Jenius itu bukan dilahirkan, tetapi dibuat. Judit Polgar menjadi bukti bahwa wanita bisa bermain sama baiknya dengan pria, bahkan jauh lebih hebat, melebihi prestasi pria.
Seorang gadis yatim piatu yang berusia sembilan tahun bernama Beth Harmon, tengah berusaha mengejar cita-citanya untuk menjadi pecatur terhebat sambil berjuang melawan masalah alkohol dan obat-obatan.
Dia ditemukan oleh pengasuh anak saat Beth sedang meratapi kematian ibunya, kemudian dia dibawa ke panti asuhan. Di sana lah dia bertemu dengan Mr. Shaibel dan berkenalan dengan permainan catur.
Saat itu, Beth merasa seolah-olah catur telah membuka sisi lain dari pikirannya sendiri, tempat di mana dia bisa merasa aman dan terkendali.
![Beth Hermon dalam The Queen's Gambit. | Netflix.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/28/the-queens-gambit-netflix-60601856d541df4493529392.jpg?t=o&v=770)
Kariernya di dunia catur terus menanjak hingga puncaknya, Beth harus bertemu dengan jawara terkuat di dunia asal Uni Soviet–sekaligus yang paling dia takuti, Vasily Borgov.
Kendati Beth sempat kalah dari Borgov, lantas kehilangan ibu angkat sekaligus manajernya, Wheatley, dia bisa bangkit dari keterpurukan. Beth akhirnya sukses mengalahkan Borgov setahun kemudian di kandang sang lawan, Moskow.
Kisah kejeniusan Beth dalam miniseri besutan Netflix, The Queen's Gambit itu mengingatkan kita akan legenda catur wanita, Judit Polgar, yang sama-sama cemerlang sejak masih belia.
Tak satupun yang menyangkal bahwa Judit merupakan pecatur putri terkuat sekaligus paling jenius sepanjang masa.
Judit menempati peringkat satu dunia mulai bulan Januari 1989, saat usianya baru 12 tahun, hingga dia memutuskan pensiun pada 13 Agustus 2014 lalu. Dia mampu mempertahankan predikat The Queen of Chess selama 25 tahun!
Elo rating tertingginya mencapai 2735. Judit sukses menempati posisi nomor delapan pria serta nomor satu wanita dalam Ranking Dunia FIDE 2005.
Pada tahun 1991, dia sukses meraih gelar Grandmaster pada usia 15 tahun 4 bulan. Dia bisa memecahkan rekor yang pernah dipegang oleh pecatur legendaris asal AS, Bobby Fischer, sebagai pemain termuda yang meraih gelar tersebut. Luar biasa!
Ibu dua anak asal Hungaria ini juga bisa mengalahkan sebelas juara dunia catur, beberapa di antaranya Magnus Carlsen, Anatoly Karpov, Vladimir Kramnik, Boris Spassky, dan Garry Kasparov. Seluruhnya adalah pecatur pria terkuat. Mengerikan!
Selain gaya hidup, agaknya ada satu poin yang menjadi pembeda antara keduanya. Kalau Beth memang terlahir jenius sejak pertama bermain, berbeda dengan Judit yang adalah produk tempaan sang ayah.
![Kecantikan Judit Polgar muda. | Social.about.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/28/weird-news-01-606019d38ede48656046d8c3.jpg?t=o&v=770)
Mereka dilahirkan dari eksperimen pola pendidikan catur yang dirumuskan oleh ayahnya di rumahnya sendiri sejak dini.
Laszlo meyakini bahwa mereka mampu menorehkan prestasi luar biasa apabila dilatih melalui program khusus secara intensif sejak masih berusia belia.
"Jenius itu diciptakan, bukan dilahirkan," ungkap Laszlo.
Meski waktu itu mereka terbilang masih amat belia, kepatuhan mereka terhadap nasihat ayahnya sukses melambungkan namanya menjadi pemain catur yang sangat disegani lawan.
Laszlo serta sang istri, Klara, mendidik mereka di rumah, dengan catur sebagai pelajaran khusus. Kendati kerap dinilai negatif, mereka tetap 'bandel' memilih homeschooling untuk anak-anaknya.
"Bahkan sebelum saya lahir, orangtua saya telah memutuskan: 'Saya akan menjadi juara catur,'"Â ujar Judit seperti dikutip dari situs pribadinya.
Seirama dengan Beth, yang sudah jenius sejak belia. Pada usia 5 tahun, Judit telah membuktikan kejeniusannya ketika dia mampu mengalahkan pecatur hebat lain tanpa harus melihat ke arah papan!
Judit dikenal mempunyai kekuatan dalam permainan posisi, taktik, dan agresif. Dia juga terkenal dengan permainannya yang cepat bak 'kilat'. Tidak peduli siapa saja lawannya akan dia sikat.
Dia menjadi populer karena langkah dan serangan agresif. Dia berkontribusi pada variasi opening King's Bishop's Gambit. Judit gemar mengadopsi Sicilian Defence dan King India Defence kala bermain.
Sang ratu catur memutuskan pensiun dari dunia catur pada 13 Agustus 2014, lantas ditunjuk menjadi pelatih kepala timnas catur putra Hungaria setahum berselang.
Judit meyakini, catur juga bisa berperan penting dalam pendidikan anak. Dalam lima tahun terakhir, ia mengembangkan buku dan program pelatihan untuk anak-anak prasekolah dan sekolah dasar.
Melalui catur mereka bisa mempelajari keterampilan bagi 'kehidupan', seperti mengasah kreativitas, logika, tanggung jawab, serta matematika dan membaca. "Kami tidak membuat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan," ujarnya.
Atas kisah inspiratif dan kesuksesnya di dunia catur, pada 2016, dia ditunjuk jadi duta program PBB yang mempromosikan kesetaraan gender.
Melawan Seksisme
"Saya memiliki perasaan deja-vu ketika menonton serial ini," kata Judit kepada DW, usai menonton gestur realistis Beth dalam film The Queen's Gambit.
Anya Taylor-Joy got to live out her The Queen’s Gambit fantasy and talk all things chess with Judit Polgár, a world-renowned champion who is generally considered the strongest female chess player of all time 👑 pic.twitter.com/0FXXc9RcY2— Netflix (@netflix) December 21, 2020
Sayangnya, menurut Judit, film tersebut tidak cukup menyinggung bagian gelap seorang wanita di dunia catur. Para pria selalu memperlakukan Beth yang tengah naik daun dengan rasa hormat dan tanpa slogan seksis.
"Dalam kehidupan nyata, lebih sulit bagi wanita untuk berprestasi dalam lingkungan seperti itu," jelasnya.
Baik Beth maupun Judit, memang hidup pada masa yang nyaris sama, yakni pada era yang lekat dengan isu seksisme. Kala itu catur identik dengan maskulinitas.
Lawan-lawan prianya sering tidak ingin mengaku bahwa mereka telah kalah dari seorang wanita. Ada beberapa lawannya yang meninggalkan podium setelah dia kalahkan tanpa menjabat tangannya.
Pecatur yang kini telah berusia 44 tahun itu mungkin tidak akan pernah menjadi seorang Grandmaster seandainya hanya mengikuti turnamen khusus wanita.
Bermain hanya di antara wanita tak akan dapat membantu perkembangan dirinya. Pasalnya, sejak berusia 13 tahun, dia lah yang terbaik di antara mereka. Dia justru mampu berkembang pesat kala bermain melawan pecatur pria terbaik dunia.
Bahkan jika wanita berpikir dan bersaing dengan cara yang berbeda, menurut dia, mereka bisa mendapatkan prestasi yang sama dengan pria: baik di dalam bidang sains, seni, maupun catur.
Faktanya, kala itu sebagian besar tim dan kompetisi tidak menerima wanita sama sekali, tetapi hal itu tidak menghentikan langkahnya. Sepanjang karier, dia jarang bermain pada turnamen khusus wanita.
"Saya selalu mengatakan bahwa wanita harus memiliki kepercayaan diri, mereka bisa sebaik pemain pria. Namun, hanya mereka yang bersedia bekerja keras dan serius seperti halnya pemain pria," kata sang Woman Grandmaster.
Gadis-gadis lain tidak serius dalam catur. Saya berlatih lima atau enam jam sehari, tapi mereka terganggu dengan memasak dan bekerja di rumah."
![Judit Polgar melawan Garry Kasparov dalam turnamen Catur Linares di Spanyol, pada Februari 2001. | Enrique Alonso/AFP via TheGuardian.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/28/2040-60601a86d541df765b72f676.jpg?t=o&v=770)
Sementara itu, pada tahun 1989, legenda catur Rusia, Garry Kasparov mengatakan, "Wanita, pada dasarnya, bukan pemain catur yang luar biasa. Mereka bukanlah petarung yang hebat."
Kasparov, yang ketika itu terlibat dalam produksi "The Queen's Gambit" sebagai penasihat teknis, telah mencabut kata-katanya itu. Dia mengakui kesalahannya usai tiga dekade berselang.
Sama seperti Beth yang menghancurkan Borgov, Judit juga mampu mengalahkan Kasparov di turnamen Rusia versus The World pada tahun 2002 silam yang juga terjadi di Moskow!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI