Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat "Monday Blues" Melanda, Kaum Rebahan Bisa Apa?

14 Februari 2021   13:17 Diperbarui: 14 Februari 2021   19:55 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sindrom Hari Senin atau Monday Blues Syndrome. | diolah dari www.psicologa-roma-aielli.it

Memulai kembali seluruh rutinitas pada hari Senin bagi sebagian orang bukan hal yang mudah. Tak ada "I Love Monday" di dalam kamus mereka, melainkan "I Hate Monday". Saya benci Senin!

Bagi pembencinya, mereka akan merasa kesulitan ketika menyambut awal pekan. Muncul dorongan yang amat kuat untuk lanjut rebahan atau bermalas-malasan. Semangat serta antuasiasme kita dalam menghadapi kenyataan seakan sirnah.

Rasa malas yang begitu kuat terkadang sudah muncul pada saat Minggu malam. Pikiran kita seolah-olah sudah berada di sekolah, kampus, dan kantor meski fisik kita masih menempel mesra di kasur.

Sindrom Hari Senin atau Monday Blues Syndrome. | diolah dari www.psicologa-roma-aielli.it
Sindrom Hari Senin atau Monday Blues Syndrome. | diolah dari www.psicologa-roma-aielli.it
Monday blues adalah emosi negatif yang dirasakan menjelang hari Senin. Sindrom tersebut ditandai dengan lahirnya gejala stres, rasa lelah, malas, sedih, atau cemas yang berlebihan.

Lazimnya, sindrom tersebut disebabkan karena tidak siapnya mental kita untuk kembali beraktivitas seperti sedia kala. Kita akan selalu terbayang-bayang oleh semua kesibukan yang harus dikerjakan pada hari Senin.

Blues dalam monday blues bukan merujuk pada warna biru, melainkan kesedihan dan depresi karena memang itulah yang dirasakan oleh pembenci hari Senin.

Meski terlihat receh, menurut Alodokter, monday blues dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan juga mood swing. Selain itu, sindrom hari Senin juga bisa menurunkan produktivitas kita.

Menurut sebuah studi yang dikabarkan oleh The Telegraph, kita akan kesulitan tersenyum hingga pukul 11 siang pada hari tersebut. Sementara itu, hasil riset dari Marmite menunjukkan, 50 persen pekerja datang telat pada hari yang sama.

Dari hasil riset tersebut, bisa dipastikan bahwa hari Senin menjadi waktu paling gelap dalam sepekan. Tak semua orang mampu menghadapinya dengan mental baja sebagaimana hari-hari yang lain.

Biar bagaimanapun juga, kita harus siap menghadapi Senin dengan segala agenda dan kesibukan setelah menikmati sekejap momen rehat pada akhir pekan bersama keluarga dan teman. Namun, sayangnya, hal itu tidak semudah yang dibayangkan.

Kebencian kita terhadap Senin tak akan pernah membuatnya sirna. Hari Senin akan selalu tertulis dalam kalender kita sepanjang hayat. Oleh karena itu, kita harus melakukan beberapa upaya agar hari Senin kita tidak sehoror biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun