Setelah insiden tersebut, foto jenazah ZA yang tergeletak pun viral di media sosial. Alih-alih ketakutan, netizen +62 malah menyulapnya menjadi bahan candaan.
Mereka beramai-ramai mengedit foto-foto yang beredar untuk dijadikan meme di media sosial. Dalam hal ini kreativitas netizen tidak perlu kita ragukan. Sudah teruji rasa dan kualitasnya. Mantap!
Ada netizen yang mengeditnya identik dengan gim PUBG Mobile, seolah-olah pemain telah tertembak oleh lawannya. Ada pula yang mengeditnya jadi meme gim bertemakan gangster GTA.
Selain itu, meme yang sangat receh juga dapat kita jumpai yang menggambarkan momen seorang cewek "nembak" cowok duluan. Entah, apa maksud netizen. Apa itu wujud curhat mereka ingin ditembak cewek duluan, tapi masih jomlo sampai detik ini juga? Hanya Tuhan yang tahu.
Kendati terkesan jahat, meme terorisme menjadi bentuk perlawanan netizen +62 terhadap aksi keji terorisme. Setidaknya humor mereka tidak lebih jahat daripada aksi-aksi bunuh diri yang dilakukan oleh teroris. Pasalnya, tidak ada satupun hal yang patut untuk dibenarkan dari setiap aksi terorisme di negeri yang kita cintai.
Saya bisa merasakan betapa hancur hati para teroris yang sampai detik ini masih bergentayangan di luar sana, saat rekan satu ideologi mereka disulap sedemikian rupa menjadi bahan meme, padahal niat mereka ingin jadi pahlawan.
Namun, itu belumlah seberapa. Mereka bisa lebih hancur lagi andai saja teman sepaham mereka yang sudah meregang nyawa lebih dulu bisa bercerita tentang apa yang dialaminya di akhirat sana.
Sederet foto receh ala netizen itu sudah cukup membuat level humor kita terjun bebas. Netizen plus enam dua memang terlampau kreatif, imajinatif, dan kocak.
Meme itu menandakan bahwa aksi kejam kelompok teroris sama sekali tidak keren. Pun tak bisa menebarkan ketakutan. Niat mereka untuk menakut-nakuti warganet sudah gagal sejak dalam kandungan.
Pesan-pesan teror mencekam yang ingin mereka sampaikan tak menemui sasaran. Netizen bereaksi tidak terduga. Tidak ada ketakutan dalam diri mereka.