Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dari San Diego Hills Netizen Belajar: Hidup Sudah Susah, Meninggal pun Mahal

4 Maret 2021   06:02 Diperbarui: 10 Mei 2022   05:40 3137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Capek kerja pengin meninggal aja.

Tibalah kita pada suatu masa, saat hidup sudah susah, ingin meninggal pun mahal. Bagaimana tidak, biaya untuk 'ngontrak' lahan pemakaman di kota-kota besar di Indonesia semakin sulit dijangkau nalar.

Faktanya, tidak hanya biaya pernikahan saja yang mahal, biaya pemakaman pun sama. Mahalnya naudzubillah. Sejumlah ritual pemakaman bahkan bisa menelan anggaran hingga ratusan juta rupiah!

Namun, kecurigaan saya ternyata tidak berdasar. Pasalnya, taruhlah di Jakarta, menurut Perda DKI Nomor 1 Tahun 2015 mengenai Retribusi Daerah, biaya lahan pemakaman di Ibu Kota yakni maksimal seharga Rp275 ribu, bahkan gratis. Nilai itu meliputi biaya sewa lahan selama tiga tahun dari Rp0-100 ribu, sewa ambulans Rp100 ribu, serta peralatan perawatan jenazah Rp75 ribu. Murah, bukan?

Ironisnya, kenyataan yang dihadapi di lapangan jauh berbeda dengan apa yang tertulis di kertas. Salah seorang warga mengaku, harus membayar sekira Rp4 juta untuk pemakaman sang ayah yang tiada pada 28 Juli 2018 lalu. Sang ayah dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jaksel.

Dengan biaya senilai itu, fasilitas yang didapat hanya sebatas sewa tanah, gali kubur, tenda, dan juga kursi. Sedangkan ambulans harus membayar sendiri, dan ekstra Rp150 ribu per bulan untuk biaya perawatan makam.

Daftar rincian harga lahan pemakaman San Diego Hills/dok: Twitter @laywookcom.
Daftar rincian harga lahan pemakaman San Diego Hills/dok: Twitter @laywookcom.
Sementara itu, warga lain bernasib jauh lebih "apes" lagi. Dia mengaku bahwa keluarganya dipungut sekitar Rp5 juta untuk mengurus pemakaman ayahnya yang meninggal pada 30 Oktober 2018.

Fasilitas yang diperoleh adalah kavling tanah, jasa gali-tutup makam, tenda, kursi, dan papan nama dari kayu. Selain itu, keluarganya pun masih membayar Rp100-200 ribu per bulan untuk biaya perawatan makam.

Selain karena praktik pungli, mahalnya biaya pemakaman juga disebabkan oleh keterbatasan lahan kosong di Jakarta. Terlebih lagi, semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, angka kematian meningkat yang selanjutnya memaksa otoritas terkait membuka lahan baru.

Akhir-akhir ini angka kematian terkait Covid-19 makin bertambah, sementara pemakaman khusus pasien virus korona sudah penuh usai dipakai sebagai pusat pemakaman selama pandemi.

Di luar permasalahan tersebut, nominal Rp4-5 juta untuk mengurus pemakaman bukanlah masalah berarti. Ya, setidaknya bagi kalangan tajir melintir.

Di Negeri Plus Enam Dua, ada komplek "istana akhir hayat" bintang lima yang telah dilengkapi dengan fasilitas super mewah. Harganya pun terlampau sulit dijangkau oleh akal sehat rakyat jelata.

Nominal mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah dinilai "sangat wajar" lantaran fasilitas yang ditawarkan tak main-main. Ada banyak tipe "istana" yang disediakan, bahkan ada yang telah dilengkapi dengan taman yang indah.

Agar bisa "berbaring" dengan damai di sana pun prosesnya tidak mudah. Selain harus berkantong sangat tebal, mereka juga harus "pre-order" dulu alias harus memesan areal makam jauh-jauh hari sebelum resmi dinyatakan meninggal.

San Diego Hills mendadak jadi trending topic di Twitter kemarin (3/3/2021). Ada sekira 7.291 netizen +62 yang membahas jasa pemakaman mewah tersebut.

Viralnya San Diego Hills berawal dari sebuah akun Twitter @laywookcom yang mengunggah sebuah brosur daftar harga kavling pemakaman di San Diego Hills. Dalam brosur itu tertera kolom nuansa, kluster, harga, luas kavling, dan stok.

Sontak, cuitan itupun meraih berbagai macam respons dari warganet. Sampai artikel ini selesai ditulis, unggahan itu telah disukai lebih dari 27.000 kali dan mendapatkan 3.340 komentar dari para netizen plus enam dua.

"Mahal bener, emang kalau dikubur situ pas disiksa malaikat dikasih anestesi dulu ya?," balas seorang netizen dengan akun @FerryNurCahyo.

Mansion Al halim salah satu kluster di San Diego Hills untuk muslim. | Managersandiegohills.com
Mansion Al halim salah satu kluster di San Diego Hills untuk muslim. | Managersandiegohills.com
Secara garis besar, komplek pemakaman dibagi menjadi tiga nuansa kavling yang berbeda, yang didasarkan pada keyakinan sang jenazah, yakni muslim, chinnese, dan universal.

San Diego Hills menawarkan fasilitasnya mulai di harga Rp300 Juta hingga Rp2,5 miliar. Pembeliannya pun bisa dilakukan secara tunai ataupun dicicil, yang mana mereka diharuskan untuk membayarkan "booking fee" senilai Rp30 juta.

San Diego Hills Memorial Park and Funeral Homes adalah sebuah komplek pemakaman yang terletak di Karawang, Jawa Barat. Komplek itu didirikan pada tahun 2007 lalu oleh crazy rich pemilik Lippo Group, Mochtar Riady.

Riady ingin menghilangkan kesan seram dalam areal pemakaman pada umumnya dengan menawarkan lahan pemakaman bintang lima. Oleh sebab itu, ia kemudian mengusung konsep sama halnya Forest Lawn di Amerika Serikat, yang dilengkapi dengan fasilitas super mewah.

Areal pemakaman yang memiliki konsep memorial park itu pun dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti, kapel, musala, restoran, kolam renang, area main anak, danau dan lain-lain.

Dengan area yang begitu luas, tak heran kalau areal pemakaman itu juga dapat dijadikan sebagai venue acara lainnya. Selain pemakaman, San Diego Hills juga bisa dipakai sebagai tempat pernikahan, pre wedding, hingga tempat wisata.

Banyak kalangan artis, pengusaha, dan pejabat yang dimakamkan di sana, sebut saja Ashraf Sinclair. Artis sinetron Olga Lidya serta keluarganya pun mengaku telah memesan makam super mewah itu.

Mengingat harganya yang mahal, apakah nantinya areal kavling tersebut juga bisa menjadi sarana investasi?

Menurut laporan CNN, komplek itu juga menerima jenazah pasien virus korona. Sudah ada sekitar 40-an makam terkait pasien Covid-19 yang dikebumikan di area non-muslim pada 20 Januari 2021.

Sementara pihak developer menyebut bahwa pemakaman yang berdiri sejak 2007 itu, saat ini diisi lebih dari 10 ribu makam. Tingkat keterisiannya bahkan belum menyentuh 50 Ha dari total luas San Diego Hills.

San Diego Hills. | (sales-sandiegohills.com)
San Diego Hills. | (sales-sandiegohills.com)
Kompleks itu sendiri memiliki luas total 350 Ha. Ironisnya, lahan tersebut bahkan sudah melebihi setengah dari luas total seluruh TPU di Jakarta. Menurut catatan Dinas Pertamanan dan Hutan, Jakarta memiliki 82 TPU dengan luas total 600 Ha atau 6.070.955 meter persegi.

Padahal, saat ini Pemprov DKI Jakarta tengah mengalami kesulitan dalam menyediakan lahan makam baru oleh karena meningkatnya angka kematian pasien Covid-19 di Ibu Kota.

Sementara itu, dalam waktu yang sama, ada segilintir orang yang memanfaatkan kelangkaan lahan pemakaman, tak lain demi melipatgandakan nominal uang di rekening pribadinya.

Pada 2014 lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram atas pemakaman mewah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena semakin maraknya bisnis lahan pemakaman di negeri ini, tetapi menawarkan kemewahan.

"Fatwa ini fokusnya pada bisnis jual beli pemakaman yang sudah mulai marak di Indonesia," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, Asrorun Niam Sholeh, Selasa (25/2/2014).

Ia mengungkapkn bahwa MUI acapkali mendapatkan keluhan dari masyarakat mengenai mahalnya biaya pemakaman khususnya di Jakarta. Ia menyebut salah satu komplek pemakaman umum yang bisa dikatakan mewah di Karawang.

Hidup Susah, Meninggal Pun Mahal

Tak jauh dari sana, atau sekitar 60 km dari areal San Diego Hills, Ade Effendi merasa gelisah ketika membayangkan sulitnya dalam mencari lahan makam bagi dirinya kelak.

Pada usianya yang sudah senja, warga Mampang Prapatan tersebut memiliki sebuah harapan yang sangat sederhana. Ade hanya ingin saat tiba waktunya, dia bisa dibaringkan di pemakaman yang masih terjangkau oleh keluarganya.

Ade hanya salah satu dari sekian banyak orang miskin di seluruh penjuru Bumi Pertiwi, yang bahkan untuk makan tiap hari saja sudah amat kesulitan, apalagi untuk mengurus biaya pemakaman yang semakin hari semakin mahal.

Fasilitas TPU yang seharusnya gratis pun kerap digunakan sebagai ajang bancakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab dan mereka yang ingin mengeruk keuntungan di atas kematian orang lain.

Keberadaan areal pemakaman mewah adalah bentuk komersialisasi makam lantaran hanya akan bisa diakses oleh lapisan menengah ke atas. Seharusnya semua orang berhak untuk mendapat lahan makam dengan gratis, terlepas apapun stratifikasi sosialnya.

Fenomena makin mahalnya harga lahan pemakaman itu membuat saya semakin sadar diri. Selama saya bekerja banting tulang setiap hari, ternyata belum cukup mampu guna memesan secuil tanah pun di San Diego Hills.

Apakah rekan Kompasianer dan pembaca yang budiman berminat untuk memesan salah satu kavling di sana?

Dari San Diego Hills netizen +62 belajar bahwa sesungguhnya kehidupan sudah amat susah. Sementara mati pun bukan pilihan yang mudah. Tatkala meninggal masih harus dibebankan dengan ongkos pemakaman yang sulit dijangkau nalar.

Otak saya mendadak travelling, apakah hanya orang-orang kaya raya saja yang diijinkan untuk meninggal. Sementara rakyat jelata abadi? Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun