Kalau bukan di kakinya sendiri, di mana lagi warga Wadas memijakkan kakinya?
Anehnya, meski banyak menghasilkan komoditas perkebunan yang beraneka varian, masih muncul tudingan bahwa Desa Wadas merupakan daerah tandus.
“Dulu, Wadas dianggap desa tandus, gersang, tak produktif. Kami tak rela dianggap demikian. Lihat, Wadas, subur. Hasil melimpah, bisa menghasilkan durian bergunung-gunung,” ucap salah satu tokoh Gempadewa, Insin Sutrisno.
Desa Wadas, menurutnya, juga makmur. Banyak petani bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi. Tak sedikit pula yang berangkat haji dari hasil tani.
Lantaran kelestarian alam yang masih terjaga, bentang alam di wilayah Wadas menjadi ekosistem bagi spesies burung mulai dari cekak gunung, pipit, tekukur, madu kelapa, bondol haji, elang, dll.
Selain sebagai habitat bagi varian fauna, area perkebunan rakyat di desa itu juga menjadi "tabung oksigen" alami untuk populasi makhluk hidup di sekitarnya.
Sebagai sampel, menilik data dari Forest Digest, satu pohon akasia, yang menjadi salah satu penghuni bukit di Desa Wadas, mampu menghasilkan oksigen mencapai 143,33 kilogram sehari. Ya, per hari!
Maka, dengan asumsi kebutuhan oksigen normal, satu pohon akasia usia dewasa dapat menyuplai oksigen untuk 122-165 orang per harinya. Tak terhitung jumlah pohon di kawasan Wadas yang sanggup menopang denyut nadi kehidupan.
Fakta itu menegaskan betapa krusial menjaga kelestarian alam Desa Wadas, sebagai sumber kehidupan masyarakat global, khususnya bagi warga desa yang terletak di perbukitan itu.
Terancam Oligarki
Ironisnya, potensi besar bumi surga ini terancam oleh pertambangan batuan andesit untuk menopang megaproyek Bendungan Bener. Luas area yang akan dibebaskan guna melanggengkan proyek itu, adalah 124 hektar. Sementara jarak bendungan dari Wadas adalah 10,5 km.
Bertinggi 159 meter, bendungan yang akan menampung aliran dari Sungai Bogowonto itu ditargetkan bisa menjadi konstruksi bendungan tertinggi di Indonesia dan ke-2 di Asia Tenggara. Selain itu, Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menelan biaya Rp2,06 triliun ini akan menyuplai kebutuhan air bagi tiga daerah di Jawa Tengah.