Mohon tunggu...
KKN KOLABORATIFCURAHLELE
KKN KOLABORATIFCURAHLELE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kolaboratif

KKN Kolaboratif dari berbagai macam universitas antara lain Universitas Jember, Universitas Islam Jember, STIKES dr. Soebandi, Universitas Muhammadiyah Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intip Keragaman UMKM Desa Curahlele bersama KKN Kolaboratif 101

19 Agustus 2022   00:49 Diperbarui: 19 Agustus 2022   00:52 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) merupakan unit usaha yang memiliki potensi untuk dapat menjadi pilar perekonomian suatu daerah. Perlu diketahui bahwa di Desa Curahlele mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani. Selain buruh tani, masyarakat di Desa Curahlele juga memiliki usaha sendiri.

Di tengah persaingan bisnis yang ketat, tidak sedikit para pelaku UMKM yang tetap mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong dengan saling bersinergi dan mendukung satu sama lain. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan centra usaha tusuk sate di Desa Curahlele .

UMKM tusuk sate, Tusuk sate adalah sebuah batang kayu atau metal yang digunakan untuk menyatukan makanan secara bersamaan. Batang tersebut digunakan ketika memanggang atau membakar daging, dan dalam kuliner lainnya.

Tusuk sate dari kayu seringkali terbuat dari bambu. Bambu sebagai bahan utama pembuatan tusuk sate biasanya diperoleh dari pemasok bambu, dan kemudian bambu proses dengan dimasukkan kedalam mesin pemotong agar bambu menjadi kecil. Setelah dipotong menjadi kecil, bambu dibersihkan dari sisa -- sisa serat bambu kemudian dikemas dan siap dipasarkan.

Dalam sehari, UMKM ini dapat memproduksi 100 kemasan tusuk sate. Tusuk sate yang telah di produksi tersebut umumnya di jual ke pasar dan di kirim ke luar jawa seperti Bali, dengan kisaran harga Rp 4.000,00 -- Rp 5.000,00 per bungkusnya.

Selain usaha tusuk sate yang mendominasi di Desa Curahlele, ada juga usaha -- usaha kecil  lainnya, diantaranya

Seserahan menjadi salah satu bagian yang penting dalam sebuah pernikahan. Biasanya, seserahan dikemas semenarik mungkin sebelum diberikan ke calon pasangan. 

Proses pembuatan kotak seserahan atau kotak hantaran ini membutuhkan tenaga dan biaya. Kotak seserahan atau hantaran yang di produksi di Desa Curahlele ini terbuat dari bahan kardus dan lapisi kertas kado dan ada juga yang terbuat dari bahan triplek dan mika. 

Selain berbentuk kotak, tempat seserahan ini ada juga yang berbentuk bulat dan ada juga yang menyesuaikan permintaan pelanggan. Tidak hanya membuati kotak seserahan atau hantaran, tetapi juga membuat tempat parcel.

Kotak seserahan atau hantaran dan parcel ini biasanya dipasarkan melalui sosial media, seperti facebook dan whatsapp dan juga di ditribusikan ke beberapa kota di Jawa Timur. Harga pemasaran kotak parcel ini berkisar dari Rp 10.000,00 hingga Rp 200.000,00.

Keripik tempe di Desa Curahlele ini berbahan dasar kedelai, tepung kanji, tepung terigu, dan ragi tempe. Proses pembuatan keripik tempe ini cukup mudah namun tidak singkat. Cara pembuatannya dengan mencampur semua bahan kemudian dimasukkan ke dalam plasik dan di diamkan semalam atau hingga siap dimasak.

Salah satu hal yang kerap menjadi tantangan adalah harga dari kacang kedelai. Sebagai bahan dasar dari tempe dan keripik tempe, kenaikan harga kacang kedelai turut meningkatkan biaya operasional. Hal ini berimbas pada pengusaha keripik tempe. Kendala lain yang dihadapi adalah Izin Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT).

Untuk harga keripik tempe ini sangatlah terjangkau, berkisar antara Rp 5.000,00 sampai Rp 10.000,00. Lingkup pemasaran keripik tempe ini masih tergolong kecil seperti dititipkan ke warung -- warung.

Keripik singkong, saat ini singkong merupakan salah satu makanan alternatif yang yang sering dikonsumsi masyarakat luas sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Keripik singkong yang di produksi di Desa Curahlele dijual dengan harga Rp5.000,00 per bungkus. Meskipun penjual keripik singkong sudah banyak, tetapi cita rasa yang diciptakan keripik singkong yang diproduksi sangat berbeda dari rumah produksi lain.

Perbedaan yang signifikan bisa dilihat dari cita rasa, tekstur, kualitas, dan harga yang relatif terjangkau. Pemasaran yang dilakukan adalah dengan menjual produk kepada supplier dan para pelanggan setianya. 

Produk yang dipasarkan dikemas dengan plastik bening dan diberi label. Sayangnya dalam label tersebut hanya tercantum nama rumah produksinya saja tidak ada contact person dan alamat lengkap rumah produksi. Tidak hanya keripik singkong, pelaku usaha ini juga menjual keripik pisang dan talas.

Tasbih terbuat dari bahan kayu sama seperti tasbih pada umumnya, namun di Desa Curahlele menggunakan kayu dari pohon kopi. Kayu-kayu tersebut didapat dari pengepul kayu yang kemudian akan diolah hingga menjadi butiran-butiran tasbih oleh pengrajin tasbih. Proses agar kayu menjadi butiran dilakukan dengan mesin sehingga lebih efisien. 

Setelah berbentuk butiran, tasbih akan diberi warna dan dirangkai kemudian dijadikan satu yaitu satu tali berisikan sekitar 10 tasbih. Tasbih dijual mulai dari harga Rp 10.000,00 sampai Rp 50.000,00.

Penjualan tasbih dilakukan dengan pendistribusian ke daerah-daerah salah satunya adalah Jakarta. Permintaan terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Bekicot bagi sebagian orang menjadi hewan yang dipandang sebelah mata. Binatang melata dalam nama Achatina Fulica ini juga dibilang hama. Namun kondisi ini berbeda, dengan banyaknya lahan sawah di Desa Curahlele menjadikan masyarakat memanfaatkan berbagai sumber daya alam untuk menghasilkan rupiah. Salah satunya adalah hewan yang bernama bekicot.

Di Jember tepatnya Desa Curahlele jenis siput darat yang tergolong dalam suku Achatinidae ini, bahkan menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari. Tak hanya sebagai konsumsi pribadi, bekicot hasil dari kiriman warga itu juga dikirim ke luar daerah. Bahkan, hasilnya juga sebagai barang komoditi ekspor dan mengirim ke juragan di Blitar dan beberapa kota lain dan sampai ke luar negeri.

Bahkan, usaha ini terbilang tak lekang oleh waktu. Dari masa ke masa, permintaan akan daging bekicot justru semakin tinggi. Tak hanya menjadi pengepul bekicot, disini juga menjadi pengepul tokek dan cicak.

Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan bekicot ini juga tidak main -- main, rata -- rata penghasilan dalam satu hari bisa mencapai 5 juta. Akan tetapi jika di musim kemarau penghasilan bisa menurun karena sedikitnya pasokan bekicot.

UMKM Hidroponik yang terdapat di desa Curahlele merupakan salah satu UMKM yang sedang berkembang dan berinovasi untuk memajukan usaha mereka. Hidroponik adalah teknik berkebun yang memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah, sehingga sangat cocok diterapkan di pekarangan rumah dengan lahan yang terbatas. Meski tidak menggunakan tanah, tanaman hidroponik juga membutuhkan media tanam agar akar tanaman bisa tumbuh dan berkembang.

Selain itu, teknik berkebun ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada tanaman. Sehingga, media tanam yang digunakan semestinya memiliki kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang berfungsi sebagai penyangga tanaman. Salah satu media tanam yang bisa digunakan untuk teknik berkebun hidroponik adalah arang sekam. Hal ini tidak terlepas dari keuntungannya yakni mudah didapat, ringan, steril, porositasnya baik dan mudah diaplikasikan.

Peluang bisnis hidroponik dinilai sangat prospektif seiring dengan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun