Injil St Lukas mencatat sebagai berikut, “Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: `Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!'
Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: `Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.'
Lalu ia berkata: `Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.'
2. Kata Yesus kepadanya: `Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus'” (Luk 23:39-43).
Yesus berbicara kepada Maria dan dan murid yang dikasihi-Nya
Sebagai TUHAN MAHA KUASA yang memilih jalan lahir dari rahim perempuan, Yesus memiliki ibu bernama Maria. Pada saat disalibkan, hati Maria hancur melihat anak lelakinya, anak pertamanya harus naik tiang salib. Sementara selaku ibu, Maria tahu persis tindak tanduk dan karakter Yesus, bahwa Yesus tidak pantas disalib, Yesus adalah anak yang sangat baik hati.
Saat Yesus disalib, menurut fakta sejarah, anak-anak Maria yang lain tidak tampak, sementara sang ayah, Yusuf sudah lama meninggal. Karena itu, sebagai anak, sangat manusiawi jika Yesus mengkhawatirkan ibunya yang sudah tua, sehingga Yesus memberi pesan kepada muridnya bernama Yohanes untuk menjaga Maria. Inilah sisi paling inti dari hubungan Yesus sebagai manusia kepada ibunya, dan kepada muridnya.
3. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Yohanes 19:26-27a
Yesus berseru kepada Bapa
4. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Matius 27:46 Markus 15:34
Pada jam-jam tergelap penderitaan-Nya, Yesus menyerukan kata-kata dari Mazmur 22. Dan meskipun banyak penafsiran yang telah diusulkan mengenai makna kalimat ini, hal itu cukup jelas terlihat dari penderitaan yang Kristus rasakan ketika Allah meninggalkan-Nya. Di sini kita melihat bagaimana Bapa berbalik dari Anak-Nya ketika Yesus menanggung seluruh beban dosa kita. Bahwa Allah Bapa meninggalkan Yesus bukan karena Yesus, tetapi karena Yesus menjadi simbol penanggung dosa dari seluruh manusia. Dan peristiwa penyaliban harus dijalankan Yesus sebagai wujud TUHAn yang menjadi manusia. Yesus merasa kesepian, sebagaimana jatidiri semua manusia, termasuk Anda dan saya, jika tiba saat menghadapi ajal dan maut.