Dalam duel pertama mereka tujuh tahun silam, petarung Irlandia itu secara presisi meramalkan bahwa ia akan meruntuhkan Poirier pada ronde pertama.
Sebuah prediksi yang sangat akurat. Ia sukses membuat Poirier terjungkal tepat dalam ronde pertama. Conor kemudian mempopulerkan julukan "Mystic Mac" terhadap dirinya sendiri setelah menang dengan elegan melawan Poirier.
Pada duel sebelumnya ketika melawan Mendes, Aldo, Alvarez, dan Cerrone, ia juga sukses membuktikan klaimnya itu.
Akan tetapi, pada pertarungan UFC 257, naluri cenayang seorang The Notorious seakan sirnah. Conor gagal mengulangi kesuksesan menang cepat atas Poirer pada duel kedua. Sementara itu, di saat yang sama, ia juga gagal membuktikan naluri cenayangnya.
"Saya menyukai Dustin. Saya pikir dia petarung yang bagus," kata Conor McGregor, dilansir MMA Junkie.
"Dia bahkan seorang petarung yang hebat. Namun, hebat itu masih di bawah level saya. Saya akan membuat Dustin KO dalam 60 detik," tutupnya.
Dalam duel UFC 257, kesan "bad boy" tak secuil pun tampak sebagaimana yang ia kerap tunjukkan pada duel sebelumnya. Dalam sesi timbang badan pun, Conor terlihat sangat bersahabat dengan sang rival. Tak tampak adanya trash talk yang menjadi identitasnya selama ini.
Itu terbukti dari komunikasi hangat yang tampak pada keduanya. Padahal, selama ini Conor dikenal sebagai petarung paling barbar di oktagon UFC. Perilaku liarnya itulah yang dulu sempat melambungkan namanya.
Meski demikian, harus kita akui, Conor merupakan salah satu petarung terbaik pada ajang UFC. Ia menjadi satu-satunya petarung yang mampu mengoleksi dua sabuk juara dalam dua kelas berbeda sekaligus, yakni kelas bulu dan ringan.
Masa vakumnya selama beberapa bulan tampaknya berpengaruh signifikan pada performa bertarung Conor. Meski sempat menjalani latihan ala militer sebelum berduel melawan Poirier, agaknya hal itu tidak memberikan dampak yang terlalu signifikan pada performanya kali ini.