#4. Ada empat dari sepuluh kontraktor mengaku telah menyita paspor pekerja migran, dan itu termasuk pelanggaran.
Ada lebih dari 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka telah meninggal di Qatar sejak memenangkan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia sepuluh tahun silam, seperti yang dilaporkan oleh The Guardian.
Data itu didapatkan dari sumber-sumber internal pemerintah. Artinya, rata-rata dua belas pekerja migran telah meregang nyawa setiap minggunya sejak Desember 2010 tatkala jalan-jalan di Doha dipenuhi dengan kerumunan sultan yang menari-nari saat merayakan kemenangan Qatar.
Jumlah korban tewas sejatinya bisa lebih tinggi dari angka-angka itu sebab belum termasuk kematian dari beberapa negara yang mengirim pekerja ke Qatar, seperti Filipina dan Kenya. Angka kematian yang terjadi pada bulan-bulan terakhir periode tahun 2020 juga belum tercatat.
The Guardian juga mengungkap kurang adanya transparansi dalam pencatatan kematian buruh di Qatar. Kedutaan besar di Doha dan pemerintah negara pengirim tenaga kerja enggan membeberkan data, kemungkinan lantaran alasan politik.
Temuan tersebut mengungkap kegagalan Qatar dalam melindungi dua juta tenaga kerja migrannya. Mereka juga telah gagal menyelidiki pemicu dari tingginya kasus kematian di antara pekerja yang sebagian besar berusia muda.
Para pesepak bola pun turut mengecam maraknya pelanggaran HAM terhadap persiapan Qatar sebagai penyelenggara. Mereka beramai-ramai menggelar aksi simbolik sebagai wujud perlawanan pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa.Â
Timnas Inggris, Norwegia, Jerman, dan Belanda memprotes pelanggaran HAM pekerja asing di negara tajir melintir itu dengan mengenakan kaus khusus yang bertuliskan "Human Rights".
Meski aroma anyir sudah tercium sejak awal dan mereka telah dihujani dengan berbagai polemik, ironisnya, hingga kini belum ada wacana untuk mengevaluasi ulang pelaksanaan Piala Dunia di negeri para sultan tersebut.
FIFA menegaskan bahwa mereka masih berkomunikasi "seperti biasa" dengan komite pelaksana di Qatar. Semua masih berjalan normal. Tak satupun kekuatan manusia yang mampu menjegal mereka saat ini– lantaran sumber daya minyak mereka yang tak terbatas.