Mohon tunggu...
Andrianikity
Andrianikity Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I am a freelancer, actively writing on several novel platforms and also a longing poet.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pengkhianatan Tanpa Kata

27 Oktober 2024   13:21 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:24 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh RDNE Stock project: pexels.com

"Kau berc*umbu dengan suamiku, Zehra. Di rumahku... di rumah yang memberikanmu kenyamanan. Tapi kau menu*sukku dari belakang!"

Air mata mulai membasahi wajahku, tapi aku tidak peduli. Aku ingin mendengar alasan mereka, meski ku tahu tak ada penjelasan yang bisa memperbaiki rasa sakit ini.

Zehra terisak, masih tidak berani mendekatiku. "Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu, Yasima. Syar dan aku... kami sudah bertunangan sebelum kau dan dia bersama. Aku tidak pernah bermaksud---"

"Tidak bermaksud?" Aku tertawa kecut. "Bagaimana bisa kau tidak bermaksud ketika setiap hari kau tinggal di rumahku, bertingkah seolah tidak ada apa-apa, sementara di belakangku kalian berdua menjalani kehidupan lain? Bagaimana bisa kau begitu kejam, Zehra?"

Syar mencoba meraih tanganku, namun aku mundur. Aku tidak ingin sentuhannya sekarang. Aku tidak ingin merasakan apa pun dari pria yang telah mengkhianatiku.

"Yasima, dengarkan aku," katanya dengan suara yang tercekik. "Aku mencintaimu, tapi---"

"Tapi apa?" Aku menantangnya, memotong setiap kata yang ingin dia ucapkan. "Kau mencintaiku tapi kau juga mencintainya? Kau mencintaiku tapi kau punya keluarga lain? Seorang anak yang usianya sama dengan anak kita? Berapa lama kau berniat menyembunyikan semua ini dariku, Syar? Seumur hidup?"

Syar menunduk. "Aku tidak tahu harus berkata apa... Aku tidak ingin menyakitimu..."

"Tidak ingin menyakitiku?" Aku tertawa lagi, kali ini pahit, tanpa ampun. "Kau sudah menyakitiku, Syar. Kau menyakitiku lebih dari yang bisa kau bayangkan. Bagaimana bisa kau hidup dalam kebohongan selama ini? Bagaimana bisa kau membiarkan aku hidup dalam kebohonganmu?"

Zehra menangis semakin keras, dan untuk pertama kalinya, dia memberanikan diri menatapku lebih tajam. "Maafkan aku, Yasima. Aku tahu aku tidak punya hak untuk memintamu memaafkanku, tapi... aku sungguh tidak ingin ini terjadi."

"Ini sudah terjadi, Zehra," kataku dengan suara yang nyaris berbisik. "Dan yang paling menyakitkan adalah kau, dari semua orang, yang seharusnya mengerti. Kau tahu betapa aku mencintai Syar. Kau tahu betapa aku mempercayaimu. Tapi kau justru merusaknya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun