Barangkali hanya materi yang menjadi pembeda antara orang kaya dan orang miskin. Selain itu, keduanya sama, bisa sakit maupun meregang nyawa.
Uang memberi orang kaya lebih banyak opsi kala menghadapi situasi sulit akibat pandemi. Mereka dapat berdiam diri di rumah dengan stok makanan dan obat-obatan melimpah. Mereka tidak harus khawatir tertular dengan kerja di rumah.
Dana orang-orang yang sempat hangus di pasar saham saat ini sudah kembali, malah jumlahnya semakin bertambah. Mereka yang kaya akan semakin kaya, yang miskin semakin miskin dan jelata.
Badan non-profit asal Inggris, Oxfam, mencatat 1.000 orang terkaya di dunia berhasil memperoleh kekayaan mereka kembali. Sedangkan angka kemiskinan naik ke level di mana kemajuan selama 10 tahun terakhir seakan tidak berarti lagi.
Pandemi virus korona, menurut Oxfam, membuat ketimpangan semakin parah di banyak negara secara serempak. Tatkala crazy rich hanya membutuhkan sembilan bulan untuk pulih, orang-orang miskin memerlukan waktu 14 kali lebih lama.
Pada Desember 2020 lalu, Oxfam turut memperkirakan kekayaan orang paling kaya di kolong atmosfer mencapai USD 11,9 triliun (Rp168.327 triliun). Nominal itu bahkan selevel dengan total belanja stimulis fiskal di negara-negara G20.
Sementara itu, melansir Forbes, total kekayaan kolektif crazy rich Nusantara selama pandemi hanya turun 1,2 persen dari tahun lalu, menjadi USD 133 miliar.
Meski begitu, angka kekayaan beberapa dari mereka justru mengalami kenaikan seperti yang dirasakan oleh bos Djarum, duo Hartono bersaudara. Nilai kekayaan mereka kini mencapai USD 38,8 miliar yang membuat mereka tetap menyabet predikat super crazy rich plus enam dua.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2020 lalu terjadi peningkatan orang miskin sebanyak 1,63 juta jiwa dibanding periode September 2019. Dengan demikian, jumlah orang miskin Indonesia adalah 26,42 juta jiwa.
Di tengah pandemi, peningkatan jumlah penduduk miskin sulit dielakkan karena banyaknya PHK atau mereka yang tidak bisa bekerja dan kehilangan pemasukan, kemudian mendadak jatuh miskin.
Disparitas ekstrem sejatinya masih bisa dihindari melalui kebijakan terukur oleh pemerintah. Mereka harus benar-benar berpihak terhadap kesetaraan ekonomi agar bisa memotong rantai kemiskinan.