Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Diplomasi Hantu, Merawat Kearifan Lokal dari Jalan Mistis

25 Juni 2021   13:54 Diperbarui: 28 April 2022   05:38 4900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah hantu sebagai bentuk kearifan lokal Nusantara. | India.com

Konon, berbagai jenis sosok tak kasat mata akan keluar dari tempat persembunyiannya menjelang Magrib, kemudian bertebaran di alam manusia.

Sebagaimana yang pernah saya tulis dalam artikel berjudul "Mengurai Mitologi Sandekala, Larangan Anak Keluar Rumah Jelang Magrib", Wewe Gombel merupakan salah satu sosok hantu yang dikisahkan kerap muncul saat sandekala.

Narasi itu dipakai untuk berdiplomasi dengan anak-anak agar mereka mau menuruti perintah orangtua untuk masuk ke dalam rumah. Pasalnya, saat-saat menjelang petang adalah waktu bagi mereka untuk beribadah, belajar, dan berkumpul dengan keluarga.

Varian hantu dari tanah Sunda lainnya adalah Lulun Samak yang menghuni kawasan perairan. Lazimnya, kehadiran mereka ditandai dengan munculnya tikar di atas permukaan aliran sungai atau danau.

Tak sekedar menakut-nakuti, narasi itu dipakai agar anak-anak tidak terlalu lama mandi di sungai karena dikhawatirkan bisa kelalap atau terhanyut bersama arus air.

Kisah yang sama juga dituturkan oleh orangtua di daerah Jawa Timur, dengan sosok tak kasat mata yang disebut dengan istilah Kalap.

Bagi mereka yang terlahir sebelum era digital, tentu sudah tak asing lagi dengan kisah hantu yang gemar menghuni semak-semak atau area yang ditumbuhi pepohonan. Mereka gemar menampakkan diri pada malam hari.

Serupa dengan narasi lainnya, kisah semacam itu dituturkan orangtua agar anak-anak tidak berisiko terluka oleh hewan liar dan tetap dalam perimeter pengawasan orangtua saat bermain.

Lebih dari itu, diplomasi hantu tak hanya sebatas dipakai dalam cerita anak. Masyarakat adat juga memakai pendekatan yang sama untuk meruwat kelestarian alam.

Sebelum masuknya agama, penduduk Nusantara terlebih dahulu menganut paham animisme dan dinamisme. Kepercayaan tersebut berkaitan erat dengan keberadaan makhluk-makhluk halus.

Mereka percaya akan adanya sosok tak kasat mata, yang tinggal di dalam benda dan tempat-tempat tertentu. Adapun area yang biasa didiami oleh makhluk astral adalah di persimpangan jalan, kuburan, pohon besar, sudut rumah, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun