Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Wow! Segini Hadiah Juara Kompasiana Awards 2021

26 Desember 2021   14:47 Diperbarui: 26 Desember 2021   15:25 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup memang brengsek, tetapi Tuhan selalu baik."

Pada suatu malam yang rada ngeri-ngeri sedap, gawai saya mendadak bergetar. Di kolom notifikasi terlihat nama salah satu sosok yang paling dihormati di Republik Kompasiana, yang juga pernah menyabet jawara Kompasiana Awards (K-Awards).

Saya terhenyak tatkala beliau membahas mengenai sunat-menyunat, kendati saya sebenarnya sudah pernah sunat satu kali beberapa tahun lalu. Cukuplah sekali saja. Saya sudah kapok. Semoga kelak saya tak dipaksa untuk sunat lagi!

Setelah saya cermati secara seksama dan dengan tempo yang seenak jidat sendiri, ternyata bukan sunat nganu yang beliau bahas. Varian sunat yang beliau katakan, adalah menyangkut hajat hidup penulis di Kompasiana yang Beyond Blogging ini.

"Mas Bro, ikut prihatin, ya, sunat hadiah K-Awards," tulisnya singkat padat tanpa tedeng aling-aling.

Guna menjawabnya, beberapa rangkaian kata saya lontarkan kepada beliau. Tentu tidak lupa saya sisipkan emotikon nangis agar makin tragis dan mendayu-ndayu.

Suasana syahdu sebenarnya sudah mulai menguar ketika saya menerima sejumlah pesan dari Indra Rahadian pada sore hari, masih pada hari yang sama. Pesannya itu berisi kabar yang sudah kami nanti sejak beberapa waktu lalu.

"Cek rekening," seloroh Indra Rahadian, memecah lamunan saya kala mengagumi indahnya paras Amanda Manopo.

Saya sempat terkejut dengan nilai hadiah yang dituliskan oleh jawara di K-Awards 2021 kategori fiksi itu. Lantaran memang jago menulis fiksi, awalnya saya berpikir, beliau tengah menulis cerpen lewat pesan WA. Saya menganggap, nilai hadiah yang beliau tulis hanyalah rekaan. Setelah saya periksa, sayangnya, nominal itu memang sudah sesuai dengan realitas. Bukan fiksi.

Beberapa waktu setelahnya, rekan-rekan sesama pemenang K-Rewards 2021 turut menghubungi saya. Ternyata, baik Tonny Syiariel maupun Guido Arisso, keduanya sama-sama mengungkapkan keheranan. Apakah nominal hadiahnya sudah benar ataukah mata mereka yang bermasalah?

Berawal dari rasa penasaran yang tinggi, saya mencoba untuk menghubungi para pemenang K-Awards tahun sebelumnya. Saya ingin memastikan apakah nominal hadiah yang kami terima, sesuai dengan yang mereka dapatkan kala itu.

Dari keterangan mereka, saya mendapati nominal hadiah yang amat jauh berbeda. Timpang. Bahkan, saya pun memperoleh bonus ucapan keperihatinan dari mereka. Syahdu betul nasib saya. Tisu mana tisu?

"Hidup memang brengsek, tetapi Tuhan selalu baik," ujar salah satu Kompasianer pemenang K-Awards periode lalu setelah mengetahui nilai hadiah K-Awards 2021. Entah mengejek atau mencemooh, yang jelas, saya suka kata-kata mutiara beliau. Hidup memang brengsek. Selaras dengan apa yang kami dapatkan tahun ini.

Ada enam juara K-Awards dari tahun ke tahun yang saya hubungi. Beberapa nilai hadiah K-Awards juga sukses saya dapat dengan bantuan Google. Faktanya, nilai hadiah yang kami terima amat jauh dari harapan, atau setidaknya jauh dari nilai hadiah yang pernah didapat oleh jawara K-Awards terdahulu. Saya juga berhasil menelusuri sampai K-Awards 2014 lalu, dengan rincian hadiah sebagai berikut:

Nominal hadiah K-Awards. | Dokumentasi pribadi
Nominal hadiah K-Awards. | Dokumentasi pribadi

Dari data itu, bisa dipastikan bahwa nilai hadiah K-Awards berhasil bercokol pada titik terendahnya dalam periode 2021 ini. Ada penurunan 50% dibanding nominal K-Awards tahun lalu. Tolong dicatat!

Mengetahui fakta itu, hasrat saya untuk menebus apartemen Grand Shamaya di daerah Surabaya serta The Pakubuwono Residence di area Jakarta Selatan, harus saya kubur dalam-dalam. Sangat dalam.

Hajat saya untuk mentraktir Ibu Hennie Triana untuk makan Soto Lamongan di Jerman pun kini harus pupus. Ya, paling mentok nanti saya bakal pesan katering di Chef Siti Nazarotin dengan menu Sego Pecel Blitar. Alhamdulillah. Puji Tuhan.

Respons Kompasiana
Ajang kopi darat terakbar se-Nusantara, bagi para kreator konten dan komunitas. Begitu jargon yang acap dikampanyekan oleh Kompasiana dan penulisnya dalam menyebut Kompasianival.

Dalam narasi itu, Kompasianival adalah sebuah kebanggaan untuk seluruh pihak yang terlibat. Ia adalah momentum yang paling bergengsi—sekaligus yang selalu dinanti-nanti oleh Civitas Kompasianica.

Hajatan yang digelar pada 27 November 2021 secara virtual itu, menjadi momen inaugurasi yang diberikan Kompasiana kepada para Kompasiner dengan konten paling konsisten dan berkualitas selama tahun 2021. Itu kata Kompasiana, bukan saya, lho, ya.

Namun, amat disayangkan, level gengsi K-Awards ternyata tidak tercermin dari nilai yang diperoleh para pemenangnya. Saya sempat mengirim pesan konfirmasi kepada pihak Kompasiana terkait hal itu. Persoalan yang cukup mengganjal dalam benak kami—pemenang K-Awards 2021.

Ada sejumlah poin menarik dari balasan pesan WA dan email yang saya dapat dari COO Kompasiana, Nurulloh. Ia menyebut bahwa penyesuaian hadiah bukanlah kali pertama dilakukan. Penyesuian tersebut, ungkapnya, pernah mengalami degradasi yang "sangat besar". Tolong dicatat!

Lagi-lagi sayangnya, hal itu tak terbukti dari hasil penelusuran saya. Sejak 2014, nilai hadiah K-Awards terus naik hingga Rp3 juta. Baru turun tatkala beliau mulai mengambil kendali Kompasiana selama periode 2018. Justru dalih degradasi yang sangat besar itu terjadi pada masa beliau.

Degradasi dari Rp 3 juta ke Rp 2 juta pada K-Awards 2020 lalu mungkin masih bisa dimaklumi. Pasalnya, Kompasianer yang menjadi juara ketika itu tidak perlu jauh-jauh pergi ke Jakarta. Artinya, selisih Rp1 juta adalah alokasi untuk akomodasi dan transportasi.

Masih pada pesan WA yang sama, ia juga mengklaim, degradasi itu bukan di angka 50 persen, seperti yang sebelumnya saya sempat utarakan, tetapi hanya 35 persen. Saya tiba-tiba menjadi bodoh, dari mana angka 35 persen berasal?

Menurut otak saya yang jeblok dalam hal matematika, penurunan angka dari Rp2 juta ke Rp1 juta adalah 50 persen. Apakah beliau mempunyai metode khusus untuk menghitung sehingga bisa keluar nilai 35 persen? Sedari awal, yang saya utarakan cuman sebatas nilai hadiah uang. Bukan bentuk hadiah yang lain.

Lantas, apa penjelasan yang sesuai untuk menguak degradasi nominal hadiah dari Rp2 juta ke Rp1 juta pada K-Awards edisi 2021 kali ini?

Menurut COO Kompasiana, kebijakan itu dipilih karena rumah besar penulis hebat ini, sedang mengalami "krisis finansial". "Daripada hanya plakat dan sertifikat (K-Awards), tidak apa kita tetap sertakan nominal rupiah yang saat ini tersedia," tulis beliau via email.

Terkait penetapan hadiah, memang tidak ada peraturan mutlak yang mengaturnya. Namun, pengelola Kompasiana idealnya berpegang pada nilai kepatutan. Apakah dengan memberikan hadiah sebesar itu, sudah patut untuk diberikan kepada para pemenang sebuah momen yang katanya ajang kopi darat bloger paling prestisius di Galaksi Bima Sakti?

Rasanya tak perlu jauh-jauh membahas hadiah di blog competition, dibandingkan dengan nominal K-Rewards, yang dapat mencapai angka tertinggi Rp3 juta-Rp 8 juta tiap bulan, saja sudah jomplang.

Jadi, Kompasianer harus tahu sejak awal terkait hadiah yang hendak diterimanya. Pasalnya, nilai hadiah itu lah yang tidak pernah disebut pihak Kompasiana ketika kami terpilih menjadi juara. Menjadi hal yang lumrah saat kami mengasumsikan bahwa nominal hadiahnya sama dengan K-Awards edisi 2020 lalu.

Perlu diketahui, bahwa artikel ini ialah ungkapan "keheranan" yang mewakili suara saya pribadi, Indra, Gui, dan Pak Tonny. Seluruh jawara K-Awards 2021 (pada lima kategori utama) merasakan perlakuan 'aneh' serupa, sebagaimana yang mereka ungkapkan melalui pesan pribadinya kepada saya tempo hari.

Data Tak Sesuai Fakta
Seturut dengan sejumlah informasi yang pernah disampaikan oleh Widha Karina, yang diamini Nurulloh, bahwa performa Kompasiana sepanjang kurun waktu tiga tahun terakhir, 2019 hingga 2021, secara eksponensial mengalami "peningkatan".

Kini, Kompasiana sudah memiliki 2 juta pengguna dengan 2,8 juta konten tayang. Tingkat pengguna aktif pun cukup besar sekitar 35%-40%. Demikian narasi yang diutarakan Nurulloh dalam artikelnya.

Saya bingung, mengapa dengan semakin meroketnya performa Kompasiana, para pengelola justru berdalih saat ini sedang mengalami krisis finansial? Sebenarnya apa yang salah? Berkaca dari angka yang mampu membuat ngeri-ngeri sedap itu, mengapa justru nilai jual artikel-artikel Kompasianer mengalami penurunan? 

Lantas, mengapa dengan kian pesatnya perkembangan Kompasiana sepanjang tempo tiga tahun ini, penghargaan tim Kompasiana kepada Kompasianer yang berprestasi justru terdegradasi? Apakah angka-angka tersebut hanya "gimmick" yang digunakan pihak pengelola dalam menggoda sponsor supaya mereka mau mengisi slot iklan?

Tidak ada satu pun entitas yang mampu menjawab semua pertanyaan itu kecuali Tuhan dan pihak pengelola Kompasiana.

Logikanya, menurut saya, dengan makin meroketnya perkembangan Kompasiana secara eksponensial itu, akan diikuti pula dengan meningkatnya 'nilai' konten para Kompasianer dan penghargaan bagi yang dianggap telah berprestasi.

Kalau tidak, maka permasalahan itu akan menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pengelola. Tatkala performa Kompasiana meningkat saja mereka kedodoran dalam membiayai acara, bagaimana kalau nanti kinerja Kompasiana sedang stagnan atau bahkan menurun secara eksponensial?

Dalam hal ini, hendaknya pengelola bisa lebih "piawai" setiap kali menggelar Kompasianival. Misalnya, menggandeng sponsor-sponsor yang bisa mendukung pemberian hadiah untuk para pemenang K-Awards. Pasalnya, seperti yang dapat kita lihat bersama, hanya jenama itu-itu saja yang menjadi sponsor K-awards tiap tahunnnya.

Pandangan umum menyebut, persoalan uang adalah hal yang sensitif. Sehingga, tidak banyak yang berani secara terbuka membahasnya. Namun, hemat saya, ada waktunya nominal uang harus diketahui oleh khalayak ramai untuk transparansi dan menghindari perlakuan tidak adil.

Saya berani pasang badan untuk rekan-rekan pemenang di K-Awards 2021 kala menuangkan keresahan kami di artikel ini, terlepas apapun resikonya ke depan. Yang jelas, semua yang saya tulis sudah selaras dengan data yang saya dapatkan.

Saya pikir, Kompasianer juga perlu tahu. Ya, beginilah keadaan Kompasiana yang sesungguhnya. Banyak hal yang agaknya perlu dibenahi andai Kompasiana masih berhasrat buat menjadi penyintas dalam ketatnya persaingan ekosistem digital.

Kami, para pemenang K-Awards 2021, dan seluruh rekan-rekan Kompasianer, telah memberikan yang terbaik dalam setiap remah-remah kalimat yang kami unggah di rumah besar para penulis ini.

Hendaknya pihak Kompasiana juga perlu berupaya memberikan yang terbaik bagi Kompasianer tanpa terkecuali. Sehingga, bisa tercipta suasana kekeluargaan yang sangat harmonis. Bukankah Kompasiana adalah rumah besar yang dihuni anggota keluarga?

Dalam artikel curhat ini, saya juga ingin menyisipkan doa. Semoga ke depannya Kompasiana bisa terus bertumbuh serta berkembang, sehingga dalam prosesnya, ia dapat terus mengupayakan simbiosis mutualisme dengan para penulisnya.

Sebagai seorang Kompasianer "kemarin sore", yang bisa saya lakukan hanyalah menulis dengan sebaik-baiknya. Saya tak punya kendali atas jatuh dan bangunnya Kompasiana. Semua kendali sepenuhnya ada di tangan para pengelola Kompasiana yang dinahkodai oleh Mas Nurulloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun