Mohon tunggu...
Tulus Ariyanto
Tulus Ariyanto Mohon Tunggu... Guru bahasa Indonesia -

Saya adalah lulusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas IndraPrasta PGRI tahun 2012. Saya menyukai dunia pendidikan dan jurnalistik, hal ini membuat saya mengikuti program SM-3T dan ditempatkan di Kab. Kepl. Talaud, Sulawesi Utara tahun 2013-2014. Saat ini saya mengikuti PPG di UNJ mulai maret 2015 hingga februari 2016. Saya juga pernah menjadi penyiar di radio online www.djwirya.com Dan berikut ini blog milik saya tulusariyanto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mentari di Utara Indonesia

8 Maret 2016   22:47 Diperbarui: 8 Maret 2016   22:57 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di SMPN 2 Melonguane saya mengajar 2 mata pelajaran yaitu bahasa Indonesia dan Teknologi dan Informasi atau bisa dikatakan mata pelajaran yang mengajarkan mengenai computer. Mata pelajaran TIK diberikan kepada saya dikarenakan tidak adanya guru yang menguasainya. Di sekolahku sejak lama membutuhkan guru bahasa Inggris dan kadang-kadang saya juga mengajarkan bahasa Inggris.  Kendala kekurangan guru sangat dirasakan dipenempatanku, hal ini terjadi karena banyak guru yang tidak sesuai dengan keahliannya, hal ini membuat guru harus mengajar lebih dari 1 mata pelajaran dikarenakan kurangnya guru yang sesuai dengan keahliannya. Kendala yang kurasakan tidak menyurutkan semangatku karena sambutan kepala sekolah, para guru, dan karyawan sekolah sangat baik. Bahkan ada guru fisika yang kebetulan berasal dari Ngawi dan beragama islam. Kedua hal tersebut memudahkanku dalam beradaptasi dengan sekolah dan masyarakat setempat. Selama penugasan ku tinggal di mess sekolah dengan fasilitas seadanya, namun tidak menyurutkanku mengabdi. Keterbatasan listrik dan sinyal hp akan kurasakan selama setahun ke depan.

Selama 3 bulan berjalan banyak hal yang membuatku semakin bersemangat untuk mengajar meskipun rindu dengan keluarga begitu kuat. Salah satu siswa bernama Ronald meruapakan salah satu contoh kegigihan dalam bersekolah, selalu datang tepat waktu dan menguasai materi pelajaran dengan baik, disamping itu ia juga sering membantu orang tuanya berkebun. Mulai dari pertama kali datang dan berjalan 3 bulan sambutan warga kampong tarun sangat baik. Dan ada hal unik menurutku dimana untuk memanggil guru laki-laki yang belum menikah dengan sebutan “Engku” dan guru perempuan yang belum menikah dengan sebutan “Enchi”. Maka dalam keseharianku dalam mengajar maupun berinteraksi dengan warga selalu dipanggil dengan sebutan “Engku”.

Sekolah di Talaud selalu mengadakan apel pagi sekaligus ibadah pembuka sebelum memulai belajar, kecuali hari senin karena diadakan upacara bendera. Mayoritas masyarakat Talaud menganut agama Nasrani, namun hal tersebut tidak menghalangi rasa toleransi dan saling menghormati antar umat beragama.

Disaat uts ada salah seorang siswaku bernama Hemantos Manopo sepatunya rusak dan tidak bisa digunakan, dikarenakan berasal dari keluarga kurang mampu, namun tidak menyulutkan ia untuk membeli sepatu dari usaha sendiri tanpa meminta kepada orang lain. Setiap sore ia kulihat bekerja mengangkut pasir laut untuk dijual dan naik pohon kelapa yang tinggi menjulang untuk memetik kelapa dan menjadikannya kopra lalu dijual. Beberapa kali ku tawarkan bantuan namun ia menolak. Sekitar satu bulan kemudian ia berhasil mengumpulkan uang untuk membeli sepatu baru. Hemantos menunjukan satu hal yang mungkin tidak dimiliki oleh anak-anak seusianya dimana untuk sekolah memerlukan perjuangan yang begitu keras tanpa bergantung pada bantuan orang lain.

