bersaejer apalagi ikatan relasi persaudaraan begitu kental(asekae), orang2nya ramah dan peramah yah  begitulah cirikhas orang Kaper.
Lanjut.... Sya adalah salah satu dr sekian anak muda yg lahir dan tumbuh besar diKaper, sejenak utk kembali sebentar menilik masa lalu bertamasyah mengingat dan mengimajinasi lagi jutaan kisah yg telah terukir.Â
Tak mungkin cerita itu hilang bagai tulisan diatas pasir putih lalu disapu bersih ombak laut. Teringat kuat dalam benak juga di alam pikiran. Semua masih tersusun rapi terarsip di album kenangan.Â
Masih membekas dan melekat dalam ingatan ketika dimana kita bermain bersama teman sebaya, banyak hal kita lakukan walau sepenuhnya belum mngerti apa maksud dari itu. Â
Ada pepatah mengatakan "proses takan menghianti hasil" tetapi ambisilah yg mendorong itu, gagal atau berhasil kita anggap mngkin sudah begitu jalanya..tanpa kita evaluasi dan refleksi. Â Yahh Terkesan absurd, lucu sekaligus penuh daya juang.. wkwkwk. tdk berhenti sampai sini sesekali kilas balik cerita tentang masa itu disegarkan kembali dalam ingatan kita.Â
Berapa banyak kisah yg telah kita buat.. masih ingatkah ketika dimana kita berkumpul? Banyak topik kita bicarakan bukan topik seperti diruang politikus..hheheh namun yang kita bahas ialah RASA, tentang cinta menggebu-gebu manakala dibumbuhi istilah cinta monyet dan karetk.Â
Hal yg paling gila dan menghebohkan lagi diantara kita moment dimana satu atau lebih dari kita melakukan penyamaran seolah-olah jadi perempuan bukan dengan tatap muka melainkan via SMS kalian pasti taulah endingnya bagaimana tuh bakal jadi bahan ejekan.
Tapi itu tdk membuat kita jaga jarak karena dengan apa yg lakukan itu dibalut oleh rasa persaudaraan. Ini masih tentang Kaper dan kita. Kita dulu yg hampir selalu bersama, pagi siang mungkin jarang.Â
Ketemu sore, sudah menjadi satu tradisi secangkir kopi menemani kita, Â semabari memperhatikan perginya sang surya tak sadar malam pun tiba masing kita pamit pulang ke rumah. Malam juga demikian masih suasana kaper.Â
Kita lewati malam panjang kopi dan rokok sbg penunjang seberapa kuat dan lama kita nongkrong malam itu, kita mulai banyak bercerita, bersanda gurau, humor2 bermunculan membuat malam semakin seru.. kita ramai, kita bergembira.Â
Tapi sebagian kita dicap sebagai penggangu, ribut tidak melihat situasi dan kondisi bahkan kita diomeli, entah kita sadar atau tidak sadar bahwa sudah waktunya beristirhat malam hehehehe. Sekian dulu sobat, masih banyak sebenarnya yg belum tertuang disini. Mungkin itu sekelumit dari saya. Teman2 bisa menceritakan pengalamanya sesuai versi tmn masing2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H