Mohon tunggu...
Kitong Bisa
Kitong Bisa Mohon Tunggu... -

Kitong Bisa adalah sebuah konsultan nonprofit yang bergerak dalam bidang pendidikan, konsultasi manajemen, event organizer, dan juga CSR adviser. Kitong Bisa didirikan di Papua pada tahun 2009, dan saat ini, jangkauan areanya sudah beredar di seluruh Indonesia, bahkan hingga Vietnam. Kitong Bisa saat ini juga berpartner dengan sebuah perusahaan IT Solution and Apps Developer, untuk membuat berbagai produk teknologi, khususnya yang membantu proses pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Rusa Terakhir

14 Desember 2016   18:07 Diperbarui: 14 Desember 2016   18:55 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah seorang pemburu yang memiliki sertifikat internasional. Dia adalah pemburu Indonesia yang ikut melestarikan alam” (Dedy Corbuzier dalam acara Hitam Putih Trans 7,Rabu 6 Maret 2013).

Saya mungkin terlalu bodoh dan konservatif, karena saya selalu merasa sedih melihat postingan pembantaian/perburuan rusa (Cervus timorensis), saham/kangguru dan burung kasuari (Casuarius) di Merauke untuk dikonsumsi dagingnya.

Hasil buruan yang telah mati itu, baik karena terkena tembakan senapan angin atau akibat dibacok sering kali ditampilkan gambarnya di media sosial facebook. 

 Saya tidak munafik, dahulu saya sangat menggemari sate rusa, dendeng rusa dan daging rusa goreng karena kelezatan rasanya.

Namun melihat postingan foto yang dibagikan, selalu membuat hati ini sedih dan bertanya, & masih adakah rusa yang dapat diwariskan untuk anak cucuku nanti?

Entahlah saya belum tahu dan belum membaca, mungkin rusa dan kangguru bukan termasuk satwa yang dilindungi jadi tidak menjadi masalah untuk membantainya. Masyarakat asli Merauke (suku Marind) terutama yang hidup di kampung-kampung, berburu rusa dan kangguru untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Mereka berburu secara tradisional, sehingga tidak mengancam populasi dari hewan buruannya. Namun karena pertumbuhan populasi penduduk Merauke yang tinggi dan menggemari kedua jenis daging tersebut, membuat tindakan perburuan dengan senjata api marak terjadi di Merauke.

Perburuan rusa dan kangguru secara besar-besaran untuk dijual dagingnya, maupun untuk menambah kebanggaan& sang pemburu karena berhasil mendapatkan buruannya tentu saja mengancam populasi rusa di Merauke.

Saya selalu merasa sedih dan miris, karena terkadang rusa dan kangguru yang dibantai adalah hewan betina yang menyusui, ataupun hewan yang masih muda. Seandainya ada sistem tebang pilih hanya rusa jantan atau kangguru jantan yang telah dewasa ataupun betina yang tidak produktif yang diburu. Sedih sekali melihat anak-anak rusa yang masih menyusu harus kehilangan induknya.

Kalau menonton tayangan di discovery channel, misalnya liputan tentang ekosistem padang rumput di Afrika. Binatang buas seperti singa, harimau atau citah, berburu dan memangsa binatang-binatang seperti rusa dan kijang hutan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dan juga menjaga keseimbangan ekosistem.

Untuk mengingat kembali, silahkan buka dan baca buku pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) tentang rantai makanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun