Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat "Monday Blues" Melanda, Kaum Rebahan Bisa Apa?

14 Februari 2021   13:17 Diperbarui: 14 Februari 2021   19:55 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi I Hate Mondays | Photo by Annie Spratt on Unsplash

Hari apa yang paling Anda benci? Tak perlu dijawab. Ia akan selalu hadir meski Anda membencinya. Lantas, kaum rebahan bisa apa?

Dahulu kala, jauh sebelum hidung mungil kita menghirup aroma peradaban dengan segala hiruk pikuknya, masyarakat belum memiliki sistem penanggalan yang sahih dan disepakati secara global.

Setiap suku atau bangsa di seluruh dunia mempunyai sistem penanggalan masing-masing. Misalnya, kalender suku Maya serta suku Aztec. Banyak yang meyakini bahwa satu minggu terdiri dari sepuluh hari. Ada pula yang mempercayai bahwa seminggu terdiri dari lima hari.

Monday Blues, Sindrom Hari Senin. | Vanna.com
Monday Blues, Sindrom Hari Senin. | Vanna.com
Penetapan tujuh hari dalam satu minggu diprediksi mulai digunakan oleh bangsa Babilonia pada abad keenam SM. Mereka mempercayai bahwa Tuhan menciptakan Bumi dalam waktu enam hari, kemudian menetapkan hari ketujuh sebagai waktu untuk beristirahat.

Itulah alasan mengapa mereka menilai bahwa seminggu terdiri dari tujuh hari. Meski demikian, hari belum memiliki nama seperti apa yang dikenal saat ini. Mereka sekedar menyebutnya dengan hari pertama, kedua, dan seterusnya.

Penamaan hari. | Dokumentasi hasil olehan pribadi.
Penamaan hari. | Dokumentasi hasil olehan pribadi.
Lantas, pada zaman imperium Romawi Kuno atau tepatnya ketika Julius Caesar berkuasa, barulah hari-hari itu diberi sebuah identitas. Pelabelannya sendiri diambil dari nama Matahari, Bulan, dan lima planet yang diketahui pada saat itu. Sementara sistem kalendernya sendiri disebut dengan Kalender Julian.

Dalam banyak ragam bahasa, hari Senin umumnya diakuisisi dari istilah "Bulan". Adapun dalam bahasa Indonesia, istilah Senin atau "Isnain" diadopsi dari bahasa Arab yang berarti dua, yang merujuk pada hari kedua dalam sepekan. 

Nama lain untuk hari Senin adalah Soma, yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti Bulan. Identik dengan pengertian dalam bahasa-bahasa di Eropa.

Bagi kaum rebahan, eksitensi hari Senin kiranya cukup disesalkan. Pasalnya, hari Senin merupakan awal pekan yang mana semua aktivitas dimulai, seperti malas-malasan, sekolah, kuliah, dan juga kerja.

Oleh karena itu, eksistensi hari tersebut menjadi momen yang paling berat bagi penganut paham rebahanisme di seluruh penjuru Galaksi Bima Sakti.

Adakah yang pernah merasa mager alias malas gerak pada hari Senin? Tak perlu khawatir sebab Anda tidaklah sendirian. Ada jutaan manusia yang mengalami hal serupa. Saya pun termasuk di dalamnya.

Memulai kembali seluruh rutinitas pada hari Senin bagi sebagian orang bukan hal yang mudah. Tak ada "I Love Monday" di dalam kamus mereka, melainkan "I Hate Monday". Saya benci Senin!

Bagi pembencinya, mereka akan merasa kesulitan ketika menyambut awal pekan. Muncul dorongan yang amat kuat untuk lanjut rebahan atau bermalas-malasan. Semangat serta antuasiasme kita dalam menghadapi kenyataan seakan sirnah.

Rasa malas yang begitu kuat terkadang sudah muncul pada saat Minggu malam. Pikiran kita seolah-olah sudah berada di sekolah, kampus, dan kantor meski fisik kita masih menempel mesra di kasur.

Sindrom Hari Senin atau Monday Blues Syndrome. | diolah dari www.psicologa-roma-aielli.it
Sindrom Hari Senin atau Monday Blues Syndrome. | diolah dari www.psicologa-roma-aielli.it
Monday blues adalah emosi negatif yang dirasakan menjelang hari Senin. Sindrom tersebut ditandai dengan lahirnya gejala stres, rasa lelah, malas, sedih, atau cemas yang berlebihan.

Lazimnya, sindrom tersebut disebabkan karena tidak siapnya mental kita untuk kembali beraktivitas seperti sedia kala. Kita akan selalu terbayang-bayang oleh semua kesibukan yang harus dikerjakan pada hari Senin.

Blues dalam monday blues bukan merujuk pada warna biru, melainkan kesedihan dan depresi karena memang itulah yang dirasakan oleh pembenci hari Senin.

