Pada babak pertama, Dadang memainkan buah hitam, sementara Irene buah putih. Dalam beberapa langkah awal (opening), kedua pemain masih menerapkan taktik text book atau standar pembukaan catur.
Ketika memasuki middle game, langkah yang paling saya soroti adalah blunder fatal Dadang ketika tidak memindahkan gajahnya yang bebas tanpa pengawalan.
![Blunder Dadang pada babak pertama. Gajah gratis! | Diolah dari akun YouTube Legenda Catur Dunia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/23/polish-20210323-015715162-6058e93c8ede484fb27b7552.jpg?t=o&v=555)
Pada babak pertama, menurut analisis dari engine Stockfish, Irene mencatat akurasi 40 persen. Sementara Dadang hanya enam persen. Sangat rendah!
Blunder kedua yang dapat saya tangkap adalah serangan "garpuan" Irene dalam babak kedua. Serangan yang ia terapkan sejatinya mudah dibaca dan diantisipasi oleh pemain yang memang benar-benar piawai atau dengan Elo rating tinggi.
![Serangan garpuan pion GM Irene pada menteri dan gajah yang tak mampu dibaca Dadang. | Diolah dari akun YouTube Legenda Catur Dunia.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/23/polish-20210323-015344369-6058eaaed541df375f0bd942.jpg?t=o&v=555)
Pada babak kedua, Dadang mencatatkan akurasi 12 persen. Sedangkan WGM Irene mencatatkan akurasi sebesar 21 persen.
![Dadang menggerakkan menteri yang berujung pada garpuan kuda Irene pada menteri dan bentengnya. | Diolah dari akun YouTube Legenda Catur Dunia.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/23/polish-20210323-015038298-6058f4a98ede4827b54d4143.jpg?t=o&v=555)
Pada babak ketiga, Dadang mencatatkan akurasi sebesar 32 persen. Lantas, Irene mencatatkan sebesar 44 persen.
Yang perlu kita garis-bawahi ialah level yang dicatatkan Dadang, yang mana dia hanya mampu mencatatkan akurasi dari enam persen hingga 32 persen.
Padahal, ketika Dadang berlaga melawan Gotham Chess, ia sukses mencatatkan 95 hingga 99 persen akurasi. Amat timpang!