6 bulan penugasan berbagai pengalaman kualami baik suka maupun duka namun canda dan tawa siswa-siswa kesayanganku membuat semangatku terus tumbuh untuk terus mendukung dan memberikan yang terbaik untuk membuat mereka lebih cerdas dan bijaksana. Saat bulan Ramadhan kegiatan sekolah berjalan seperti biasa, hanya diriku, bu Ningsih, dan bu Mamalanggo yang beragama islam sehingga kami tetap menunaikan ibadah puasa. Sebuah toleransi penuh makna kurasakan secara langsung. Bahkan siswa-siswa disaat istirahat selalu berkata mohon maaf dan permisi disaat akan makan jika bertemu denganku. Terkadang mereka menanyakan kenapa harus puasa dan kuat atau tida saya berpuasa, keingintahuan yang wajar terlontar dari wajah lugu mereka.

Selama setengah tahun mengajar siswa-siswa selain kuajarkan bahasa Indonesia juga kuajarkan bagaimana mengoperasikan komputer dengan baik sebagaimana tugasku mengajarkan mata pelajaran TIK. Selain mengajar para siswa, saya juga membantu para guru dan tata usaha dalam mengurus lab komputer. Sarana lab komputer memang sangat terbatas dengan hanya berfungsi 3 komputer saja, itupun dengan keadaan yang kurang layak. Dengan segala keterbatasan tidak menghalangi niatku untuk mencerdaskan pada mentari di utara Indonesia ini karena kalau bukan diriku siapa lagi yang akan mendidik mereka.

Dengan teliti dan sabar ku ajarkan bagaimana mengoperasikan program microsoft word dan excel, sebelum praktik ku ajarkan teori berdasarkan buku dan pengetahuanku kepada para siswa. Mulai dari kelas 7 hingga 9 ku ajarkan mereka semua dengan penuh semangat. Khusus kelas 9 untuk mata pelajaran TIK ku ajarkan komponen-komponen yang ada pada komputer, dikarenakan keterbatasan dalam mencari komponen tersebut yang dapat kuberikan hanyalah gambar untuk menjelaskan definisi dan fungsinya. Hal ini kulakukan karena kelas 9 ada ujian praktik maka materi tersebut harus diajarkan. Selain itu bakat mereka di luar mata pelajaran bisa dikatakan luar biasa karena keahlian mereka bernyanyi, menari, dan memasak cukup baik, hal ini dibuktikan dengan adanya ujian praktik menyanyi, menari, dan memasak yang merupakan bagian dari ujian praktik mata pelajaran mulok dan seni.

Tak terasa akan menginjak satu tahun pengabdianku di bumi porodisa (Talaud) dimana hari demi hari kuhabiskan dengan memikirkan bagaimana mereka para “Mentari Di Utara Indonesia” bisa menjadi yang terbaik dan tidak tertinggal dengan anak-anak lainnya. Jelang pemulangan pengabdianku kuakhiri dengan memberikan tambahan materi komputer dan bahasa Indonesia dalam rangka mempersiapkan UAS dan UN mereka ditahun 2014. Satu bulan sebelum pemulangan tepatnya bulan agustus diriku ditunjuk untuk menjadi pendamping Pembina pramuka saat pelantikan penggalang. Memberikan materi pramuka dan pendampingan lintas alam dilakukan selama 3 hari, dimana mulai pagi hingga sore aku mendampingi mereka dan bertukar peran dengan pak Pusud yang fokus pada pembinaan pramuka pada  malam hari. Selama kurang lebih satu tahun selain mendidik mereka mengenai pengetahuan bahasa Indonesia dan TIK, diriku juga belajar bagaimana budaya dan adat istiadat masyarakat setempat terutama di desa Tarun, dimana siswa-siswa memberikan pemahaman mudan mengenai budaya di Talaud sesuai dengan pengetahuan mereka.

Satu hal disaat ada acara desa diriku selalu diundang, selain itu berbagai desa dipenempatanku juga ku kunjungi untuk mengetahui budaya dan semangat belajar para siswa-siswa di Talaud diantaranya desa Mamahan,  desa Riung,  desa Bambung, dan desa Essang. Tatapan ,senyuman, canda, keluh, dan tawa mereka menjadi pengalaman berharga yang mengajarkanku bagaimana menjadi seorang guru yang tegas namun penuh kasih sayang. Setahun di Talaud adalah waktu untukku berlatih menjadi guru yang dekat dengan siswa dan menjadi solusi disaat mereka kesulitan.

Daftar Pustaka

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun