Untuk mengerek popularitas, kesadaran merek (brand awareness), dan mendorong penjualan produk, mereka akan memakai segala strategi. Apa pun risikonya. Sebab, semakin viral iklan sebuah produk, akan semakin tinggi pula peluang tercapainya target dan tujuan perusahaan.
Pemasaran Kontroversial juga dikenal dengan iklan kejutan (shock advertising), adalah taktik yang mana merek dengan sengaja menyinggung atau mengejutkan audiens dengan melanggar moral dan norma sosial. Tujuannya adalah untuk menghasilkan perdebatan dan diskusi. Tentu hal itu berisiko tinggi, tetapi juga pasti menarik perhatian.
Holywings telah terbukti secara sengaja mendesain iklan kontroversial dengan memanfaatkan "word of mouth" alias getok tular. Mereka sengaja memancing kegaduhan agar produk serta mereknya bisa cepat viral karena terus-menerus dibicarakan masyarakat lewat bantuan promosi miras bermuatan SARA.
Di samping itu, dengan memakai nama-nama entitas suci tersebut, orang akan merekomendasikan miras gratis dari Holywings kepada teman di sekitarnya yang memiliki nama Muhammad serta Maria. Dengan begitu, Holywings akan terus menjadi topik pembicaraan.
Jika ditinjau dalam sudut pandang ilmu Hubungan Masyarakat (Public Relations), ada istilah terkenal yang berbunyi "tak ada publisitas yang buruk". Teorinya, selama orang terus membicarakan Anda, maka itu hal yang baik.
Bahkan, jika mereka mengatakan hal-hal buruk mengenai Anda, termasuk merek dagang atau perusahaan, publisitas akan tetap baik lantaran Anda akan selalu ada muncul di benak publik. Hal itu akhirnya membuat Anda tetap populer dan relevan.
Kendati terkesan positif dan cenderung menguntungkan, gagasan iklan itu jelas perlu dipertanyakan relevansinya kalau sudah menyangkut isu-isu sensitif. Bagi bisnis yang tengah membangun reputasi, publikasi dengan jalur kontroversial bisa berakibat sangat fatal.
Sudah ada banyak merek ternama dari berbagai belahan bumi yang reputasinya tercoreng di mata konsumennya akibat melakukan promosi yang menyinggung isu-isu sensitif. Padahal, reputasi amat berharga di dunia bisnis. Kendati sudah meminta maaf secara terbuka, reputasi buruk akan sulit dipulihkan begitu saja.
Dalam dunia pemasaran, isu-isu SARA sangat sensitif untuk mayoritas orang, sehingga tak pantas digunakan sebagai strategi promosi. Apalagi di Indonesia yang dikenal sangat menjunjung tinggi etika, budaya timur, dan norma agama.
Sanksi dan tindakan tegas dibutuhkan guna menyikapi aksi yang menistakan simbol agama sebagai langkah edukasi sekaligus untuk mencegah terjadinya kasus yang sama pada masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H