Meski terlihat receh, menurut Alodokter, monday blues dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan juga mood swing. Selain itu, sindrom hari Senin juga bisa menurunkan produktivitas kita.

Menurut sebuah studi yang dikabarkan oleh The Telegraph, kita akan kesulitan tersenyum hingga pukul 11 siang pada hari tersebut. Sementara itu, hasil riset dari Marmite menunjukkan, 50 persen pekerja datang telat pada hari yang sama.

Dari hasil riset tersebut, bisa dipastikan bahwa hari Senin menjadi waktu paling gelap dalam sepekan. Tak semua orang mampu menghadapinya dengan mental baja sebagaimana hari-hari yang lain.

Biar bagaimanapun juga, kita harus siap menghadapi Senin dengan segala agenda dan kesibukan setelah menikmati sekejap momen rehat pada akhir pekan bersama keluarga dan teman. Namun, sayangnya, hal itu tidak semudah yang dibayangkan.

Kebencian kita terhadap Senin tak akan pernah membuatnya sirna. Hari Senin akan selalu tertulis dalam kalender kita sepanjang hayat. Oleh karena itu, kita harus melakukan beberapa upaya agar hari Senin kita tidak sehoror biasanya.

#1 Maksimalkan Hari Jumat
Sebagian besar dari kita akan mulai tidak fokus pada hari Jumat. Namun, justru di sanalah kuncinya. Melawan rasa malas pada hari Jumat lebih mudah ketimbang hari Senin.

Jika kita tidak ingin hari Senin menjadi mimpi buruk, sebaiknya kerjakan semua PR sekolah, tugas kuliah, dan pekerjaan kantor pada hari Jumat. Jangan sampai ada penundaan karena akan berdampak pada hari Senin pekan depan.

Dengan begitu, akan mengurangi beban pada awal pekan selanjutnya. Kita akan mengawalinya dengan jauh lebih santai sebab semua pekerjaan telah selesai kita kerjakan pada pekan sebelumnya.

#2 Maksimalkan Akhir Pekan
Bagi kaum rebahan seperti saya sendiri, mendapat waktu istirahat bukanlah hal yang sulit. Meski begitu, perlu adanya sedikit pembatasan. Jangan berlebihan.

Sementara bagi orang pada umumnya, gunakan akhir pekan untuk beristirahat yang cukup. Usahakan tidak memikirkan pekerjaan sepanjang akhir pekan karena sudah kita selesaikan pada hari Jumat.

Lakukan aktivitas yang menyenangkan pada akhir pekan, misalnya saja olahraga. Cara itu sangat efektif untuk mengurai stres dan kecemasan agar kita lebih siap untuk menghadapi hari Senin.

#3 Agendakan Aktivitas Menyenangkan
Biasanya, saya merencanakan ritual rutin futsal bersama teman-teman sekantor pada hari Senin untuk dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu, ataupun Kamis.

Bisa juga dengan merencanakan aktivitas lain, misalnya saja belanja, hang out, atau pergi ke bioskop. Sebaiknya lakukan hal tersebut pada hari Senin itu juga, setelah kewajiban kita telah terlaksana.

Cara itu bisa mengurangi rasa malas dan cemas sebab pikiran kita akan teralihkan dengan aktivitas menyenangkan yang hendak kita lakukan.

#4 Cintai Rutinitas Kita
Dengan mencintai setiap rutinitas kita baik itu aktivitas kita di ruang sekolah, kampus, maupun di tempat kerja, akan mengurangi beban stres dan kecemasan.

Suatu hal yang terlihat berat tidak akan lagi dianggap beban karena memang kita mencintainya. Anggaplah semua aktivitas itu layaknya hobi, bukan kewajiban yang acapkali menimbulkan stres berat.

Dan, jangan lupa bersyukur karena kita masih bisa sekolah, kuliah, dan bekerja karena di luar sana masih banyak orang yang tidak memiliki kesempatan yang sama seperti kita. Jadi, bersyukurlah!

I love Monday. | Agencycentral.co.uk
I love Monday. | Agencycentral.co.uk
Tidak akan pernah ada akhir pekan tanpa diawali dengan hari Senin terlebih dulu. Sejatinya, yang kita takuti bukan harinya, melainkan apa yang terjadi dan apa yang harus kita lakukan pada hari itu.

Jangan lupa juga siapkan secangkir kopi, segelas teh, atau sebatang coklat untuk meingkatkan suasana hati kita pada saat Senin pagi. Ketiganya juga sangat ampuh menangkal rasa kantuk dan malas agar hari Senin kita menjadi lebih bergairah.

Dengan melakukan keempat cara di atas, kita mampu menghadapi hari senin yang dikenal sangat horor dengan jauh lebih mudah, terlebih untuk penganut paham rebahanisme garis keras seperti saya.

Hari Senin itu layaknya mantan terindah. Sejauh apapun menghindarinya, ia akan selalu muncul di pikiran kita, tidak akan pernah sirnah. Bukan begitu, Mblo?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun