Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulislah Kendati Bukan Siapa-siapa

2 Desember 2021   15:23 Diperbarui: 3 Desember 2021   20:00 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetaplah menulis meksipun Anda bukan siapa-siapa. | Dokumentasi Kompasiana

Sebagai manusia yang memang bukan siapa-siapa, saya sangat percaya adanya keberuntungan. Bahwa, ia merupakan suatu hal yang kelewat sulit dikendalikan. Kompasiana Awards 2021 yang saya dapatkan adalah buktinya.

Lewat mekanisme yang sama sekali tak terduga, perjumpaan saya dengan blog terjadi pada tanggal 20 Maret 2020 lalu. Entah mengapa takdir seolah meggiring saya untuk memilih Kompasiana–yang sekaligus menjadi 'cinta' pertama saya.

Awalnya saya mendaftar di Kompasiana bukan untuk keperluan menulis pribadi, tetapi untuk keperluan publikasi kantor di mana saya bekerja. Lalu, lahirlah akun "kitarakyatjelata" di Kompasiana, yang kelak menjelma menjadi David Abdullah yang hanyalah seorang pegiat rebahan.

Sebelum mulai menggoreskan tulisan di rumah besar para penulis hebat ini, saya memang memiliki minat untuk menulis pada sebuah blog. Namun, saat itu, saya belum punya keberanian untuk menulis.

Saya sadar betul bahwa saya tak punya modal teknik olah kata yang mumpuni. Parahnya, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia ketika saya masih SMP dulu, paling mentok diganjar 70. Barangkali guru saya menyimpan dendam pribadi atau saya yang memang terlalu bodoh.

Saya bukan penulis sungguhan. Bukan seorang pujangga. Bukan pula seorang figur publik, apalagi artis. Label pegiat rebahan lah yang kiranya pantas untuk saya sematkan kepada diri saya sendiri lantaran memang bukan siapa-siapa.

Dalam ekosistem yang sangat egaliter ini, semua penulis mempunyai peluang yang sama guna mencicipi penghargaan. Siapa saja. Saya sendiri yang menjadi buktinya, meskipun dengan keahlian menulis yang amat pas-pasan atau cenderung hancur-hancuran. Anda pun bisa meraih prestasi seperti yang saya dapatkan, bahkan jauh melampauinya. Sing penting yakin, Gaes!

Kompasiana Awards dan Keberuntungan

Pada kolom komentar, saya menegaskan kepada penulis hebat pada kategori "Best in Opinion" di Kompasiana Awards 2021. Misteri yang membuat saya bisa terpilih jadi juara, adalah berkat keburuntungan.

Nomine dalam kategori
Nomine dalam kategori "Best in Opinion" Kompasiana Awards 2021. | Dokumentasi Kompasiana

Kepada Luna Septalisa, saya mengatakan bahwa barangkali saya tengah beruntung pada saat itu, tetapi tidak pada saat yang lain. Itulah yang menjadi faktor penentu mengapa saya sedikit lebih unggul dalam hal perolehan suara.

Masalah kualitas, artikel Kazena Krista, Luna Septalisa, Jeniffer Gracellia, serta Muhammad Natsir Tahar, sejatinya tak kalah bagusnya. Bahkan, jauh melebihi kualitas semua artikel yang saya anggit sembari rebahan di sini. Saya memang hobi menulis sembari rebahan. Mohon untuk dimaklumi, ya, Kakak.

Oleh sebab itu, saya bisa menang bukan semerta-merta lantaran kualitas artikel saya bagus. Bukan. Namun, karena saya sedikit lebih beruntung selama periode pemungutan suara (voting).

Bisa jadi rekan-rekan Kompasianer yang telah memilih saya waktu itu, merasa iba atau terenyuh dengan status singgel saya–yang hakiki. Bukan karena tampang saya yang mupeng, seperti yang digemborkan oleh Rudy Gunawan–yang akunnya baru saja di-rebranding menjadi "Acek Rudy".

"Kasian, tuh, si David. Udah nggak laku-laku, mana hobinya pun cuman rebahan. Kalo sampe kalah, nanti pasti dia nangis guling-guling." Begitu kira-kira.

Bahkan, kepada Kazena Krista saya pun berani mengatakan kalau kemenangan saya hanyalah kebetulan. Saya tak akan pernah tahu, apakah yang memberikan suaranya untuk saya, memang "sadar" ingin memilih saya atau bahkan hanya terpeleset saat menekan tombol vote?

Barangkali ketika itu, jimat warisan dari Om Rudy bekerja dengan cara-cara yang misterius. Lewat proses metafisika yang sangat kompleks, kakuatan magis dalam jimat beliau berhasil memanipulasi akal sehat Kompasianer untuk memilih saya. Untuk detailnya, langsung tanya beliau.

Di dalam artikel beliau yang bertajuk "10 Kompasianer Muda ini Berpotensi Meraih Penghargaan", Acek Rudy sejatinya telah menebar jimat andalannya. Uniknya, tak satu pun Kompasianer menyadarinya.

Melalui interaksi dengan makhluk astral yang beliau pelihara, numerolog perdana yang dikukuhkan oleh MURI itu, berhasil membuktikan betapa akurat prediksinya. Dari total sepuluh Kompasianer, enam di antaranya terbukti masuk jadi nominasi. Adapun dua di antaranya bisa keluar jadi pemenang.

Tidak menutup kemungkinan, keempat penulis yang belum terpilih akan masuk sebagai kandidat pada tahun berikutnya. Begitu pula penulis yang belum menjadi juara tahun ini. Siapa tahu, tahun depan mereka akan keluar menjadi pemenang.

Seperti survei pemilu, ramalan Om Rudy turut mendongkrak popularitas keenam nomine peraih Kompasiana Awards 2021. Prediksi beliau bisa memengaruhi alam bawah sadar teman-teman Kompasianer dalam menentukan pilihannya.

Atas analisisnya yang tingkat akurasinya mencapai 60 persen itu, saya angkat topi tinggi-tinggi untuk Om Rudy yang sudah saya anggap om sendiri. Sebagai seorang ahli angka, yang mengabdikan dirinya di Kompasiana, beliau layak menjadi calon kuat penerima label Kompasianer of The Year berikutnya. Sing penting yakin!

Membangun Keberuntungan

Sebagai sosok Kompasianer junior, saya amat mempercayai akan adanya konsep keberuntungan pemula atau "beginner's luck". Karena, saya termasuk pemula di Kompasiana yang beruntung bisa keluar jadi juara di Kompasaiana Awards 2021.

Keberuntungan pemula, menurut kamus Cambridge, ialah kesuksesan tak terduga yang diperoleh oleh seseorang yang baru memulai aktivitas tertentu. Dengan kata lain, apa yang saya dapat di Kompasiana hanyalah salah satu bukti atas eksistensi keberuntungan pemula.

Keberuntungan amat sulit dikendalikan. Namun, Anda masih dapat membangun faktor-faktor penyusun keberuntungan, yang nantinya akan memihak diri Anda pada momentum yang tepat.

Oleh karena itu, saya akan membagikan beberapa analisis yang dapat diterapkan oleh rekan Kompasianer, terutama para pemula, yang memiliki keinginan untuk menciptakan keberuntungannya sendiri di Kompasiana.

Tak ada niat menggurui. Analisis berikut ini murni dilandaskan pada pengalaman yang pernah saya lalui selama bergabung di Kompasiana. Sebuah analisis yang bisa membuat setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi juara dalam Kompasiana Awards mendatang.

#1 Terus Belajar
Selain harus berani menulis, keinginan untuk terus belajar hendaknya dimiliki oleh Kompasianer muda, termasuk diri saya sendiri. Sampai detik ini, saya pun masih terus belajar.

Saya mempunyai beberapa Kompasianer yang saya jadikan rujukan dalam belajar rebahan. Maksudnya, menulis. Lantaran saya lemah dalam hal menulis fiksi, saya memutuskan guna belajar kepada Abdul Hama Wereng. Hendaknya, para pemula juga perlu memiliki rujukan belajar.

#2 Perbanyak Interaksi
Sulit dimungkiri jika intensitas interaksi memiliki peran yang sangat krusial serta vital di Kompasiana. Faktor itu pula yang menjadi pembeda di antara Kompasiana dan platform menulis lain.

Tanpa adanya interaksi yang masif, amat musykil saya bisa merasakan deg-degan yang teramat ekstrem tatkala nama saya dipanggil dalam Kompasiana Awards. Sebab, tanpa hal itu, proses belajar saya tak akan bisa berjalan dengan optimal. Amat mustahil pula saya bisa berdiri di deretan penulis hebat di sana.

Lewat interaksi, baik di kolom komentar, pesan, dan grup, anda akan lebih banyak dikenal oleh teman-teman Kompasianer lain. Namun, ingat. Jangan niatkan demi tujuan ambisius, misalnya, agar juara di K-Awards. Berinteraksilah untuk saling mengenal dan belajar–siapa tahu jodoh.

#3 Gabung Komunitas
Dalam menunjang kemampuan menulis menurut hasrat dan minat tertentu, saya sarankan penulis muda untuk bergabung dalam komunitas. Ada puluhan (sekitar 40) komunitas di Kompasiana yang bisa mengakomodasi aktivitas belajar sesuai minat dan domisili masing-masing.

Ada Komik (film), Inspirasiana (literasi), KPK (kuliner), RTC (karya fiksi), Koteka (wisata), Vlomaya (budaya), Ladiesiana (perempuan), KPB (diskusi), dll. Silakan dicari sendiri, lalu pilihlah sesuai minat atau domisili Anda.

#4 Jangan Jumawa
Saya memiliki prinsip yang saya pegang teguh untuk tidak mencalonkan diri saya sendiri sebagai nomine K-Awards meski diperbolehkan. Sebab, menurut saya, hal itu bisa membuat diri saya jumawa serta merasa lebih hebat dari penulis lain.

Rasa jumawa itulah yang akhirnya akan memaksa orang untuk berhenti belajar. Untuk itu, hendaknya para penulis muda menghindari sikap bertinggi hati supaya proses belajar lebih optimal. Selalu ingat, di atas langit, masih ada langit.

Tetaplah menulis meksipun Anda bukan siapa-siapa. | Dokumentasi Kompasiana
Tetaplah menulis meksipun Anda bukan siapa-siapa. | Dokumentasi Kompasiana

Uraian bertele-tele di atas sesungguhnya hanyalah sekadar basa-basi belaka. Niat saya menulis artikel ini, adalah lantaran saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan Kompasianer yang merelakan hak pilihnya untuk saya.

Sungguh, tanpa rekan-rekan Kompasianer semua, saya hanyalah remahan rempeyek yang terhanyut oleh arus banjir bandang. Adalah sebuah kehormatan, saya selama ini bisa menjadi bagian dari Kompasiana yang dihuni para penulis jempolan, yang atas jasanya saya banyak belajar menulis.

Meminjam lirik musik yang dipopulerkan oleh band bikinan Om Ahmad Dhani, The Rock, "aku bukanlah siapa-siapa, bila tak ada cinta darimu, untukku."

Bagi teman-teman penulis pemula, ingat selalu pesan pegiat rebahan ini: tetaplah menulis kendati Anda bukan siapa-siapa. Bangunlah keburuntungan Anda sendiri di sini, di Kompasiana. Mulai detik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun