Untuk Anda yang masih bimbang, apakah pembimbing/mentor poligami ini profesi sungguhan. Saya tegaskan jika profesi itu memang benar-benar ada. Coach Hafidin itulah salah satu buktinya.
Selain Hafidin, nyatanya, masih banyak lagi yang mendaku diri sebagai seorang "poligami expert". Selebaran kelas dan webinar tentang poligami milik mereka banyak bertebaran di linimasa medsos.
Selebaran promosi milik Coach Hafidin, misalnya, yang berupa kiat-kiat sukses berpoligami yang akan dididik langsung oleh dirinya, baik secara daring maupun luring. Bahkan, dia juga berani memberi garansi sukses berpoligami hanya dalam tempo 45 hari. Saya tak tahu, andai kata gagal, apa uang Anda akan kembali. Apa perlu saya coba dahulu agar kita paham?
Webinar poligami yang diisi oleh Coach Hafidin, memungut dana sebesar Rp199 ribu. Dapat lebih mahal apabila seminar dilakukan secara luring atau tatap muka. Mungkin bisa menyentuh angka hingga puluhan juta. Nantinya peserta seminar bakal mendapatkan materi-meteri agar pihak istri pertama bersedia menerima status poligami sang suami.
Beliau juga akan membagikan wejangan supaya istri dapat bahagia dengan suami yang berpoligami serta sikap dan mental yang wajib dimiliki oleh pria, yang ingin menjalankan praktik permaduan.
Seminarnya boleh untuk diikuti berbagai kalangan, termasuk mereka yang belum menikah dan pasangan monogami yang berniat menciptakan keluarga harmonis. Sayangnya, dia tidak menyediakan calon pasangan bagi para pesertanya. Hal yang kurang menyenangkan bagi kaum jomlo.
Beliau sendiri mengklaim, telah berhasil menjalankan rumah tangga poligaminya selama 20 tahun. Bahkan, beliau saat ini sudah mempunyai 25 anak dari keempat istrinya. Sebuah catatan rekor yang tidak main-main, bukan?
Artinya, dia tidak hanya sebatas sebagai juru kampanye saja, tetapi juga seorang praktisi. Tidak heran kalau banyak yang berminat untuk mengikuti kelasnya. Ya, setidaknya itu klaim dari Coach Hafidin.
Dalam hukum Islam, seorang laki-laki memang diperbolehkan guna memiliki empat istri dengan syarat "harus adil". Sementara, konsep adil itu sendiri bisa dimaknai beragam--bergantung sudut pandang mereka yang menyoalkannya.
Yang jelas, berlaku adil itu sulit. Apalagi, dalam keluarga yang menganut prinsip poligami. Adil dalam kacamata si suami, belum tentu adil bagi pihak istri. Begitu pula sebaliknya. Sangat dilematis.