Begitu halnya ketika kita melihat orang berpakaian yang tidak sesuai, kita akan mengasosiasikannya sebagai perilaku menyimpang. Hal itu menjadi bentuk respon yang dihasilkan dari pengaruh budaya timur yang kita anut.
Ada sejumlah publik figur di Indonesia yang sempat mempopulerkan konsep fesyen tanpa gender yang sama dalam berbagai kesempatan. Namun, bukan berarti masyarakat akan menerimanya begitu saja sebagai sebuah kewajaran. Hal itu dibuktikan oleh adanya kekerasan yang diterima kaum LGBT yang kerap memperjuangkan tren fesyen genderless.
Sejatinya pengaruh fesyen genderless dapat dijumpai pada pakaian berjenis kemeja flanel, celana jeans, dan kaus oblong, yang tak dibatasi oleh gender. Hanya saja, jenis busana itu berada di level yang masih bisa diterima oleh masyarakat luas.
Bagi saya, fesyen juga soal selera. Saya pribadi tidak mampu menerima fesyen genderless untuk diadopsi. Meski begitu, saya menghormati preferensi seseorang dalam menentukan gaya berbusananya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H