Pandangan itu ternyata seirama dengan sebuah studi yang berjudul "Looking the part: Identity, meaning and culture in clothing purchasing". Hasil penelitian tersebut mengungkapkan, fesyen adalah produk sosial yang punya sifat rangkap, yakni bisa memberikan rasa aman dan keseragaman. Selain itu, juga menjadi sarana untuk personalisasi diri dengan merepresentasikan kepribadian.
Saat ini, dunia fesyen lebih bersifat fluid atau cair. Stigma tentang mode feminin dan maskulin makin bergeser, sehingga baik laki-laki maupun perempuan bebas mengenakan jenis mode apa pun sesuai keinginan mereka.
Konsep mode genderless menyingkirkan norma berpakaian yang dianggap sudah ketinggalan jaman sebab terlalu banyak memberikan batasan mengenai tata cara berpakaian sesuai gendernya.
Meski rumah mode sempat membatasi preferensi busana pria dan wanita, kini beberapa merek ternama di dunia sudah mulai mengusung "genderless fashion" dalam koleksinya, seperti Bode, Gucci, Zara, H&M, dll.
Realitas di Indonesia
Dalam kehidupan masyarakat, peran gender terbentuk dari hasil konstruksi sosial, termasuk mengenai bagaimana cara kita berperilaku dan berpakaian.
Oleh karena itu, peran gender sudah ditetapkan sebagai norma di tengah masyarakat. Akhirnya berbusana pun turut menjadi salah satu cara untuk menentukan gender seseorang.
Lantas, muncul tren genderless fashion yang membuat setiap orang memiliki kebebasan guna mengekspresikan diri melalui busana yang ingin dikenakan.
Konsep mode itu menjadi sarana bagi mereka yang ingin mengekspresikan dirinya, tanpa adanya ikatan orientasi seksual dan jenis kelamin yang dibawa sejak lahir.
Meski begitu, tren fesyen genderless tak mudah diterima masyarakat, terlebih di Indonesia yang warganya dikenal amat menghormati serta menjunjung tinggi budaya timur dan norma agama.
Tren gaya berbusana ambigu dianggap tabu untuk dipakai dan dipopulerkan. Konstruksi sosial, budaya, dan norma agama yang kita kenal mengajarkan bahwa gaya berpakaian harus mampu membedakan gender dan jenis kelamin seseorang.
Kita sudah terbiasa mengenakan pakaian wajar yang diperkanalkan oleh orangtua kita sejak kecil. Rok harus dikenakan oleh perempuan dan jas harus dikenakan oleh laki-laki. Jika kita memakai baju yang tak sesuai, orangtua akan memarahi kita.