Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Social Distancing ala Kaum Jetset: Membeli Kewarganegaraan dan Pulau Pribadi

7 Februari 2021   17:20 Diperbarui: 7 Februari 2021   20:55 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gladden Private Island di Belize, Amerika Latin. | Courtesy Private Islands Inc. via Nyctimes.com

Uang mampu memberikan pilihan yang tak terbatas bagi pemiliknya. Membeli kewarganegaraan serta pulau pribadi agar terhindar dari virus korona ialah salah satunya.

Pandemi yang telah berlangsung nyaris satu tahun di Indonesia, memaksa kita untuk beradaptasi dalam segala macam aktivitas sehari-hari. Banyak hal yang telah berubah sejak pagebluk melanda.

Meski dampaknya berada pada tingkat yang berbeda-beda pada setiap orang, faktanya, Covid-19 bisa merasuki siapa saja, tidak peduli stratifikasi sosialnya.

Pandemi juga memaksa manusia untuk mengaktifkan naluri bertahan hidupnya dengan berbagai cara. Jika lazimnya kita menjaga jarak agar terhindar dari virus korona, lain halnya dengan kaum jetset. Mereka benar-benar berada di level yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Mengisolasi diri dengan tetap berdiam di rumah, masih dinilai sebagai solusi logis dan efektif agar terhindar dari Covid-19.

Akan tetapi, cara itu tidak berlaku untuk makhluk paling tajir di kolong atmosfer. Uang memberi mereka pilihan dan akses seluas-luasnya terhadap suatu hal yang tak terlintas di benak masyarakat biasa.

Mereka benar-benar berada pada level yang sulit dijangkau nalar. Cara berpikir mereka sangatlah jauh berbeda dengan lapisan masyarakat berkantong cekak.

Kalangan super kaya di seluruh dunia semakin banyak yang memanfaatkan kelebihan saldo pada rekening mereka guna melintasi perbatasan negara yang seharusnya tertutup bagi mereka.

Kita berada pada zaman di mana paspor tak dilandaskan atas kewarganegaraan, tapi pada kekayaan dan kemauan untuk bermigrasi ke negara-negara di dunia.

Para miliarder tahu betul tentang cara terbaik dalam menghamburkan harta yang dimilikinya. Seperti pada Juli 2020 lalu, berdasarkan data dari Bloomberg, kalangan jetset beramai-ramai hendak mengakuisisi hak kewarganegaraan di negara lain demi terhindar dari virus.

Dana yang harus mereka alokasikan pun jauh dari kata murah. Bagi yang hendak memperoleh ijin tinggal di Selandia Baru, mereka harus mengucurkan kocek mulai dari Rp 29 miliar sampai Rp 147 miliar, tergantung jenis visa yang diinginkan.

Begitu pula di Malta, bagi pasangan yang sudah menikah, dapat memperoleh hak kewarganegaraan di negara yang terletak di Laut Mediterania itu, asalkan mampu menyetorkan uang sebesar Rp20 miliar.

Perlu diketahui, uang sebesar itu hanya sekedar untuk memiliki paspor, belum termasuk rumah tinggal. Tentunya akan membutuhkan bujet yang lebih banyak lagi untuk memiliki properti di sana.

Industri yang juga dikenal dengan nama citizenship and residence by investment (CRBI) itu mengalami peningkatan yang signifikan dari hari ke hari. Saat ini telah ada sekitar 193 negara di seluruh dunia yang menjual paspor untuk kepentingan investasi negara (baca: uang instan).

Perusahaan penasehat kewarganegaraan dan residensi terbesar di dunia, Henley & Partners, melaporkan mengenai adanya peningkatan permintaan hingga sebesar 42 persen selama pandemi.

Permintaan itu meliputi permohonan kewarganegaraan baru atau hak untuk tinggal. Negara-negara yang termasuk destinasi populer adalah Selandia Baru, Karibia, dan Malta.

Bagi kaum jetset, materi memang tidak pernah menjadi masalah serius asalkan keselamatan mereka terjamin. Dengan bermigrasi di negara-negara kecil yang memiliki angka kasus Covid-19 rendah, kaum jetset bersama keluarganya dapat hidup aman, nyaman, dan tentram.

Selain menebus paspor baru, banyak di antara orang-orang super kaya di seluruh dunia yang memilih untuk menyewa atau bahkan membeli pulau-pulau privat yang terisolasi dari interaksi manusia.

Sebuah pulai privat di Bahama, Kepulauan Karibia. | Christie’s International Real Estate via nyctimes.com
Sebuah pulai privat di Bahama, Kepulauan Karibia. | Christie’s International Real Estate via nyctimes.com
Jauh dari ingar bingar peradaban, kaum miliarder juga tengah mengantre untuk mengakuisisi seonggok daratan. Angka permintaan pulau privat yang terletak di sejumlah negara kepulauan di Amerika Latin, kepulauan Karibia, Fiji, dan juga Hawaii meningkat selama pandemi.

Sama halnya kepemilikan paspor ganda, membeli pulau pribadi merupakan social distancing ala kaum jetset. Para miliarder dari berbagai negara yang mencari area perlindungan supaya tetap dapat hidup nyaman dan terhindar dari virus korona.

Beberapa pemerintah negara kepulauan memang telah menutup akses masuknya. Namun, tidak untuk kaum jetset. Mereka akan membuka akses masuknya lebar-lebar bagi kalangan miliarder yang ingin mengakuisisi pulau pribadi di sana. Uang memang mampu membuat hal yang sulit menjadi jauh lebih mudah.

Negara-negara pulau di Pasifik Selatan, Karibia, dan wilayah terpencil di Eropa dikenal sebagai tujuan populer bagi para jetset yang ingin berburu pulau privat.

Salah satu pulau yang ditawarkan di Fiji ialah Pulau Mai. Pulau itu memiliki pantai yang masih perawan nan rupawan, yang menjadi tempat paling sempurna untuk menghindari pandemi serta mengisolasi diri dari segala hiruk-pikuk peradaban. Sebagian besar pulau-pulau privat telah dilengkapi dengan resor mewah dengan fasilitas lengkap, begitu pula Pulau Mai.

Pulau Privat Mai, Fiji. | privateislandsonline.com
Pulau Privat Mai, Fiji. | privateislandsonline.com
Harga pulau tersebut "hanya" di kisaran USD4 juta (sekira Rp56 miliar). Nominal yang sangat receh untuk kalangan jetset. Uang sebanyak itu bahkan belum mampu melukai rekening mereka yang mencapai puluhan miliar dolar AS.

Farhad Vladi, sosok pengusaha Jerman yang berhasil menjual lebih dari 3.000 pulau, berujar bahwa pandemi memicu kaum crazy rich membeli pulau pribadi.

Dia bahkan mengklaim, jangan pernah mengaku miliarder jika tidak memiliki sebuah pulau privat. "Jika anda mampu membeli mobil mewah, pasti anda bisa membeli sebuah pulau," tuturnya.

Bagi kaum paling tajir di kolong langit, selain sebagai area untuk mengamankan diri, membeli pulau pribadi juga dapat dipakai sebagai investasi jangka panjang. 

Memang bagi masyarakat biasa, perilaku mereka terkesan sangat berlebihan, tapi bagi orang super kaya, semua itu adalah hal yang biasa. Selama tidak melanggar hukum, maka sah-sah saja jika mereka hendak menghambur-hamburkan uang dari hasil kerja kerasnya.

Lantas, bagaimana dengan orang-orang berkantong cekak seperti kita? Apa yang bisa dilakukan agar terhindar dari virus?

Mengingat tren kasus positif Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah hingga kini, kiranya semua penerapan protokol kesehatan yang selama ini kita ketahui, masih sangat relevan guna dipraktikkan.

Memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak, dan meminimalisir kegiatan di luar rumah menjadi solusi yang paling logis untuk semua lapisan masyarakat. Semua upaya tersebut bisa dilakukan siapa saja tanpa memandang kelas dan sekat sosial.

Namun, jika Anda tak ingin menerapkan protokol Covid-19 atau lebih suka hidup dengan aturan main sendiri, maka hanya ada satu jalan keluar, yakni menjadi kaya, kemudian membeli paspor atau beberapa pulau privat sekaligus. Apa Anda mampu?

Jangan dibaca: Menilik Gaya Crazy Rich +62 "Bakar Uang", Apa Itu Pandemi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun