Mohon tunggu...
Ky
Ky Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Keputusasaan Tiada Akhir

4 November 2023   19:29 Diperbarui: 4 November 2023   19:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menceritakan semuanya kepada Liyana, ia mendengarkannya dengan seksama. Setelahnya, kami pergi ke ruang tamu. Terlihat anak laki-laki itu menonton TV dengan ekspresi yang gelisah. Nama anak itu Carver, meskipun sifatnya kurang ajar dia merupakan anak yang baik, kata Liyana. Aku menanyakan bagaimana cara membuka kulkas, ternyata aku hanya perlu meng-tap bagian gagang dan itu akan terbuka sendiri. Liyana datang menghampiri Carver untuk menjelaskan apa yang terjadi, kulihat anak itu menatapku dengan pandangan yang tidak mengenakan ketika aku mengambil minuman dan beberapa makanan yang ada di kulkas. 

Aku memakan makanannya dengan lahap karena aku sudah tidak makan selama bertahun-tahun. Itu bukan hiperbola, karena aku benar-benar belum makan selama sekitar 71 tahun. Selesai makan, aku pergi menghampiri mereka dan ikut bergabung. Sepertinya, Liyana sudah menceritakan apa yang sedang terjadi sekarang kepada Carver. Liyana menyuruhnya meminta maaf kepadaku, walaupun aku sudah bilang tidak perlu. Dia duduk di bawah dan meminta maaf kepadaku, tapi kepalanya tidak menghadap ke arahku. Melihat itu aku hanya bisa tertawa kecil. 

10 tahun berlalu

Aku tidak pernah berpikir ini akan terjadi lagi. Itu tepat terjadi sehari setelah kematian Liyana. Aku benar-benar frustasi, aku capek. Aku lelah pergi ke masa depan. Aku hanya ingin menikmati hidupku dengan tenang. Penampilanku pun tidak berubah. Apakah itu berarti setelah kematian Carver aku akan pergi ke masa depan lagi? sampai kapan itu akan terjadi? selamanya? atau sampai orang yang aku kenal pada mas itu tidak ada kutukan ini akan berhenti? apakah aku harus menghancurkan jam itu? namun tidak ada satu pun dugaanku yang benar. Ini sudah yang kedelapan kalinya. Aku benar-benar putus asa. Aku pernah mencoba untuk bunuh diri. Tapi itu tidak berhasil, karena setiap kali aku mencobanya waktu akan mengembalikannya saat sebelum aku bunuh diri. Aku sudah muak, aku tidak punya alasan lagi untuk hidup. Apakah aku melakukan kesalahan? apakah karena aku malah menghancurkan jam itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun