Laporan itu kemudian langsung dibantah oleh Bartomeu dan jajaran manajemen klub. Sejurus kemudian, bantahan yang sama juga dilayangkan oleh I3 Ventures.
"Barca menyangkal adanya hubungan kontrak jasa yang terkait dengan akun media sosial yang telah memberitakan pesan negatif atau menghina yang terkait dengan orang, entitas, atau organisasi yang mungkin atau pernah berhubungan dengan klub ini." tulis Barca.
Tak lama berselang, baik Barca maupun I3 Ventures sama-sama mengancam hendak mempidanakan dua jurnalis Ser Catalunya yang mengungkap skandal itu, Adria Soldevila dan Sergi Escudero.
Sejatinya skandal Barcagate semakin menambah penderitaan klub yang mengalami krisis finansial sejak awal 2020. Sampai awal Januari 2021 lalu, total utang Barcelona meledak hingga mencapai 1.173 juta euro atau setara Rp20 triliun.
Bartomeu mundur sebagai presiden pada Oktober 2020, meninggalkan warisan masalah plus utang yang menggunung. Terakhir ia ditangkap bersama sejumlah orang lainnya karena skandal tersebut.
#Bahaya Buzzer bagi Pesepak Bola
Selain memoles citra baik tuannya (mitra) dalam memuluskan agenda mereka, buzzer I3 Ventures juga memiliki mandat guna menyudutkan pribadi para penggawa Barcelona.
Buzzer yang bertugas "menyerang" para pemain sejatinya memiliki dampak yang sama buruknya dengan kasus rasisme yang sering dialami para pesepak bola.
Sama halnya rasialisme, serangan secara verbal terhadap pemain akan berimbas pada kesehatan fisik dan mental mereka. Jika mereka tidak mampu mengatasi tekanan tersebut, dapat berpengaruh bagi performa mereka di atas lapangan.
Para pemain akan merasa kehidupan pribadi mereka terus diawasi. Jika hal itu belanjut, mereka tidak akan betah untuk bertahan di klub lebih lama lagi.
Dampak buruk buzzer bisa kita saksikan, bagaimana Messi cs mengalami penurunan performa dalam beberapa musim terakhir. Ia bahkan mengancam cabut dari klub karena masifnya tekanan buzzer yang ditujukan kepadanya–selain masalah dalam hal manajerial tentu saja.