Hanya dalam waktu sehari saja, masker yang saya pesan dari Batik Wistara Surabaya, telah sampai di rumah saya, Lamongan, tanpa cacat sedikitpun. Padahal, saya sebatas memilih paket reguler (Reg) yang ramah di kantong. Hal itu membuktikan, JNE akan selalu memberikan layanan terbaiknya meski tarif paket yang dipilih sangat ekonomis.
Fakta itu ternyata diamini oleh koordinator Batik Wistara, Bu Marni. Ia adalah tangan kanan Aryo dalam menjalankan usaha. Terkait pengantaran barang, tanpa ragu ia menyebut jasa kurir yang didirikan Soeprapto Suparno pada tahun 1990 silam itu, sebagai layanan ekspedisi andalan Rumah Batik Wistara.
Menurut Bu Marni, dalam mengantarkan produk hingga ke tangan pelanggan, Batik Wistara selalu setia dengan JNE. Bahkan, sejak rumah batik itu pertama kali berdiri pada tahun 2010 lalu.
Kesetiaan Batik Wistara pada JNE sejatinya amat beralasan. "Enggak pernah ribet. Lancar," ucap Bu Marni kala saya menanyakan tentang keunggulan layanan JNE.
Selain pelayanan yang prima, ia juga mengatakan, petugas JNE selalu menawarkan penjemputan barang di rumah konsumen jika paketnya telah melebihi tiga item. Layanan semacam itu tentu dapat memudahkan pelaku UMKM agar paket pesanan bisa segera diterima oleh pelanggan.
Jika barang pesanan pelanggan tiba lebih cepat dari ketentuan, para pelaku UMKM akan merasa tenang kala menjalankan usahanya. Pelanggan pun merasa bahagia karena barang pesanannya bisa tiba lebih cepat dan tanpa cacat. Setidaknya, hal itu lah yang telah saya buktikan sendiri.
JNE Menghubungkan Kebaikan
Atas saran dari seorang sahabat, saya mendonasikan masker karya para difabel di Batik Wistara pada Ponpes Roudhotun Nasyi'in Ash Shiddiqiyyah (RN ASA) yang berlokasi di Desa Dadapan, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang, Jawa tengah.
Saya mendapatkan informasi mengenai Ponpes RN ASA dari Suster Monica SND, seorang biarawati Katolik yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan yayasan yang dipimpin Bapak Abadi itu.
Saya menyadari, apa yang dilakukan Aryo sejalan dengan visi yang diperjuangkan oleh Bapak Abadi. Motivasi keduanya memang sama-sama ingin memuliakan kaum difabel dan anak-anak kurang beruntung lainnya.