Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Menyidik Peran Bjorka, Pahlawan atau Penjahat?

15 September 2022   18:11 Diperbarui: 17 September 2022   16:13 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hacker Bjorka. | Sumber: diolah dari WallpaperAcces.com

Sampai di sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa peretasan dan doxing data-data milik pejabat yang diperagakan Bjorka adalah manifestasi hacktivism, dengan mendesak pemerintah Indonesia guna mengupayakan perubahan sosial serta politik untuk kebaikan masyarakat.

Pahlawan atau Penjahat?

Lalu, tepatkah Bjorka disebut pahlawan lantaran telah menyuarakan keresahan publik? Apakah dia lebih pantas disebut sebagai penjahat lantaran telah menjual data-data privasi publik?

Belakangan pemerintah memang sering disorot karena mengeluarkan kebijakan yang tak sejalan dengan harapan publik. Beberapa di antaranya adalah kenaikan harga BBM, pembangunan IKN, wacana presiden tiga periode, pembebasan napi tipikor secara serempak, serta perayaan ultah di gedung DPR.

Dampaknya, sentimen antipemerintah semakin menguat di tengah masyarakat. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil analisis Drone Emprit lewat jagat Twitter, yang mengungkapkan, pendukung Bjorka tak sebatas berasal dari akun-akun oposisi, tetapi juga akun-akun biasa yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Dari sana lah ia memperoleh momentum untuk meraih dukungan dari netizen +62 lantaran dinilai telah turut menyuarakan keresahan publik. Sejak saat itulah Bjorka mulai dielu-elukan, layaknya pahlawan. Bak tokoh dalam film Hollywood dengan genre hacker, Bjorka berhasil menyulap dirinya sebagai bintang utama.

Kalau diamati secara seksama, ada satu kesamaan soal target yang disasar oleh Bjorka. Seluruh targetnya adalah pejabat dan tokoh-tokoh yang getol mendukung agenda pemerintahan. Tidak heran jika muncul anggapan bahwa Bjorka adalah sosok fabrikasi dari pihak oposisi yang hanya bermodalkan jual-beli data-data privasi, bukan murni keahlian meretas.

Dukungan untuk Bjorka juga bersumber dari kekesalan publik yang menganggap negara sudah tidak sanggup melindungi privasi serta keamanan data rakyatnya. Kebocoran data itu dapat menjadi bukti betapa lemah posisi pemerintah dalam persoalan keamanan siber.

Bukannya khawatir, netizen +62 justru mendukung peretasan yang dilakukan Bjorka. Padahal, Bjorka mulai mencuri atensi ketika ia menjual 1,3 miliar data SIM card. Aksinya terus berlanjut kala menjual 105 juta data milik publik yang berasal dari KPU. Sebelumnya dia juga diketahui telah menjual data-data dari Tokopedia, Wattpad, dan IndiHome.

Kalau merujuk pada aktivitasnya, Bjorka sejatinya telah melakukan dua hal yang amat kontradiktif. Di satu sisi, ia beraksi sebagai hacktivist yang getol mendukung perubahan sosial. Di sisi lain, dia justru menjual data-data milik publik dengan motif ekonomi.

Ada pergeseran motivasi yang sangat radikal di sana. Fakta itu juga lah yang membuat upaya pengungkapan sosok Bjorka makin sulit dilakukan. Kalau ia benar-benar murni seorang hacker, ia hanya akan berfokus menjual data dan tidak akan tertarik dengan politik.

Namun, jika Bjorka adalah sosok atau kelompok hacktivist, seharusnya ia tak akan menjual data-data privasi publik yang bisa merugikan masyarakat. Hal yang sangat berlawanan dengan nilai serta idealisme dalam hacktivism guna memperjuangkan hak-hak publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun