Mestinya, pemerintah juga bisa memilih kebijakan yang sama guna menghindari kebijakan menaikkan harga BBM subsidi. Harapannya, anggaran yang dialokasikan untuk membangun proyek-proyek non-prioritas, bisa dialihkan guna menambal subsidi BBM hingga harga minyak dunia kembali stabil.
Dampak Kenaikan BBM
Penurunan harga pasaran minyak global yang sempat diprediksi pemerintah, tak lantas membuat harga BBM subsidi ikut menurun seketika itu juga. Dampaknya, masyarakat akan memikul beban yang begitu berat atas harga yang seharusnya sudah disesuaikan dengan harga global.
Selama ini BBMÂ menjadi komoditas yang sangat fundamental untuk mendukung kehidupan sehari-hari manusia. Hampir segala lini kehidupan sangat bergantung pada ketersediaan BBM.
Sebelum wacana kenaikan BBM subsidi dipilih pemerintah, sejatinya penolakan sudah amat banyak disuarakan di antero negeri. Tak heran, manakala wacana itu ditetapkan, banyak demonstrasi digelar di mana-mana. Sinyal-sinyal penolakan itu hingga kini belum mereda. Yang ada justru makin membara.
Hal itu selaras dengan hasil survei yang dinisiasi oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menemukan bahwa mayoritas publik Indonesia menolak naiknya harga BBM. Sebanyak 58,7% warga mendesak, sebaiknya BBM tidak dinaikkan kendati berpotensi menambah utang negara.
Kekhawatiran publik sangat beralasan, mengingat kenaikan harga BBM subsidi juga akan diikuti dengan lahirnya efek domino yang bisa mempengaruhi hajat hidup mereka.
Kenaikan harga itu, dikhawatirkan akan memukul daya beli dan konsumsi rakyat yang dapat berdampak pada pemulihan perekonomian yang tengah berlangsung. Bahkan, pertumbuhan ekonomi nasional juga diprediksikan akan melambat.
Melambungnya harga BBM subsidi juga dapat memberikan pukulan telak untuk kalangan dunia usaha, terutama sektor UMKM dan usaha kecil informal lainnya yang seringkali tidak tersentuh program bantuan sosial. Apalagi, kedua sektor itu acap memanfaatkan BBM subsidi untuk menjalankan usahannya.
Nahasnya, masyarakat sebelumnya juga sudah terkena dampak kenaikan harga pangan secara serempak. Hal itu makin diperburuk dengan munculnya potensi inflasi. Kenaikan harga BBM 10% akan berkontribusi pada inflasi sebesar 1,2%.
Dengan harga Pertalite yang dibanderol Rp10.000 per liter, maka ada kenaikan sebesar 31%. Senada dengan Solar yang saat ini dipatok Rp6.800 per liter, juga akan mengalami kenaikan 31%.
Dengan kenaikan harga BBM itu maka akan mendorong inflasi ke angka 3,5%. Sementara secara year on year (yoy), inflasinya diprediksi bisa menyentuh angka 7-9%. Akibat inflasi sebesar itu, dapat memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang memperberat beban rakyat, terutama kelas bawah.Â