Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polri Tanam Kamera di Badan Anggotanya, Buat Apa?

10 Januari 2022   14:27 Diperbarui: 10 Januari 2022   14:28 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kamera badan (body-worn camera) yang dipergunakan Polri. | kompas.com

Idealnya, Polda Metro Jaya perlu merilis hasil uji coba penggunaan kamera badan kepada publik. Sayangnya, hingga kini, belum ada rilis mengenai efektivitasnya dalam meningkatkan intregitas serta kinerja aparat di lapangan.

Jika efektif, maka penggunaannya perlu didorong guna diterapkan secara luas di antero Nusantara. Kalau tidak, harus ada evaluasi agar penggunaan kamera badan yang menyerap uang rakyat tak berakhir sia-sia. Apakah hasilnya memang sudah sesuai dengan biayanya yang tinggi itu?

Terlebih lagi, sejumlah hasil penelitian menunjukan, kamera badan tidak serta merta efektif mencegah anggota dalam menyalahgunakan kewenangannya.

Sebuah studi berjudul "Evaluating the Effects of Police Body-Worn Cameras: A Randomized Controlled Trial" melakukan percobaan acak penggunaan kamera itu pada 2.224 polisi di Washington D.C, AS.

Dalam studi itu, para peneliti melacak perilaku personel polisi selama tujuh bulan menggunakan data administratif. Hasilnya, piranti ini tidak terlalu efektif dalam memengaruhi perilaku polisi pada berbagai hasil, termasuk pengaduan masyarakat dan penerapan kekerasan. Ternyata penggunaan kamera badan tak sejalan dengan apa yang diharapkan.

Alih-alih meningkatkan integritas polisi, riset bertajuk "Body-Worn Cameras and the Courts: A National Survey of State Prosecutors" justru menunjukkan kecendrungan berbeda.

Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 lalu itu menemukan bahwa 92,6 persen kantor kejaksaan di yurisdiksi AS, justru lebih banyak memakai rekaman kamera badan sebagai alat bukti dalam menjerat warga. Sementara hanya 8,3 persen saja yang dipakai untuk menjerat polisi yang melanggar kode etik.

Petugas lebih cenderung memandang kamera badan sebagai sebuah alat guna pengumpulan dan perlindungan bukti. Artinya, alat itu malah menjadi momok bagi masyarakat, terlepas apakah warga bersalah atau tidak. Jangan sampai ide kamera badan justru digunakan sebagai alat untuk merepresi yang tak berdosa.

Beberapa studi yang dilakukan di wilayah lain pun kurang lebih menunjukkan hasil yang identik. Oleh sebab itu, hendaknya perlu ada terobosan agar kamera canggih itu bisa bekerja jauh lebih presisi, sesuai dengan tujuan awalnya.

Adanya inovasi "CCTV keliling" ini juga membuka peluang terganggunya privasi publik. Maka dari itu, program kamera badan hendaknya lebih difokuskan guna meningkatkan integritas polisi daripada sebagai medium untuk "memata-matai" warga. Ya, penegakan hukum memang menjadi prioritas utama, tetapi privasi masyarakat juga perlu dijaga.

Biar bagaimanapun, terlepas ada atau tidaknya kamera badan yang digunakan petugas, Polri harus melakukan banyak perbaikan agar pemakaian teknologi itu selaras dengan integritas serta kinerja anggotanya di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun