Yang menarik, AS, Polandia, dan NATO yang selama ini acapkali bersebarangan dengan Rusia, terkesan kompak menepis tuduhan itu. Mereka berani menegaskan bahwa serangan rudal itu kemungkinan besar tidak berasal dari Rusia. Kendati demikian, mereka tetap menyalahkan agresi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
Publik global kini bisa bernapas sedikit lega sebab jika serangan itu berasal dari Rusia, maka perang dapat terekskalasi dengan sangat masif. Bahkan, juga bisa memicu Perang Dunia III lantaran setiap agresi yang diarahkan ke Polandia, maka akan diartikan sebagai perang terhadap NATO jika mereka mengaktifkan Pasal 5 tentang pertahanan kolektif.
Lantas, kalau bukan berasal dari Rusia, apakah serangan rudal tersebut dapat dikategorikan sebagai operasi bendera palsu untuk memicu ekskalasi perang?
Operasi bendera palsu (false flag) adalah aksi politik atau militer yang dilancarkan dengan tujuan guna menyamarkan kubu yang seharusnya bertanggung jawab dan menjadikan kubu lain sebagai kambing hitam. Tindakan itu sengaja difabrikasi untuk memvalidasi serangan balasan terhadap musuh atau pihak-pihak yang telah ditargetkan.
Operasi ini bersifat sangat rahasia yang didesain agar seolah-olah negara atau kelompok lain yang melakukan agresi. Siasat culas semacam itu biasanya akan dilakukan untuk mengondisikan situasi pra-perang atau membuat "casus belli" alias insiden yang memicu peperangan.
Banyak kekuatan militer di dunia yang sering menerapkan strategi ini dengan melancarkan serangan ke pasukannya sendiri, bahkan pasukan aliansi serta warganya sendiri. Lalu, menuduh kubu musuh lah yang melakukannya sebagai dalih untuk melakukan represi, invasi, atau perang.
Invasi Nazi-Jerman ke Polandia (1939) dan invasi AS ke Irak usai peristiwa 9/11 (2001) bisa menjadi contoh bagaimana operasi bendera palsu berhasil memicu perang dan invasi.
Rusia sebelumnya sempat dituding akan melancarkan operasi bendera palsu kala Vladimir Putin menyiapkan ratusan ribu pasukan di wilayah perbatasan Ukraina sebelum perang pecah. Namun, tuduhan itu tidak terbukti meski akhirnya kedua kubu tetap berperang.
Ketika perhatian dunia sedang tertuju pada ajang KTT G20 di Bali, yang juga dihadiri oleh Zelensky secara virtual, serangan rudal itu tentu mengundang banyak spekulasi. Baik Rusia maupun Ukraina sama-sama mengelak bahwa agresi itu bukan tanggung jawabnya.